Title : After BBF (Yoon Ji Hoo Story) Part
2 END
Author : Jungna
Genre :
Friendship, Family, Romance
Length : Twoshoot
| Rating : PG-15
Main Cast :
Kim Hyun Joong as
Yoon Ji Hoo
Han Nari (OC)
Lee Min Ho as Gu
Jun Pyo
Goo Hye Sun as
Geum Jan Di / Ny. Gu Jun Pyo
Kim Bum as So Yi
Jung
Kim So Eun as Chu
Ga Eul / Ny. So Yi Jung
Kim Joon as Song
Woo Bin
Leo as Gu Jun
Pyo-Geum Jan Di son’s
Byul (OC) So Yi
Jung-Chu Ga Eul daugther’s
Disclaimer :
FF ini aku buat
dengan setting waktu 5 tahun setelah drama Boys Before Flowers berakhir (inget di episode terakhir terjadi lompatan
waktu 4 tahun dan sekarang lompat lagi 5 tahun kemudian).
--------------------------
Untuk mempermudah
memahami cerita, maka saya jelaskan kondisi para cast di FF ini :
-
Gu Jun Pyo dan Geum Jan Di menikah 5 tahun lalu dan
saat ini telah memiliki putra bernama Leo Gu yang berumur 4 tahun. Gu Jun Pyo
menjadi CEO Shinhwa group menggantikan ibunya dan Geun Jan Di sekarang lebih
sering dipanggil dengan sebutan Nyonya Gu telah menjadi dokter ahli bedah dan
menjabat sebagai Direktur Shinhwa Hospital.
-
Yoon Ji Hoo saat ini telah menjadi dokter bedah
sekaligus dokter specialis anak, dia bersama kakeknya mendirikan sebuah rumah
sakit khusus untuk anak-anak yang dikelola dan dipimpin oleh Ji Hoo sendiri.
Rumah sakit tersebut bernama “Rainbow Hospital”, rumah sakit ini juga bekerja
sama dengan Shinhwa Hospital sehingga Ji Hoo dan Jan Di masih sering bertemu
untuk urusan pekerjaan sebagai sesama dokter. Selain mengelola Rainbow Hospital
Ji Hoo juga masih aktif mengelola yayasan Suwon milik keluarganya.
-
So Yi Jung dan Chu Ga Eul telah menikah 2 tahun lalu
dan dikaruniai seorang putri bernama So Byul yang baru berusia 1 tahun. So Yi
Jung masih mejadi seniman tembikar dan meneruskan perusahaan keluarganya,
sedang Ga Eul telah menjadi kepala sekolah sebuah TK bertaraf internasiol namun
dikhususkan untuk keluarga kelas menengah ke bawah yang didirikan Yi Jung untuk
Ga Eul.
-
Song Woo Bin telah menjadi Letnan Polisi dan menduduki
jabatan sebagai pimpinan Kepolisian Seoul. Usaha keluarganya telah berubah dari
mafia menjadi sebuah perusahaan security yang menyediakan sistem keamanan dan
bodyguard untuk perusahaan-perusahaan diseluruh Asia.
PART 2
Ji Hoo dan Nari berada di sebuah restaurant Jepang.
“apa makanannya enak?” tanya Ji Hoo
“dari mana sonsengnim tahu aku menyukai masakan
Jepang?”
“hanya menebak”
“sungguh”
“….” Ji Hoo menganggukkan kepalanya
“apa kakakmu sudah kembali ke Seoul?”
“iya, dia kembali kemarin malam”
“besok kau shift apa?”
“saya shift sore di rumah sakit”
“apa siangnya kau ada acara?”
“tidak”
“begitu”
“terima kasih makanannya sonsengnim”
“kau tidak marah lagi”
“saya tidak pernah mengatakan marah pada sonsengnim”
Ji Hoo tersenyum menanggapi jawaban Nari
-----------------------------------------
Keesokan harinya jam 9 pagi….
Nari sedang menjemur pakaian disamping rumahnya,
tiba-tiba terdengar klakson mobil didepan rumahnya. Karena klakson mobil
tersebut terus berbunyi, Nari memutuskan untuk melihat kedepan rumah. Ketika
Nari keluar dari rumah terlihat mobil Ji
Hoo sedang bertengger didepan rumahnya, lalu keluarlah Ji Hoo dan Jung Sook
dari dalam mobil.
“nonaaaa” panggil Jung Sook yang langsung mendekati
Nari
“Jung Sook-ah, sonsengnim”
“apa kau sudah mandi?” tanya Ji Hoo
“sudah”
“kalau begitu ayo kita pergi” lanjut Ji Hoo
“kemana?”
“cepat ganti baju noona dan ikut kami saja,
cepatlahhh” ucap Jung Sook dengan aegyonya
Nari yang masih tidak mengerti langsung masuk
kedalam rumah untuk bersiap-siap.
Beberapa menit kemudian Ji Hoo, Nari dan Jung Sook
sudah berada didalam mobil.
“kita mau kemana?” tanya Nari yang duduk dibangku
depan bersama Ji Hoo.
“Coex Aquarium” jawab Jung Sook antusias
“kenapa kesana, apa kau yang memintanya Jung
Sook-ah?”
“tidak, kemarin Yoon sonsengnim yang menjanjikannya
padaku” jawab Jung Sook yang membuat Nari menatap Ji Hoo
“apa kau keberatan?” tanya Ji Hoo yang merasa
ditatap oleh Nari
“tidak” jawab Nari lirih
.
.
.
.
.
Ketiganya sampai di Coex Aquarium dan langsung
berkeliling kedalam. Jung Sook terlihat senang dan antusias, Nari juga terlihat
senang. Setelah setengah jam mereka berkeliling, akhirnya mereka bergabung
bersama pengunjung lain menonton sebuah pertunjukan didepan aquarium utama.
Pertunjukan berlansung sekitar 30 menit setelah pertunjukan selesai para
pengunjung saling berpencar kembali, namun Ji Hoo, Nari dan Jung Sook memilih
tetap duduk didepan aquarium utama menikmati suasana.
“apa kalian ingin makan sesuatu?” tanya Ji Hoo
“…” Nari dan Jung Sook serempak menggelengkan kepala
mereka.
“ingin minum?”
“…” Nari dan Jung Sook kembali menggelengkan kepala.
Ji Hoo tersenyum melihat tingkah kedua orang
disampingnya.
“ingin berfoto bersama?”
“…” Nari dan Jung Sook mengangguk dengan antusias
Ji Hoo kembali tersenyum dengan jawaban Nari dan
Jung Sook, lalu dia mengeluarkan ponselnya.
Ji Hoo, Nari dan Jung Sook berfoto bersama dengan
ceria. Ji Hoo lumayan banyak mengambil foto mereka bertiga bahkan dia sempat
diam-diam mengambil foto Nari yang sendiri.
Skip-----
Jam 12 malam Nari baru saja menyelesaikan tugasnya
di rumah sakit dan bersiap-siap untuk pulang. Sesampainya didepan rumah sakit,
mobil Ji Hoo tiba-tiba berhenti dihadapannya.
“Han Nari-shi, mau kuantar pulang?” tanya si
pengemudi yang tak lain adalah Ji Hoo
“Yoon sonsengnim, tidak usah saya bisa pulang
sendiri” jawab Nari
“rumahmu satu arah dengan rumahku, masuklah” ucap Ji
Hoo
“em__baiklah”
.
.
.
.
“kakakmu tidak menjemput?” tanya Ji Hoo
“tadi sore kakak saya berangkat ke Busan”
“jadi sekarang kau sendirian lagi dirumah?”
“iya”
“kau tidak takut?”
“kenapa takut?”
“banyak tindak kejahatan belakangan ini”
“sejauh ini untungnya lingkungna rumah kami aman”
“hari ini kau tidak ke coffe shop kan?”
“tidak”
.
.
.
Nari dan Ji Hoo telah berada didepan rumah Nari.
“apa sonsengnim mau mampir?” tanya Nari ragu
“apa kau punya teh hijau?”
“iya ada”
Ji Hoo ikut masuk bersama Nari.
Ji Hoo langsung duduk diruang tengah, sedang Nari
langsung bergegas ke dapur membuatkan teh.
Nari kemudian menghidangkannya
untuk Ji Hoo.
“terima kasih sudah mengantar
saya sonsengnim”
“sama-sama” jawab Ji Hoo yang
langsung menyeruput tehnya.
“apa rumah sonsengnim jauh dari
sini?”
“em yah sekitar setengah jam
jika menggunakan mobil”
Stand
by me nal parabwajwo...ajik
sarangeul morujiman...
Ponsel Nari
berbunyi dan dia ijin sebentar pada Ji Hoo untuk mengangkatnya. Nari masuk ke
kamarnya dan mengangkat teleponnya.
“yoboseyo oppa”
“dongsaeng-ah
kau sudah pulang?” tanya seseorang disebrang yang adalah Jun Ri
“iya baru saja
sampai rumah, apa oppa belum tidur?”
“belum,
dongsaeng-ah….”
“ada apa oppa?”
“mianhae”
“kenapa minta
maaf?”
“hanya ingin
saja, maafkan oppa yang belum bisa jadi kakak yang baik untukmu”
“itu tidak benar, oppa adalah kakak terbaik yang pernah kumiliki”
“benarkah?”
“tentu”
“terima kasih
dongsaeng-ah, oppa sangat menyayangimu, kau harus bisa menjaga
dirimu”
“kenapa
perkataan oppa aneh sekali?”
“tidak apa-apa,
aku hanya sedang merasa lelah, ya sudah istirahatlah”
“sungguh tidak
apa-apa? Oppa juga harus istirahat”
“percayalah
tidak ada apa-apa, oppa juga akan segera istirahat”
“baiklah,
sampai besok oppa”
“iya” jawab Jun
Ri yang langsung menutup teleponnya.
.
.
Nari keluar
dari kamar dan mendapati Ji Hoo yang tertidur disofa, Nari berniat
membangunkannya namun tidak tega karena melihat wajah Ji Hoo yang terlihat pulas.
Skipp-----
Keesokan paginya….
“apa kemeja kakak saya kekecilan? Maaf
karena kakak saya tidak punya banyak kemeja” ucap Nari setelah melihat Ji Hoo keluar dari kamar kakaknya.
“ini pas, sepertinya ukuran badan
kami sama” jawab Ji Hoo
“benarkah?”
“…” Ji Hoo mengangguk pasti
“mari sarapan dulu sonsengnim, saya
sudah menyiapkannya”
.
.
“apa masakan saya enak?” tanya Nari
“ini enak”
“syukurlah”
“ngomong-ngomong kenapa semalam kau
tidak membangunkanku, apa kau sengaja ingin aku menginap disini?”
Nari terkejut dengan pertanyaan Ji
Hoo dan langsung menggelengkan kepalanya.
“tidak, bukan begitu sonsengnim,
semalam saya ingin membangunkan sonsengnim tapi sonsengnim kelihatannya
tertidur pulas jadi saya tidak tega, dan juga saya khawatir terjadi sesuatu
pada sonsengnim jika menyetir pulang dalam keadaan mengantuk”
“kau khawatir padaku?”
“tentu saja”
“kenapa?”
“ya karena sonsengnim adalah atasan
saya”
“apa kau hanya menganggapku sebatas
itu?”
“hah?” Nari tidak mengerti
pertanyaan Ji Hoo
“tidak apa-apa, lupakan saja”
.
.
.
.
Nari mengantar Ji Hoo sampai didepan
mobilnya.
“apa kau masih shift sore?” tanya Ji
Hoo
“iya”
“kau akan ke coffe shop?”
“iya mungkin nanti siang saya ke
coffe shop”
“jadi kau mau istirahat dulu
dirumah?”
“tidak, setelah ini saya akan ke JH
Food dulu”
“JH Food?”
“iya sesekali saya ada pekerjaan
part time sebagai pencicip makanan”
Ji Hoo tersenyum mendengar perkataan
Nari, “apa masih ada lagi pekerjaan part time yang kau lakukan selain di coffe
shop dan JH Food?”
“iya ada, tapi saya sudah tidak
melakukannya lagi, sekarang saya hanya part time di coffe shop dan sesekali di
JH Food”
“kau mengingatkanku pada seseorang”
ucap Ji Hoo yang membuat Nari terkejut
“siapa?”
“orang yang pernah kusukai” jawab Ji
Hoo
“aku pergi dulu, sampaikan pada
kakakmu aku akan segera mengembalikan kemejanya” lanjut Ji Hoo yang langsung
membuka pintu pengemudi.
“hati-hati dijalan sonsengnim” ucap
Nari
------------------------------------
Jam 3 sore di Rainbow hospital….
Nari memasuki rumah sakit sambil
berlari dengan wajah cemas, dia terus berlari hingga langkah kakinya sampai di
ruang ICU.
Nari menghentikan langkahnya tatkala
dia melihat dokter Kim, Ji Hoo, perawat Min dan perawat Lee tengah berkumpul.
“Kim sonsengnim, apa yang terjadi?”
tanya Nari cemas
“tadi pagi Jung Sook meminta ijin
untuk pulang kerumah agar bisa bertemu dengan keluarganya, ibunya bilang mereka
makan siang bersama dan menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama ayah dan
kakak Jung Sook tapi satu jam yang lalu tiba-tiba Jung Sook merasa kesakitan
dibagian kepalanya dan jatuh pingsan, setelah dia dibawa kesini dan aku
mengecek keadaannya…..” dokter Kim Hyuk ragu untuk melanjutkan kata-katanya
“keadaannya bagaimana sonsengnim?”
tanya Nari
“perawat Han, maaf tapi sepertinya
waktu Jung Sook sudah habis….” Ucap dokter Kim lirih
Seketika kedua kaki Nari terasa
lemas, air matanya pun jatuh tak terbendung, perawat Min dengan sigap memegangi
tubuh Nari agar tidak jatuh.
“kau harus kuat perawat Han, Jung
Sook sudah melewati hari-hari yang menyenangkan bersamamu, Tuhan pasti sangat
menyayanginya, mungkin Jung Sook akan merasa lebih baik disana”
Nari hanya terdiam tak berkata
apapun, Ji Hoo terus menatap Nari dan merasakan kesedihan yang sama.
.
.
“perawat Han kau sudah datang?” ucap
ny. Kang saat dia baru keluar dari ruang Jung Sook
Nari dan beberapa orang yang berada
di depan ruang ICU langsung menatap ny.
Kang.
“iya nyonya saya disini” jawab Nari
“masuklah, Jung Sook sudah sadar dan
dia ingin bicara denganmu dan juga dokter Yoon”
.
.
.
“Jung Sook-ah, apa kau merasa lebih
baik?” tanya Nari sambil memegang tangan kanan Jung Sook”
Jung Sook tersenyum lemah menatap
Nari dan Ji Hoo.
“Yoon sonsengnim…berikan tanganmu
padaku…” ucap Jung Sook
Ji Hoo pun mengulurkan tangannya,
Jung Sook meletakkan telapak tangan Ji Hoo diatas telapak tangan Nari.
“Nari noona, Yoon sonsengnim, terima
kasih sudah memberikan waktu yang menyenangkan bersamaku, dan terima kasih pula
untuk perhatian dan cinta kalian padaku, noona… kau sudah menepati janjimu jadi
kau sudah tidak berhutang apa-apa lagi padaku, dan Yoon sonsengnim bisakah aku
meminta sesuatu padamu?”
“katakanlah Jung Sook-ah” ucap Ji
Hoo
“maukah Yoon sonseng menjaga Nari
noona?”
Sontak Nari, Ji Hoo, nyonya dan tuan
Kang beserta Kang Ha Neul terkejut mendengar pertanyaan Jung Sook.
“jawab aku Yoon sonseng” ucap Jung
Sook
“Jung Sook-ah kenapa kau meminta
sesuatu seperti itu pada Yoon sonsengnim” ucap Nari
“aku bersedia, aku akan menjaga
perawat Han” ucap Ji Hoo tiba-tiba dan membuat Nari lebih terkejut
Jung Sook tersenyum lega, “kalau
begitu Yoon sonseng tidak boleh mengingkarinya, ibu, ayah dan kakakku yang jadi
saksinya, jika Yoon sonseng sampai menyakiti Nari noona maka aku akan
menghukumu dari surga” ucap Jung Sook sambil menunjukkan kepalan tangan kirinya
pada Ji Hoo.
Ji Hoo dan semuanya tertawa dalam
kesedihan mendengar ucapan Jung Sook.
Jung Sook melepas kaitan tangannya
pada tangan Nari dan Ji Hoo kemudian meminta ayah, ibu dan kakaknya mendekat.
“oemmaaa…aku sangat mencintai oemma,
oemma harus hidup bahagia, Kang appa….aku tahu kau mencintai oemma dan juga
mencintaiku, terima kasih atas cintamu pada kami, Ha Neul hyung….kau adalah
kakak terbaik yang pernah kumiliki, aku mencintaimu, lakukanlah yang terbaik
untuk appa dan oemma, dan juga appa…oemma… aku punya permintaan untuk kalian…”
“permintaan apa Jung Sook-ah,
katakanlah” ucap tuan Kang
“buatlah adik untukku dan Ha Neul
hyung, agar setelah aku pergi Ha Neul hyung tidak kesepian, Ha Neul hyung….”
“iya Jung Sook dongsaeng” jawab Ha
Neul
“uljima (jangan menangis) kau harus
tumbuh menjadi pria yang bisa menjaga appa dan oemma juga calon adik kita, berjanjilah
kau akan menjaga mereka”
“tentu, aku berjanji akan menjaga
mereka dongsaeng-ah, aku juga sangat mencintaimu” Ha Neul memeluk Jung Sook
erat
“aku tahu… oemma….appa….hyung….Yoon
sonseng….Nari noona selamat tinggal, aku mencintai kalian semua…”
Titttttttttttttttttttttttttttttttttttt…………………………..
Garis lurus nampak berjalan dilayar
monitor disamping Jung Sook menandakan anak lelaki itu telah pergi selamanya…..
------------------------
3 hari kemudian…..
Jam 10 pagi
Ny. Kang, tuan Kang, Kang Ha Neul,
Ji Hoo, Nari, dan puluhan orang lainnya terlihat baru keluar dari area
pemakanan setelah proses pemakaman Jung Sook selesai.
Sesampainya ditempat parkir, Ji Hoo
langsung menghentikan keluarga Kang, Ji Hoo pergi kemobilnya sebentar untuk
mengambil sebuah paper bag.
“nyonya Kang ini untukmu, didalamnya
adalah album foto yang berisi foto-foto Jung Sook saat dia pergi ke kebun
binatang bersama perawat Han dan saat dia pergi ke aquariaum bersamaku dan
perawat Han, dia memintaku untuk mencetak foto-fotonya agar bisa diberikan pada
nyonya” jelas Ji Hoo setelah menyodorkan sebuah paper bag pada ny. Kang.
“terima kasih Yoon sonsengnim,
perawat Han”
“iya nyonya” jawab Ji Hoo dan Nari
bersamaan
“kapan-kapan kalian harus makan
malam bersama dirumah kami” ucap tuan Kang
“benar, jika kami mengundang kalian makan, kalian
akan datang kan?” tanya ny. Kang
“tentu” jawab Ji Hoo
“kami akan datang tuan, nyonya”
“baiklah, sampai jumpa Yoon
sonsengnim, perawat Han” ucap tuan Kang
“sampai ketemu Nari noona, Yoon
sonsengnim” ucap Ha Neul
“iya sampai jumpa” jawab Ji Hoo dan
Nari hampir bersamaan
.
.
.
.
“kau shift malam lagi?” tanya Ji Hoo
setelah mereka duduk bersama di coffe shop Mae Ri
“iya”
“ambillah libur hari ini”
“saya sudah mengambil libur dihari
meninggalnya Jung Sook”
“kalau begitu aku yang akan
mengatakan pada kepala perawat Lee” ucap Ji Hoo mengeluarkan ponselnya.
“jangan_____biar saya saja, saya
akan meminta ijin tidak masuk”
Nari langsung menelepon perawat Min
untuk minta ijin.
“mereka pasti kerepotan karena saya,
apa sonsengmin aslinya seperti ini?” ucap Nari
“seperti apa?” tanya Ji Hoo heran
“berbuat seenaknya sendiri”
Ji Hoo langsung teringat perkataan
Jun Pyo beberapa waktu lalu saat dia betemu Nari di Shinhwa hotel
“Ji Hoo-ah apa
sekarang sifat ‘seenak sendiri’ milikku telah beralih padamu?”
Ji Hoo tersenyum mengingat perkataan
Jun Pyo tersebut.
“kenapa sonsengnim tersenyum?” tanya
Nari heran
Ji Hoo langsung menyembunyikan
senyumnya, “aku hanya sedang teringat pada temanku”
“ayo pergi….” Ucap Ji Hoo yang
langsung merarik tangan Nari
Mae Ri dan Ji Sung yang sedari tadi
memperhatikan kedua insan itu hanya melambaikan tangannya pada Nari dan Ji Hoo
ketika mereka keluar dari Coffe shop.
.
.
.
.
.
3 jam kemudian Ji Hoo dan Nari
sampai di pantai Gyeongpo di Gangneung Propinsi Gangwon.
“kenapa sonsengnim membawa saya
kemari?” tanya Nari heran setelah Ji Hoo memarkirkan mobilnya didekat pantai.
“sudah jam 2 siang, kita cari makan
dulu” Ji Hoo menarik tangan Nari menuju sebuah kedai makanan dekat hutan pinus
disekitar pantai.
.
.
.
“kau sudah kenyang?” tanya Ji Hoo
setelah mereka selesai makan
“bagaimana tidak kenyang jika
sonsengnim meminta saya menghabiskan semua ini” jawab Nari menunjuk
piring-piring makanan yang telah mereka habiskan.
Ji Hoo tersenyum melihat reaksi
Nari.
“kenapa sonsengnim dari tadi terus
tersenyum, hari ini kan hari pemakanan Jung Sook”
“apa Jung Sook meminta kita untuk
terus bersedih dan menangis?”
“…..”
“dia sudah tenang dan bahagia
disana, lihatlah kelangit dengan hati dan kenanganmu bersama Jung Sook, kau
pasti akan melihat wajah Jung Sook yang tersenyum, lagi pula aku harus menepati
janjiku padanya”
“menepati janji?”
“janjiku untuk menjagamu” ucap Ji
Hoo menatap Nari.
Nari langsung salah tingkah melihat
tatapan Ji Hoo, jantungnya juga tiba-tiba berdebar kencang membuat Ji Hoo
kembali tersenyum.
“apa kau gugup?” tanya Ji Hoo
menggoda
“ti__tidak, gugup kenapa?” ucap Nari
menyembunyikan debaran jantungnya.
“apa kau suka suasana disini?”
“em, iya tentu saja, disini indah
dan sejuk, terima kasih sudah membawa saya kesini, tapi jika sonsengnim ingin
pergi kepantai kenapa tidak ke Eurwangni saja yang dekat, kenapa harus menyetir
jauh-jauh kesini, apa sonsengnim tidak lelah?”
“suasana disini lebih tenang” jawab
Ji Hoo singkat
.
.
.
.
Ji Hoo dan Nari berjalan-jalan
menyusuri pantai dengan menenteng sepatu mereka masing-masing.
“sonsengnim, sudah jam 4, ayo kita
pulang” ajak Nari pada Ji Hoo
“tunggu sampai sunset tiba” jawab Ji
Hoo memandang pantai dihadapannya
“tapi itu masih sekitar 2 jam lagi,
apa sonsengnim tidak akan kelelahan, sonsengnim masih harus menyetir pulang”
Ji Hoo menoleh ke arah Nari dan
menarik tangan Nari pergi, “kalau begitu buat agar aku tidak lelah”
.
.
.
Keduanya kembali duduk di meja
pantai dibawah deretan pohon pinus, sesaat kemudian Ji Hoo merebahkan kepalanya
ke pangkuan Nari lalu memejamkan matanya. Nari terkejut dengan perlakuan Ji Hoo
namun tak bisa berbuat apapun selain membiarkan Ji Hoo tidur.
“bangunkan aku jika sunset hampir
tiba” ucap Ji Hoo dengan matanya yang terpejam.
Nari hanya diam tidak menjawab,
namun dalam hatinya berkata “apa dia
memang suka berbuat seenaknya sendiri?”
.
.
.
2 jam kemudian sunset yang
ditunggupun tiba.
“sonsengnim, bangun….., sunsetnya
sudah tiba” ucap Nari sambil menyentuh bahu Ji Hoo, namun pria itu tidak
bergeming.
“sonsengnim…sonsengnim….” Nari
mengerakkan bahu Ji Hoo dan bersuara lebih keras.
“bangunlah sonsengnim…”
Ji hoo pun akhirnya terbangun dan
memposisikan badannya untuk duduk disebelah Nari. Ji Hoo memandang lurus
kedepan menikmati sunset yang sebentar lagi berakhir, sedang Nari memandang Ji
Hoo sedikit kesal.
“sunsetnya hampir habis, kau tidak
mau lihat?” ucap Ji Hoo dengan tatapan tetap lurus kedepan.
Naripun mengalihkan pandangannya
dari Ji Hoo dan ikut memandang sunset.
Beberapa menit kemudian sunsetpun
hilang dan kini kegelapan malampun tiba.
“Han Nari-shi” Ji Hoo menoleh pada
Nari
“iya sonsengnim” Nari juga menoleh
menatap Ji Hoo
“apa yang kau pikirkan tentangku?”
“em, awalnya saya pikir sonsengnim
adalah pria yang baik, lembut, bersahaja walau kadang terlihat dingin, tapi
sekarang___”
“tapi apa?”
“melihat sikap sonsengnim hari ini,
saya pikir sonsengim sedikit egois”
“apa kau marah padaku?”
“saya tidak marah, hanya saja
seharusnya sonsengnim bertanya dulu padaku sebelum mengajakku pergi”
“apa kau merasa tidak nyaman
bersamaku?”
“bukan begitu, sejujurnya saya
senang bisa kesini dan melihat pantai, tapi saya merasa sedikit tidak enak
karena sonsengnim adalah atasan saya…..”
“kalau begitu jangan panggil aku
sonsengnim jika berada diluar rumah sakit, bukankah itu akan lebih nyaman
untukmu”
“lalu saya harus memanggil apa?”
“terserah, dan jangan gunakan bahasa
formal lagi padaku jika bukan di rumah sakit”
“sonsengnim….”
“apa kau tahu, aku bukanlah orang
yang seperti ini sebelumnya, aku selalu bersikap sesuai aturan, acuh dengan
urusan orang lain, tapi sejak bertemu denganmu aku sudah beberapa kali bersikap
seenak sendiri seperti yang kau bilang, awalnya aku tidak mengerti kenapa aku
seperti ini, tapi setelah kupikirkan selama beberapa hari terakhir kurasa ini
semua karena___” Ji Hoo menghentikan ucapannya dan menatap Nari
“Han Nari-shi, apa kau punya pacar?”
tanya Ji Hoo
Nari menggelengkan kepalanya,
“tidak, saya tidak punya”
“apa ada orang yang kau suka?”
“itu….em….”
“Han Nari-shi, kurasa aku menyukaimu”
ucap Ji Hoo tiba-tiba yang membuat jantung Nari terasa meledak karena terkejut,
kedua matanyapun membulat memandang mata Ji Hoo.
Belum sempat Nari menetralkan
debaran jantungnya, Ji Hoo sudah mendekatkan wajahnya dan….
CUPPP…..
Ji Hoo menempelkan bibirnya pada
bibir Nari dan menciumnya lembut, Nari hanya bisa menahan nafasnya dan tidak
bisa bergerak sedikitpun karena sekujur tubuhnya terasa tersengat listrik,
otaknyapun tidak bisa berpikir apapun dan akhirnya Nari memejamkan matanya
merasakan sentuhan yang diberikan Ji Hoo.
Skipp------
Ji Hoo menghentikan mobilnya didepan
rumah Nari, dilihatnya rumah itu masih gelap tanda tidak ada orang didalam. Ji
Hoo menoleh kearah gadis disampingnya yang tertidur pulas. Ji Hoo mengambil tas
Nari mencari sesuatu yaitu kunci rumah.
.
.
Ji Hoo menggendong Nari
dipunggungnya sampai di kamar gadis itu, kemudian Ji Hoo merebahkan Nari
pelan-pelan, melepas sepatunya dan menyelimutinya.
Ji Hoo duduk disamping tubuh Nari
dan memandang wajah gadis itu.
Tiba-tiba ponsel Nari bergetar ada
sebuah panggilan dari nomer tak dikenal, Ji Hoo mengambil ponsel itu dan
memutuskan untuk menerima panggilan itu.
“yoboseyo..” ucap Ji Hoo
“yoboseyo…apa ini nomor adik dari
Han Jun Ri?” tanya suara disebrang
Ji Hoo merasa seperti mengenali suara
tersebut tapi ingin memastikan lebih dulu.
“iya benar, tapi dia sedang tidak
bisa menerima telepon, apa terjadi sesuatu pada Han Jun Ri-shi”
“em begini saya Song Woo Bin kepala
kepolisian Gangnam, Han Jun Ri-shi….”
“Woo Bin-ah….” Ucap Ji Hoo yang kini
telah yakin jika suara disebrang adalah temannya Woo Bin
“siapa ini, kau…”
“kau tidak mengenali suaraku?” tanya
Ji Hoo
“Ji Hoo? Tapi kenapa kau bisa
menjawab telepon ini, apa kau mengenal pemilik ponsel ini?”
“iya, ini ponsel Han Nari, aku
sedang dirumahnya”
“APAAAA!!!”
Skip-----
Ji Hoo berlari memasuki Shinhwa
hospital menuju UGD, langkahnya terhenti saat melihat Woo Bin yang sedang
bicara dengan Jan Di di dalam UGD.
“Woo Bin-ah, apa yang terjadi pada
kakak Nari?” tanya Ji Hoo dengan nafas yang sedikit terengah-engah
“slow down brother, aku akan
menjelaskannya, tapi….dimana Han Nari?” ucap Woo Bin
“dia sedang tidur, aku tidak tega
membangunkannya” jawab Ji Hoo yang langsung membuat Woo Bin dan Jan Di menatap
heran kearah Ji Hoo
“jangan menatapku seperti itu,
sekarang jelaskan apa yang terjadi”
“sebaiknya kita bicara diluar” ucap
Jan Di
.
.
.
Ketiganya bicara disebuah ruang
santai tidak jauh dari UGD.
“aku tidak tahu jika Han Jun Ri
ternyata adalah kakak dari Han Nari, jika aku tahu sebelumnya mungkin aku akan
bicara dengan Nari” ucap Woo Bin
“sebenarnya ada apa?” tanya Ji Hoo
penasaran
“begini, sebenarnya beberapa hari
lalu aku menangkap Han Jun Ri dalam sebuah operasi penyelundupan narkoba di
Busan, setelah melakukan intrograsi aku mendapat info jika Han Jun Ri melakukan
pekerjaan kotor itu karena dia harus membayar hutang pada seorang mafia, lalu
aku dan timku memutuskan menggunakan Han Jun Ri untuk menjebak mafia itu untuk
membongkar tempat produksi narkoba mereka, dan Han Jun Ri menyetujuinya, dan
hari ini adalah operasi yang kami rencanakan, kami berhasil menemukan gudang
tempat produksi dan penyimpanan narkoba serta menangkap mafia itu, tapi Han Jun
Ri terluka karena terjatuh dari lantai 2 saat berkelahi dengan tangan kanan
mafia itu, begitulah ceritanya”
“lalu bagaimana keadaannya
sekarang?”
“Han Jun Ri-shi mengalami patah
tulang pada lengan kanannya dan pendarahan di otaknya, kami sudah melakukan
operasi dan berhasil menghentikan pendarahannya, mungkin besok dia sudah bisa
siuman” jelas Jan Di
“dimana dia sekarang?”
“kami sudah memindahkannya ke ruang
perawatan di lantai 3” ucap Jan Di
“dan aku menempatkan 2 anak buahku
didepan ruang rawatnya untuk berjaga-jaga”
“begitu, terima kasih atas bantuanmu
Jan Di-ah, Woo Bin-ah”
“tidak perlu berterima kasih sunbae,
tapi kau belum menjelaskan bagaimana bisa kau ada dirumah Han Nari, apa kalian
benar-benar berkencan?”
“katakan yang sejujurnya Ji Hoo-ah”
“sebenarnya tadi kami pergi bersama
dan saat aku mengantarnya pulang dia tertidur dan seperti yang tadi kubilang
aku tidak tega membangunkannya”
Jan Di dan Woo Bin tersenyum
menanggapi jawaban Ji Hoo.
“Jan Di-ah, kurasa sekarang kau
tidak perlu menghawatirkan Ji Hoo karena dia sekarang sudah jatuh cinta pada
gadis lain” ucap Woo Bin dengan senyum jahilnya.
“sunbae benar, Ji Hoo sunbae cukhae
(selamat) aku harap hubungan kalian berjalan lancar” ucap Jan Di dengan senyum
cerahnya yang membuat Ji Hoo ikut tersenyum.
-----------------------------
Keesokan paginya di Shinhwa
hospital…..
Nari tampak sedang berbicara dengan
Woo Bin didepan ruang perawatan Jun Ri.
.
.
“jika kakakku sudah sadar, apa yang
akan terjadi padanya letnan Song?” tanya Nari
“jangan memanggilku dengan sebutan
seperti itu, panggil saja namaku atau kau juga bisa memanggilku ja-hyoeng
(kakak ipar)” ucap Woo Bin
“ja___ja hyoeng?” tanya Nari heran
Woo Bin hanya tersenyum simpul,
“nanti kau juga akan tahu apa maksud sebutan ja hyoeng itu, dan mengenai
kakakmu, setelah dia sadar dan kondisinya stabil maka kami harus membawanya
kembali ke rumah tahanan, meski dia sudah banyak membantu dalam penangkapan
Tn.Kim tapi yang namanya kesalahan dan hukum harus tetap berjalan, kau mengerti
maksudku kan? Aku hanya bisa membantunya dengan meminta jaksa untuk meringankan
tuntutan pada kakakmu, maaf aku tidak bisa membantu lebih banyak” jelas Woo Bin
“iya aku mengerti, aku juga mengerti
kenapa kakakku melakukan hal buruk seperti itu, terima kasih atas bantuan dan
perhatian letnan Kim pada kakakku, aku tidak tahu harus membalasnya dengan cara
seperti apa”
“hey sudah kubilang jangan panggil
aku letnan”
“ah iya maaf Song Woo Bin-shi” ucap
Nari tersenyum
“itu terdengar lebih baik, dan kau
tidak usah bingung untuk membalas apa yang sudah kulakukan, kau berada
disamping Ji Hoo itu sudah cukup bagiku, anggap saja itu cara untuk membalasku
he he he”
“maksudmu Yoon sonsengnim?”
“tentu, siapa lagi, kau tahu kan
kalau aku, Ji Hoo, Jun Pyo dan Yi Jung bukan sekedar sahabat tapi kami adalah
saudara dan keluarga, jadi jika Ji Hoo bahagia maka aku juga akan ikut bahagia,
aku harus kembali ke kantor sekarang, sampai jumpa lagi jesushin (adik ipar) Han” ucap Woo Bin
tersenyum dan berlalu pergi tanpa memberi kesempatan Nari untuk mempertanyakan
sebutan adik ipar dari Woo Bin.
.
.
.
“oppa….kau sudah sadar?” tanya Nari
ketika melihat Jun Ri membuka matanya
“oh…dimana aku?” ucap Jun Ri dengan
mengerjap-ngerjapkan matanya
“oppa dirumah sakit, Kim Woo Bin-shi
yang membawamu kesini, dia sudah menceritakan semuanya”
Jun Ri terdiam menatap Nari
“oppa…kau merasa pusing? Aku akan
panggilkan dokter dulu ya” Nari beranjak dari duduknya ingin keluar tapi
tangannya ditahan Jun Ri.
“mianhae dongsaeng-ah” ucap Jun Ri
lirih
“oppa tidak perlu minta maaf, aku
mengerti kenapa oppa melakukan ini semua, aku justru sangat bangga pada oppa
karena oppa berani mengambil keputusan untuk bekerja sama dengan polisi” Nari
tersenyum menenangkan Jun Ri
“benarkah? Kau tidak marah padaku?”
“aku akan marah jika oppa
benar-benar menjadi orang jahat”
“tidak akan, aku akan selalu jadi
oppa yang baik untukmu” ucap Jun Ri tersenyum
------------------------------
3 hari kemudian….
Jam 1 siang di Rainbow hospital….
Ji Hoo mendatangi ruang bagian
kanker mencari Nari.
“perawat Min, dimana perawat Han?”
tanya Ji Hoo yang langsung membuat heran perawat Min dan perawat lainnya di
lobi ruang kanker
“perawat Han sedang di kamar no. 6”
jawab perawat Min
“terima kasih” ucap Ji Hoo seraya
melangkah menuju kamar no. 6
.
.
Ji Hoo masuk ke kamar no. 6,
dilihatnya Nari yang sedang menyuapi seorang pasien perempuan berumur 6 tahun.
Beberapa menit kemudian Nari selesai
menyuapi pasien tersebut.
“woah Nana-ah kau hebat sekali bisa
menghabiskan makananmu, nah sekarang minum obatnya ya” ucap Nari tersenyum dan
mengambil 3 butir tablet dari nakas sebelah ranjang pasien tersebut
“jika aku minum obat apa ibuku akan
segera datang?” ucap si pasien yang bernama Nana
“tentu, tadi ibumu sudah menelepon
katanya akan tiba sebentar lagi”
“apa unnie akan menemaniku sampai
ibuku datang?”
“tentu saja, sekarang kau minum
obatnya dulu ya”
Nana akhirnya menimum obat yang
diberikan Nari, dia lalu tak sengaja memandang ke arah pintu kamar dimana Ji
Hoo masih berdiri disana mengamati Nari.
“woah dokter itu tampan sekali”
celetuk Nana sambil menunjuk ke arah Ji Hoo, Nari pun langsung menengok ke arah
yang ditunjuk Nana dan langsung terkejut karena Ji Hoo sedang berdiri
memandangnya.
Merasa dia sudah ketahuan maka Ji
Hoo melangkah masuk dan menyapa Nana.
“annyeong, apa kau pasien baru
disini?” tanya Ji Hoo ramah
“iya, namaku Jung Nana, aku baru
dirawat disini sejak kemarin” jawab Nana ceria
“namamu bagus sekali Nana-ah,
perkenalkan namaku Yoon Ji Hoo, aku rasa kita akan sering bertemu”
“Yoon Ji Hoo, sonsengnim kau tampan
sekali” ucap Nana tersenyum lebar menatap Ji Hoo
Ji Hoo pun tersenyum menanggapi
pujian Nana, “benarkah? Tapi kurasa hanya kau yang bilang seperti itu” jawah Ji
Hoo
“tidak mungkin, apa tidak ada orang
lain yang bilang kalau sonsengnim tampan? Menurutku kau bahkan mirip dengan
tokoh anime di komik-komik yang kubaca”
Ji Hoo kembali tersenyum denga
celotehan Nana, “aku pernah mendengar orang lain bilang aku tampan, tapi kurasa
unnie disebelahmu ini tidak sependapat” ucap Ji Hoo menunjuk Nari dan Nari
hanya menatap terkejut pada ucapan Ji Hoo
“benarkah itu unnie? Menurutmu Yoon
sonsengnim ini tidak tampan?” tanya Nana pada Nari
“bukan begitu, Yoon sonsengnim tentu
saja tampan” jawab Nari salah tingkah
“kalau aku tampan berarti kau
menyukaiku juga kan?” ucap Ji Hoo menggoda Nari
Nana menatap Ji Hoo dan Nari
bergantian, “sonsengnim….apa kau menyukai Nari unnie?”
“iya, aku menyukainya tapi kurasa
dia tidak menyukaiku, apa kau tahu cara agar dia menyukaiku juga?” tanya Ji Hoo
menatap Nana
“Yoon sonsengnim…” ucap Nari menegur
Ji Hoo
“unnie…kenapa kau tidak menyukai
Yoon sonsengnim? Apa dia tidak baik padamu?” tanya Nana polos
“bukan begitu Nana-ah, Yoon
sonsengnim kau tidak boleh mengatakan hal seperti ini dihadapan anak-anak”
“kalau begitu apa kau mau jika kita
bicara berdua?” ucap Ji Hoo menunjuk pintu kamar
“saya harus menemani Nana sampai
ibunya datang”
“Nana-ah!!! Oemma datang!!!” ucap
seorang wanita berumur 35 tahunan yang baru saja memasuki kamar
“oemmaaa!!!” teriak Nana senang
Wanita yang dipanggil ‘oemma’ oleh
Nana langsung memberi hormat pada Ji Hoo dan Nari.
“selamat siang dokter, perawat Han”
ucap wanita tersebut ramah
“nyonya, tadi Nana sudah makan dan
minum obat” ucap Nari
“baguslah, terima kasih sudah
menjaga putriku, perawat Han bisa istirahat dulu, aku akan menjaga Nana” ucap
ibunya Nana
“baiklah, sampai nanti nyonya, saya
permisi” ucap Nari
“saya juga permisi” ucap Ji Hoo yang
langsung meraih tangan Nari dan keluar dari kamar rawat Nana.
.
.
.
.
.
.
Ji Hoo dan Nari berada di kantin
rumah sakit. Nari menyantap makan siangnya ditemani Ji Hoo yang terus
menatapnya dan membuat orang-orang di kantin menatap kearah mereka berdua
karena bagi para pekerja di Rainbow hospital baru kali ini Ji Hoo berduaan
dengan wanita.
“sonsengnim berhentilah menatapku
seperti itu” ucap Nari
“kenapa?”
“mereka sepertinya terus melihat
kesini” jawab Nari menengok ke arah orang-orang yang menatap mereka
“biarkan saja, habiskan makananmu”
ucap Ji Hoo sambil terus menatap Nari
“sonsengnim, sebenarnya ada apa
denganmu? Apa kau tidak takut ada rumor tentang kita dirumah sakit ini?”
“rumor? Bukankah ini adalah
kenyataan?”
“kenyataan? Maksud sonsengnim…”
“apa kau lupa dengan yang kukatakan
tempo hari, apa kau menganggap kata-kataku adalah candaan?”
“sonsengnim, …. Kenapa sonsengnim
menyukaiku?” tanya Nari
“jika kau bertanya seperti itu, aku
juga tidak tahu jawaban pastinya, aku memikirkan alasannya selama beberapa hari
sebelum aku mengatakannya padamu tapi hasilnya aku tetap tidak tahu pasti apa
alasannya, mungkin karena senyumanmu, cara bicaramu, sikapmu, entahlah”
“…..” Nari terdiam dan hanya menatap
Ji Hoo sejenak
Skipp------
Di Shinhwa hospital : kamar rawat
Han Jun Ri
“apa kau menyukai adikku?” tanya Jun
Ri pada seorang pria yang duduk disamping ranjangnya
“iya, aku menyukainya” jawab si pria
Jun Ri tersenyum, “apa yang membuat
Yoon sonsengnim menyukai adikku? Kalian berasal dari kalangan yang berbeda bisa
dikatakan perbedaan kalian bagai langit dan bumi, kau pasti mengerti maksudku kan?” ucap Jun Ri pada pria yang
ternyata adalah Ji Hoo
“pertanyaanmu sama persis dengannya,
Han Nari-shi juga menanyakan hal yang sama, maka aku akan memberikan jawaban
yang sama yaitu aku tidak tahu alasan aku menyukainya, yang bisa kukatakan
adalah aku merasa nyaman saat bersamanya, aku tersenyum tanpa sadar ketika
melihatnya tersenyum, aku bersedih ketika melihatnya bersedih dan jantungku
berdebar kencang ketika didekatnya, aku bahkan merasa aku bukan diriku ketika
bersamanya” jelas Ji Hoo yang kembali membuat Jun Ri tersenyum
“Yoon sonsengnim, ketika besok aku
sudah kembali ke dalam tahanan maka semua orang diluar sana akan tahu bahwa aku
adalah seorang narapidana, apa kau tidak masalah memiliki kekasih yang kakaknya
adalah seorang narapidana? Kau juga belum tahu sepenuhnya tentang kehidupan
kami, pekerjaan apa saja yang pernah dia jalani, apa yang dia sukai dan apa
yang dia benci kau pasti belum mengetahui semuanya, jujur saja aku bahagia ada
seorang pria sepertimu yang menyukai adikku, tapi disisi lain aku juga merasa
khawatir apabila dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan pria sekelas dirimu,
aku takut dia terluka, aku takut jika tiba-tiba kau meninggalkannya atau
membencinya, aku tidak melarangmu berkencan dengan adikku, tapi bisakah kau
mencoba mengetahui banyak hal lebih dulu tentangnya, tentang kami, agar kau
tidak menyesal belakangan, apa kau mengerti maksudku?”
“iya, aku mengerti” jawab Ji Hoo
“OPPAAAA!! Aku datang” ucap Nari
yang tiba-tiba saja masuk ke kamar rawat Jun Ri tanpa mengetuk pintu
“Yoon sonsengnim?” ucap Nari
kemudian ketika dia mendapati Ji Hoo sedang bersama kakaknya
“kau sudah datang, apa kau sudah
makan?” ucap Jun Ri
“em belum, tapi aku membawa makanan,
apa oppa sudah makan?” ucap Nari
“NARI-AH!! Kenapa kau tidak
menungguku?” ucap seorang pria yang baru saja masuk ke kamar rawat Jun Ri, dia
adalah Lee Soo Hyun
“owh, siapa ini?” tunjuk Soo Hyun
pada Ji Hoo
“dia pemilik Rainbow hospital namanya
dokter Yoon Ji Hoo” jawab Jun Ri memperkenalkan Ji Hoo,
Ji Hoo berdiri dari duduknya dan
memberi salam perkenalan pada Soo Hyun
“kenapa dia bisa disini?” tanya Soo
Hyun heran
“dia kekasih Nari” jawab Jun Ri asal
yang langsung membuat Nari memelototkan matanya pada kakaknya
“kekasih? Yah Han Nari kenapa kau
tidak cerita padaku kalau kau sudah punya kekasih?” ucap Soo Hyun
“apa itu penting untukmu?” ucap Nari
datar
“tentu saja, kau kan sahabatku”
“sudah, sudah, Soo Hyun-ah kau
kesini untuk menjengukku kan?” tanya Jun Ri
“iya hyungnim”
“kalau begitu temani aku disini dan
biarkan Nari pergi makan malam dengan Yoon sonsengnim”
“ok ok, Nari-ah dan Yoon Ji Hoo
sonsengnim silahkan” ucap Soo Hyun mempersilahkan Nari dan Soo Hyun keluar
Nari masih tetap diam berdiri dan
menatap kakaknya.
“Han Jun Ri-shi, Lee Soo Hyun-shi,
kami permisi dulu” ucap Ji Hoo yang langsung menarik tangan Nari untuk ikut
dengannya.
Jun Ri dan So Hyun pun hanya
melambaikan tangannya pada Nari.
.
.
.
.
Ji Hoo mengajak Nari makan malam
disebuah kedai tidak jauh dari Shinhwa hospital.
Hidangan telah tersedia dihadapan Ji
Hoo dan Nari, namun Nari tidak langsung menyantapnya melainkan dia memilih
memandangi Ji Hoo.
“kenapa kau memandangku seperti itu”
ucap Ji Hoo sambil mengambil sendok dan mulai menyantap hidangan sub daging
sapi dihadapannya.
“sonsengnim, mungkin saya akan
mengudurkan diri dari Rainbow hospital” ucap Nari mengejutkan Ji Hoo
“apa kau tidak nyaman jika menjalin
hubungan di tempat kerja? Atau kau sedang menolakku?”
“sonsengnim saya___”
“mari kita berkencan Han Nari-shi”
ucap Ji Hoo memotong perkataan Nari
“…..”
“kau pernah berkencan sebelumnya?”
lanjut Ji Hoo
“…..” Nari menggelengkan kepalanya
“aku juga belum pernah berkencan,
jadi mari kita berkencan saja”
“sonsengnim belum mengenalku
sepenuhnya”
“tapi aku menyukaimu, apa itu tidak
cukup menjadi alasan?”
“…..”
“apa kau punya pemikiran seperti
kakakmu?”
“kakakku?”
“Han Nari, jangan memikirkan hal-hal
yang tidak penting, lakukan saja apa yang kutakan”
“baiklah, Yoon Ji Hoo sonsengnim
kita berkencan” ucap Nari sambil menatap lekat pada Ji Hoo
-------------------------------
2 minggu kemudian Han Jun Ri
disidang atas kesalahannya terlibat dalam pengedaran dan penyelundupan narkoba,
dia mendapat keringanan karena bersikap kooperatif selama penyelidikan dan
telah membantu kepolisian dalam penangkapan kelompok Mr. Kim, dan Han Jun Ri
akhirnya diberi hukuman 1 tahun penjara.
Berita terpidananya Han Jun Ri pun
sampai ke telinga para pekerja di Rainbow hospital, ditambah hubungan Ji Hoo dan
Nari yang telah diketahui pekerja Rainbow hospital membuat iri para perawat,
dokter dan pekerja Rainbow hospital sehingga Nari pun mulai dijauhi oleh
rekan-rekannya.
.
.
.
.
.
“jadi, sekarang apa rencanamu?”
tanya Mae Ri pada Nari yang sejak sejam lalu berkunjung ke Mae Ri coffee shop
“sebenarnya aku sudah berencana
mengundurkan diri dari Rainbow hospital, tapi Yoon sonsengnim melarangku,
menurut unnie dan Ji Sung oppa bagaimana?” ucap Nari lesu
“lalu apa Yoon sonsengnim mengatakan
sesuatu padamu?” tanya Ji Sung
“aku belum sempat bicara dengannya,
dia ada seminar di Shanghai sejak 3 hari lalu dan baru kembali besok”
“kau pasti benar-benar mengalami
kesulitan karena dia tidak ada” ucap Mae Ri
“aku tidak mau mempersulitnya unnie,
bagaimana jika aku mengundurkan diri saja, karena urusan dengan Mr. Kim sudah
beres jadi tidak masalah jika aku menjadi penganguran sementara waktu kan”
“dari pada jadi pengangguran
sebaiknya kau part time disini saja sampai kau mendapatkan pekerjaan di rumah
sakit lain” ucap Mae Ri
“benar, aku lebih terbantu jika kau
disini” sambung Ji Sung
“baiklah kalau begitu, aku akan
menunggu Yoon sonsengnim kembali besok dan baru menyerahkan surat pengunduran
diriku”
“apapun yang terjadi, kami akan ada
untukmu Nari-ah” ucap Mae Ri yang disambut anggukan oleh Ji Sung
“aku tahu” jawab Nari dengan
senyumannya.
.
.
.
Jam 9 malam…..
Setelah turun dari bus, Nari
berjalan menuju rumah sewanya dan melawi jalan yang cukup sepi.
Saat hampir sampai dirumahnya,
tiba-tiba Nari dihadang oleh 4 orang pria dari club yang tempo hari berkelahi
dengan Ji Hoo.
“selamat malam nona Han, apa
kabarmu, apa kau sendirian, kudengar kakakmu sedang dipenjara” ucap pria 1
“apa urusanmu?” ucap Nari ketus
“tidak ada urusannya, tapi kau ada
urusan dengan kami nona”
“aku sudah keluar dari club jadi aku
sudah tidak punya urusan dengan kalian, kenapa kalian terus mencariku”
“bukankah sudah kujelaskan bahwa
sejak kau keluar dan penari lain ikut keluar pendapatan club kami jadi menurun
jadi kami ingin memintamu kembali menari, ikut kami sekarang selagi kami masih
bersikap baik padamu” ucap pria 2
“jika aku tidak mau apa kalian akan
menggunakan kekerasan?”
“tentu saja” jawab pria 1
“CHAGIYAAAAA!!! Sudah berapa kali
oppa bilang jangan pulang sendiri” terdengar suara seorang pria yang berjalan
dari arah belakang Nari.
Nari dan 4 pria itupun menengok
kearah suara tersebut.
“sonsengnim!” ucap Nari saat melihat
bahwa pria tersebut ternyata adalah Ji Hoo
“jika kau pulang malam kau harus
menelepon oppa, kenapa pulang sendiri?” ucap Ji Hoo yang berjalan mendekati
Nari dan langsung merangkul pundak gadis itu.
“bukankah kau pria yang tempo hari
berkelahi dengan kami?” tanya si pria 2
“kalian lagi? Kenapa kalian suka
sekali mengganggu kekasihku?”
“jadi pria ini adalah kekasihmu? Apa
dia sudah tahu kalau kita saling kenal nona Han?” ucap pria 1
“…..” Nari hanya diam menatap tajam
si pria 1
“hey flower boy ayo kita berduel
lagi, aku yakin kali ini kau tak akan selamat” ucap pria 1
“tidak masalah” ucap Ji Hoo seraya
melepas rangkulan tangannya pada Nari dan bersiap bertarung.
“hentikan, sonsengnim sebaiknya kita
pergi saja dari sini” ucap Nari memegang lengan Ji Hoo
“jika kita pergi maka mereka akan
mengejar, kau tenang saja” jawab Ji Hoo
“nona Han sebaiknya kau minggir”
ucap pria 2
.
.
.
Sesaat kemudian perkelahian Ji Hoo
melawan 4 pria kekar pun terjadi. Keempat pria tersebut saling bergantian
menyerang Ji Hoo. Ji Hoo dengan sigap terus menghindari pukulan dan balas
memukul.
Disaat Ji Hoo lengah, salah seorang
pria berhasil mendaratkan pukulan keperut Ji Hoo disusul tendangan di tulang
kering kaki kanannya dan Ji Hoo pun terjatuh. Disaat itulah ketiga pria lain
memukul wajah Ji Hoo bergantian.
“HENTIKAN!! KU MOHON HENTIKAN!!”
ucap Nari sembari berlari mendekati Ji Hoo, namun salah seorang pria medorong
Nari dengan keras hingga Nari jatuh tersungkur dan siku tangannya terluka.
Melihat hal itu Ji Hoo mengumpulkan
kekuatannya untuk berdiri.
3 orang pria flower boy lain datang ….
Mereka tidak lain dan tidak bukan adalah Gu Jun Pyo, So Yi Jung dan Song Woo Bin.
“Ji Hoo-ah kau butuh bantuan?” tanya
Woo Bin
“hey beraninya kalian berkelahi 4
lawan 1, dasar pecundang” ucap Jun Pyo
“Han Nari-shi kau tidak apa-apa?”
tanya Yi Jung yang membantu Nari berdiri
“iya saya tidak apa-apa” jawab Nari
“hah jadi kau memanggil
teman-temanmu?” ucap pria 1
“ayo kita berduel 1 lawan 1”
lanjutnya
Dan perkelahianpun berlanjut menjadi
1 lawan 1, Ji Hoo berkelahi dengan si pria 1. Ji Hoo berhasil memukul pria 1
dan pukulannya terus berlanjut hingga pria tersebut jatuh, Ji Hoo menendang dan
terus menghajar pria 1.
Beberapa saat kemudian keempat pria
club sudah tak berdaya melawan F4. Woo Bin mengeluarkan borgol dari balik
jaketnya lalu menelepon anak buahnya.
Selang beberapa menit 2 mobil polisi
tiba di tempat tersebut dan langsung meringkuk keempat pria club yang sudah
babak belur. Sebelum si pria 1 ikut masuk ke mobil polisi dia lebih dulu
menengok ke arah Nari dan berkata “aku akan membalasmu nona Han, tunggu saja”
Nari hanya diam tak menanggapi
ucapan si pria 1, gadis itu hanya fokus medekap tubuh Ji Hoo yang penuh luka.
.
.
.
.
.
Nari dan F3 membawa Ji Hoo ke
Shinhwa hospital untuk mengobati luka-lukanya.
Ji Hoo pun disuruh menginap di salah
satu kamar rawat inap VVIP oleh F3.
“kenapa kalian tidak membawaku
pulang saja, kakekku akan khawatir” ucap Ji Hoo pada ketiga sahabatnya
“aku sudah menelepon beliau dan
menyuruhmu untuk istirahat saja” ucap Jun Pyo
“Han Nari-shi kau temani dia disini,
aku yakin dia akan cepat sembuh jika kau bersamanya” ucap Yi Jung
“baiklah” ucap Nari tersenyum
“mengenai 4 pria club itu akan aku
urus, kau tidak usah menghawatirkan apapun Han Nari-shi” ucap Woo Bin
“iya, terima kasih Song Woo Bin-shi”
ucap Nari
“Woo Bin-ah apa kau sudah merayunya,
kenapa dia bisa memanggilmu dengan sebutan shi?” tanya Yi Jung yang juga
mewakili perkataan yang akan dilontarkan Ji Hoo
“itu rahasia kami, iya kan
Nari-shi?” ucap Woo Bin yang diiyakan oleh Nari
Ji Hoo hanya menatap heran dan juga
sedikit kesal pada Nari dan Woo Bin.
.
.
.
.
“kenapa menatapku seperti itu, aku
tidak bisa tidur jika kau terus menatapku seperti itu” ucap Ji Hoo
“sonsengnim, kau bilang akan pulang
besok tapi kenapa sekarang kau sudah pulang?” tanya Nari
“apa berbohong sedikit pada
kekasihku tidak boleh?”
“jadi sonsengnim bohong?”
“kau marah?”
“tidak”
Keduanya kembali terdiam…
“Nari-shi… kau tidak sedang
berpikiran buruk kan?” tanya Ji Hoo
“berpikiran buruk?”
“iya, berpikir untuk putus dariku
karena kau merasa aku terluka seperti ini karena kau”
“kenapa sonsengnim bisa tahu apa
yang kupikirkan?”
“jadi tebakanku benar, itu tertulis
jelas didahimu” canda Ji Hoo
“benarkah, kalau begitu aku akan
menutup dahiku” Nari menyibakkan sedikit rambutnya untuk menutup dahinya dan Ji
Hoo tersenyum dengan tingkah Nari.
“Nari-shi… kemarilah” Ji Hoo meminta
Nari berbaring disampingnya
“sonsengnim…” Nari mencoba menolak
“kemarilah” rajuk Ji Hoo
Nari akhirnya mengalah dan berbaring
disamping Ji Hoo, Ji Hoo menyibakkan selimutnya untuk menyelimuti tubuh Nari
dan tubuhnya. Tangan kiri Ji Hoo menjadi bantalan kepala Nari dan tangan kanannya
mendekap tubuh Nari lembut.
“Nari-shi…jangan berpikir aku
terluka karenamu, aku melakukan ini karena diriku sendiri, aku ingin berada
disampingmu dan melindungimu, jangan pernah berpikir untuk pergi dariku”
“maafkan aku….dan terima kasih Yoon
sonsengnim” ucap Nari membalas dekapan Ji Hoo
-------------------------------------
3 hari kemudian….
Ji Hoo menjemput Nari untuk
berangkat bersama ke Rainbow hospital.
Sesampainya mereka di depan rumah
sakit, Ji Hoo membukakan pintu mobil untuk Nari, bersamaan dengan itu ponsel Ji
Hoo berdering ada panggilan masuk dari Shinhwa hospital.
Ji Hoo mengangkat teleponnya
sebentar.
“Nari-shi mianhae aku harus ke
Shinhwa ada operasi mendadak, kau masuklah dulu, nanti kita makan siang
bersama” ucap Ji Hoo memegang lengan Nari lembut
“iya sonsengnim, hati-hati” jawab
Nari dengan senyumannya.
.
.
Nari berjalan masuk ke bagian
Kanker….
“perawat Han…” panggil perawat Min
“iya sunbaenim”
“kau disuruh menghadap kepala
perawat Lee Sun Mi ke ruangannya”
“memangnya ada apa sunbaenim?”
“apa kau tidak tahu?” tanya perawat
Min heran
“tahu tentang apa?”
“hey perawat Han kau tidak tahu atau
pura-pura tidak tahu, dasar gadis munafik benar-benar tidak tahu malu” celetuk
salah seorang perawat disamping perawat Min
“perawat Kim! Jaga ucapanmu” tegur
perawat Min
“tapi aku bicara kenyataan” bela
perawat Kim
“perawat Han cepat pergilah ke ruang
perawat Lee” ucap perawat Min
“baiklah”
Nari pun berjalan menuju ruang
kepala perawat Lee Sun Mi.
.
.
.
“kau tahu ini apa!! Ini sudah
melewati batas perawat Han!!” ucap kepala perawat Lee sambil memperlihatkan
sebuah foto dilayar laptopnya.
Foto tersebut adalah foto Nari yang
sedang menari striptis di Paradise Club dengan tulisan “SEORANG PERAWAT DI RUMAH SAKIT “R” ADALAH ANGGOTA PENARI STRIPTIS DI PARADISE
CLUB” disertai sebuah foto Nari memakai seragam perawat.
“ini sungguh memalukan, aku tidak
memperdulikan tentang masalah kakakmu yang masuk penjara, tapi ini…..aku tidak
bisa mentolelirnya perawat Han”
“ibu kepala saya tidak bekerja
disana lagi, saya hanya bekerja disana 2 minggu dan itupun karena saya butuh
uang untuk membayar hutang mendiang orang tua saya” ucap Nari berusaha
menjelaskan pada atasannya
“meski kau membutuhkan uang kenapa
harus pekerjaan seperti ini, mempertontonkan lekuk tubuhmu didepan banyak pria
mabuk, dimana harga dirimu perawat Han! Apa kau tidak malu? Apa yang akan
dikatakan orang jika tahu kekasih dari direktur Rainbow Hospital adalah mantan
penari striptis, apa kau tidak memikirkan posisi Yoon sonsengnim? Apa yang kau
lakukan ini sudah mencoreng nama baik Rainbow Hospital, apa kata para orang tua
pasien jika tahu masalah ini?”
“….” Nari hanya terdiam tak bisa
berkata apapun
“ini! Cepat tulis pengunduran
dirimu, aku akan memprosesnya ke bagian HRD dan mentransfer gaji terakhirmu”
Perawat Lee menyodorkan sebuah blangko surat pengunduran diri pada Nari.
Skipp-----
Nari pulang kerumah dengan langkah
gontai, dia mencoba menghubungi Ji Hoo namun tidak ada jawaban karena Ji Hoo
sedang melakukan operasi.
Nari sampai didepan rumahnya, namun
dia mendapati 2 koper pakaian dan beberapa barang-barangnya berada diluar
rumah. Lalu munculnya seorang wanita paruh baya dari dalam rumah Nari.
“nyonya ada apa ini, bukankah saya
sudah membayar sewa sampai 2 bulan kedepan?” tanya Nari pada wanita dihadapannya
yang tidak lain adalah pemilik rumah yang disewa Nari dan kakaknya.
“ini! Aku kembalikan uang sewa dan
uang jaminanmu, sekarang pergilah dari sini” ucap si pemilik dengan nada ketus
sembari memberi uang pada Nari
“tapi kenapa?”
“kenapa? Kau tidak tahu kalau fotomu
sudah beredar di internet?”
“foto?”
“iya fotomu yang sedang menari
striptis, aku masih bisa mentolerir mengenai status kakakmu yang dipenjara,
tapi tidak dengan ini, aku merasa malu rumahku disewa oleh wanita murahan
sepertimu, pergilah! Bawa barang-barangmu sekarang juga!!” ucap si pemilik yang
kemudian berlalu pergi meninggalkan Nari.
.
.
.
.
.
Nari terpaksa membawa koper dan
barang-barangnya ke Mae Ri coffee shop.
“unnie, maaf aku terpaksa membawa
barang-barangku ini kesini, aku tidak tahu harus membawanya kemana” ucap Nari
pada Mae Ri
“tidak masalah, lalu kau akan tidur
dimana? Bagaimana jika kau menginap dirumahku sementara waktu?”
“tidak unnie aku tidak enak jika
tinggal dirumahmu, bagaimana jika aku tinggal di café ini sampai aku menemukan
tempat tinggal baru, bukankah diruang belakang ada selimut dan bantal?”
“tapi ruangan itu kecil, kau juga
mungkin akan kedinginan”
“tidak apa-apa, hanya untuk beberapa
hari unnie”
“baiklah, kalau begitu nanti aku
akan pulang dan mengambil selimut lagi untukmu”
“terima kasih unnie”
“sayangnya aku tidak bisa menawarimu
untuk tinggal dirumahku Nari-ah” ucap Ji Sung
“siapa yang mau tinggal dirumahmu!!”
ucap Nari dan Mae Ri bersamaan
“kalian kompak sekali, tapi Nari-ah
kau tidak takut menginap disini?” ucap Ji Sung
“apa yang harus ditakutkan?”
“yah mungkin saja kau takut, apa kau
sudah bilang pada dokter Yoon mengenai pengunduran dirimu?” tanya Ji Hoo
“dia sedang ada operasi di Shinhwa
hospital jadi aku belum bisa menghubunginya, lagi pula aku rasa hubungan kami
akan sampai disini saja, aku tidak bisa jika terus membebaninya seperti ini,
aku ingin menjalani hidupku seperti dulu sebelum bertemu dengannya”
“aku bisa mengerti perasaanmu
Nari-ah, kau istirahatlah saja ke belakang biar kami yang melayani pelanggan”
ucap Mae Ri
“em unnie aku ingin mengunjungi Jun
Ri oppa sebentar, boleh kan?”
“tentu saja boleh, pergilah dan
hati-hati dijalan”
“terima kasih unnie, Ji Sung oppa
sampai nanti”
“sampai nanti” jawab Ji Sung dan Mae
Ri bersamaan
.
.
.
.
.
Ji Hoo baru saja menyelesaikan
operasinya dan mengecek ponselnya, ada 4 panggilan dari Nari, 2 panggilan dan 1
pesan dari Woo Bin. Ji Hoo yang khawatir pada Nari langsung menghubungi Nari
namun ponsel Nari tidak aktif, akhirnya Ji Hoo memutuskan membuka pesan dari Woo
Bin yang ternyata pesan tersebut adalah kiriman foto Nari menari striptis
disertani pertanyaan dari Woo Bin “Ji
Hoo-ah apa benar ini adalah Han Nari?”
Ji Hoo sangat terkejut dengan foto
yang dilihatnya, diapun teringat beberapa waktu lalu saat dirinya dan Woo Bin
pergi ke Paradise club dan melihat seorang penari striptis yang mirip dengan
Nari.
Ji Hoo segera mengganti pakaiannya,
setelah itu sambil berjalan keluar dari Shinhwa hospital Ji Hoo terus mencoba
menghubungi Nari.
.
.
.
Ji Hoo sampai di Rainbow hospital
dan langsung mencari Nari ke ruang Kanker.
“tadi pagi kepala perawat Lee
memanggil perawat Han ke ruangannya dan tidak lama setelah itu ada
pemberitahuan jika perawat Han telah mengundurkan diri” ucap perawat Min
memberi penjelasan pada Ji Hoo
“kepala perawat Lee?” tanya Ji Hoo
“iya sonsengnim”
.
.
Ji Hoo pergi keruangan kepala
perawat Lee.
“apa kepala perawat Lee yang meminta
Nari mengundurkan diri?” tanya Ji Hoo dengan wajah kesal
“benar Yoon sonsengnim” jawab
perawat Lee
“siapa yang menyuruhmu melakukan
itu?”
“saya hanya melakukan tugas saya
sebagai kepala perawat untuk menjaga nama baik rumah sakit ini sonsengnim”
“tapi aku tidak memintamu
mengeluarkan Nari!!” ucap Ji Hoo dengan nada keras hingga perawat Lee terkejut
setengah mati dengan sikap kasar Ji Hoo yang baru dilihatnya
“ma__maafkan saya sonsengnim”
Ji Hoo tidak menjawab dan langsung
pergi begitu saja.
.
.
Ji Hoo menghubungi Woo Bin, “Woo
Bin-ah aku butuh bantuanmu” ucapnya ditelepon
.
.
Ji Hoo pergi ke rumah Nari namun
rumah tersebut kosong dan tidak ada orang disekitar yang bisa ditanyai.
Akhirnya Ji Hoo memutuskan mengecek keberadaan Nari ke Mae Ri coffe shop.
.
.
.
“jadi Nari tadi kesini?” tanya Ji
Hoo pada Ji Sung dan Mae Ri
“iya, dia juga membawa ba___”
“Nari membawa tasnya, kemungkinan
dia berniat pergi keluar kota” ucap Mae Ri memotong perkataan Ji Sung
“ah iya benar, kalau tidak salah
tadi Nari bilang akan menjenguk Jun Ri ke rumah tahanan dan setelah itu mungkin
dia akan menenangkan dirinya dulu untuk beberapa hari” lanjut Ji Sung yang
mengerti kode Mae Ri untuk tidak menceritakan kondisi sebenarnya
“ke rumah tahanan?”
“iya” jawab Mae Ri dan Ji Sung
bersamaan
.
.
.
.
Ji Hoo langsung menuju ke Penjara
Taeyang untuk menemui Nari.
Sesampainya disana Ji Hoo langsung
masuk tapi dia tidak mendapati keberadaan Nari, maka Ji Hoo pun meminta petugas
untuk mempertemukannya dengan Han Jun Ri.
.
.
“Han Jun Ri-shi apa Nari tadi
kesini?” tanya Ji Hoo dengan wajah khawatirnya
“iya” jawab Jun Ri singkat
“apa dia mengatakan akan pergi
kemana?”
“Yoon Ji Hoo-shi…..bisakah kau
membiarkan adikku hidup tenang?”
“apa maksudmu?”
“seperti yang pernah kukatakan
padamu kalian adalah 2 orang dari dunia yang berbeda, meski Nari menyukaimu tapi jika dia hanya
akan terluka maka lebih baik jika kalian putus hubungan, jujur saja aku lebih
suka dia mendapat pria yang sekelas dengan kami dibanding dengan pria kaya
sepertimu”
.
.
.
Ji Hoo berjalan lesu setelah bertemu
dengan Han Jun Ri, dia mengambil ponsel disakunya dan mencoba menghubungi Nari
kembali namun ponsel Nari masih tidak aktif.
-----------------------------
Keesokan harinya Ji Hoo mengunjungi
Mae Ri coffe shop untuk mencari informasi tentang Nari, tapi sesampainya
didepan café dia melihat Nari yang sedang bekerja melayani pelanggan.
Ji Hoo berdiri diluar pintu café
memandangi Nari yang sedang mengantar pesanan pelanggan dengan senyum ramahnya.
Hampir 1 jam Ji Hoo hanya memandangi
Nari dari luar coffe shop, selama itu dia terus melihat Nari yang selalu
tersenyum ramah dan bersikap ceria pada pelanggan, sama sekali tidak terlihat
kesedihan diwajah Nari.
.
.
.
Jam 10 malam Ji Hoo kembali ke Mae
Ri coffe shop untuk mengecek keberadaan Nari kembali.
Sesampainya disana Ji Hoo tidak
melihat keberadaan Nari, maka dia memutuskan untuk masuk kedalam dan
menanyakannya pada Ji Sung.
“Ji Sung-shi dimana Nari?”
“Nari___dia___”
“Ji Sung oppa aku mau keluar
sebentar mencari makanan” ucap Nari dari arah dapur
Nari terkejut tatkala dia melihat
ada Ji Hoo di hadapan Ji Sung.
Skipp---
Ji Hoo membawa Nari ke sebuah
restaurant tidak jauh dari coffe shop.
“ini sudah lewat jam 10 malam, apa
kau baru sempat makan?” tanya Ji Hoo
“….” Nari diam tak menjawab
“makanlah, aku tidak akan
mengganggu” ucap Ji Hoo
.
.
.
.
1 jam kemudian sepasang kekasih itu
berjalan pulang menuju Mae Ri coffe shop. Mereka berjalan berdampingan tanpa
sepatah kata pun hingga mereka melewati sebuah taman, Ji Hoo memutuskan membuka
percakapan, “Woo Bin sudah menyelesaikan masalah di Paradise club dan juga
foto-fotomu telah dihapus di internet” ucap Ji Hoo
Seketika Nari menghentikan
langkahnya dan menatap Ji Hoo.
“sonsengnim saya___”
“aku tahu apa yang ingin kau
katakan” ucap Ji Hoo memotong perkataan yang akan Nari sampaikan.
Ji Hoo memegang kedua tangan Nari,
“apa ini sangat berat untukmu Nari-shi? Apa aku terlalu membebanimu? Apa kau
tidak bahagia bersamaku?”
Nari menatap lekat wajah Ji Hoo,
“saya bahagia, hanya saja ini___menyakitkan, apalagi mengetahui jika saya
menimbulkan masalah bagi sonsengnim, saya merasa hanya menjadi beban untuk
sonsengnim, maafkan saya, tapi biarkan hubungan kita sampai disini saja
sonsengnim…” ucap Nari menahan air mata yang sudah hampir jatuh dari kedua
matanya.
Seketika itu juga Ji Hoo memberikan
ciuman lembut dibibir Nari, saat itulah Nari tak bisa menahan tangisannya
hingga dia memejamkan matanya dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya.
Beberapa saat kemudian Ji Hoo
melepaskan bibirnya dari Nari.
“pergilah jika kau memang ingin
pergi, aku hanya ingin kau bahagia” ucap Ji Hoo melepas kedua tangan Nari yang
sedari tadi dipegangnya.
Nari menatap Ji Hoo dengan masih
berlinang air mata, “mianhae Yoon Ji Hoo sonsengnim”
Nari pun melangkah meninggalkan Ji
Hoo.
-----------------------------
5 hari kemudian….
Jam 8 malam di Mae Ri coffe shop
Kakek Yoon datang berkunjung dan
memesan kopi favoritnya pada Nari.
Tidak lama kemudian Nari menyuguhkan
segelas Kopi dan sepotong kue kehadapan kakek Yoon.
“makanlah ini haraboeji, saya
membuatnya sendiri dengan gula rendah kalori”
Kakek Yoon tertawa kecil menanggapi
perkataan Nari, “aku tahu kau tidak pernah menggunakan gula biasa untuk kopi
dan kue yang kau berikan”
“NARI-AH!!!” panggil Ji Sung yang
baru saja masuk ke coffe shop
Nari pun langsung menengok ke arah
pintu masuk
“ada apa oppa?” tanya Nari
“aku sudah menemukan tempat tinggal
untukmu, letaknya berjarak 1 blok dari rumah sewaku” ucap Ji Sung senang
“benarkah? Berapa biaya sewanya?”
tanya Nari antusias
“tidak mahal hanya 200 ribu won per
bulan, depositnya hanya 1 juta won”
“memangnya tempatnya seperti apa?”
“tempatnya cukup besar ada kamar
mandi dan dapurnya juga, tempatnya juga bersih, kebetulan aku mengenal
pemiliknya jadi dia mau memberi harga khusus untukmu, jika kau mau sekarang
juga kita bisa bawa barang-barangmu kesana” jelas Ji Sung
“tidak, tidak, Nari-ah sebaiknya kau
lihat dulu tempatnya seperti apa, jika cocok baru kau pindah kesana” ucap Mae
Ri
“Nari-ah apa kau pindah rumah?”
tanya kakek Yoon menyela pembicaraan mereka
“ah iya, haraboeji”
“kenapa pindah?” tanya kakek Yoon
kembali
“dia diusir pemilik rumahnya”
celetuk Ji Sung yang langsung mendapat pukulan dikepalanya oleh Mae Ri
“apa terjadi sesuatu hingga kau
diusir Nari-ah?”
“em, itu___”
.
.
.
.
Nari akhirnya menceritakan semua
masalahnya pada kakek Yoon.
“jadi pemilik rumah mengusirmu
karena kau pernah jadi penari stiptis, kau juga putus dengan pacarmu?” tanya
kakek Yoon yang ditanggapi anggukan oleh Nari
“memangnya siapa pacarmu itu, apa
dia sangat tampan dan kaya hingga kau merasa tidak sebanding dengannya”
“haraboeji pernah bertemu dengannya
disini” ucap Mae Ri
“benarkah, siapa?”
“direktur Rainbow hospital, Yoon Ji
Hoo” jawab Mae Ri
“ap___apa Yoon Ji Hoo? Pria yang
pernah kau kenalkan padaku waktu itu?”
“iya haraboeji, tapi haraboeji tidak
usah memikirkannya, saya sudah tidak apa-apa”
“tidak apa-apa bagaimana, tiap hari kau
sering melamun, kau bahkan hanya makan jika aku atau Ji Sung menyuruhmu,
keadaannya menyedihkan, haraboeji jika kau punya cucu laki-laki atau kenalan
pria yang masih single kenalkan saja pada Nari” cerocos Mae Ri
“unnie!!” bantah Nari
“Nari-ah, bagaimana jika kau tinggal
saja dirumahku, kau tidak usah menyewa apartement” ucap kakek Yoon
“bukankah haraboeji tinggal bersama
cucu haraboeji, saya tidak mau merepotkan kalian”
“merepotkan apanya, asal tahu saja
aku hanya bertemu cucuku saat sarapan dan malam hari ketika dia pulang, jika
kau tinggal bersamaku setidaknya aku akan punya teman, bagaimana?”
“haraboeji, apa cucu haraboeji itu pria
dan masih single?” tanya Mae Ri
“iya”
“woah daebak, cocok sekali, Nari-ah
kau tinggal saja dirumah kakek Yoon, kau bisa berkenalan dengan cucunya, siapa
tahu bisa jadi jodohmu, bukan begitu haraboeji?”
“benar, aku akan mengenalkannya
padamu Nari-ah, aku rasa dia tidak kalah tampan dengan Direktur Rainbow
hospital itu” ucap kakek Yoon sembari tertawa kecil.
.
.
.
Ditempat lain, tepatnya disebuah pub
elite yang berada di Shinhwa hotel….
“Ji Hoo-ah berhentilah minum dan
pulanglah, ini benar-benar bukan style-mu” ucap Jun Pyo mengambil gelas anggur
dari tangan Ji Hoo.
“jika kau seperti ini sebaiknya kau
pergi ke gadis itu dan tarik tangannya kembali, kenapa kau melepasnya jika kau
menjadi gila seperti ini” ucap Woo Bin
“apa perlu kami turun tangan seperti
dulu saat Jun Pyo mendapatkan Jan Di?” tanya Yi Jung
“tidak perlu, jangan pikirkan
masalahku, biarkan aku minum satu gelas lagi”
Ji Hoo mengambil gelasnya kembali
namun ditahan oleh Jun Pyo
“aku akan mengantarnya pulang,
kalian juga pulanglah” ucap Jun Pyo yang langsung menarik tubuh Ji Hoo dan
memapahnya.
.
.
.
Dalam perjalanan pulang Jun Pyo
menghentikan mobilnya didepan sebuah minimarket dan membeli minuman penghilang
mabuk.
“ini minumlah, tidak baik jika
haraboeji melihatmu mabuk saat pulang” Jun Pyo menyodorkan sebotol minuman pada
Ji Hoo.
Dengan patuh Ji Hoo pun meminumnya,
setelah dirasa Ji Hoo tidak terlalu mabuk Jun Pyo melanjutkan laju mobilnya
menuju rumah Ji Hoo.
.
.
Selang 15 menit Jun Pyo dan Ji Hoo
sampai dirumah keluarga Yoon.
“istirahatlah, aku tidak bisa mampir
karena Jan Di pasti akan mencariku, aku akan menelponmu besok” ucap Jun Pyo
sebelum Ji Hoo masuk kedalam rumahnya.
.
.
Ji Hoo masuk ke dalam rumah dan
langsung menuju dapur untuk mengambil air mineral.
.
.
Kakek Yoon sampai dirumah bersama
Nari.
“ayo masuklah, jangan sungkan” ucap kakek Yoon membantu
membawa koper pakaian Nari
“biar saya saja haraboeji”
“biar saya saja haraboeji”
“aku masih cukup kuat jika hanya
menarik satu koper seperti ini” ucap kakek Yoon dengan tawa khasnya
“rumah haraboeji ternyata besar
sekali, apa haraboeji sangat kaya?” ucap Nari melihat-lihat keadaan rumah kakeh
Yoon (bayangin aja rumah Ji Hoo di BBF)
“ini semua milik cucuku” jawab kakek
Yoon
Keduanya masuk kedalam rumah dan
terkejut saat melihat Ji Hoo yang keluar dari arah dapur.
“Yoon sonsengnim?” ucap Nari
terkejut
“Han Nari, bagaimana kau bisa___”
ucap Ji Hoo tak kalah terkejut
“dia akan tinggal disini” ucap kakek
Yoon
“bagaimana bisa?” ucap Nari dan Ji
Hoo bersamaan dan membuat keduanya saling bertatapan
“haraboeji, kenapa tidak bilang jika
cucu haraboeji adalah Yoon sonsengnim, saya tidak bisa tinggal disini” lanjut
Nari
“aku tidak bermaksud membohongimu
Nari-ah, bukankah tadi Mae Ri bilang kalau Ji Hoo adalah kekasihmu, jadi tidak
ada salahnya jika kau tinggal disini”
“tapi haraboeji kami sudah____”
“jangan membantah, ayo aku tunjukkan
kamarmu” ucap kakek Yoon memotong perkataan Nari dan langsung menarik koper
Nari menuju sebuah kamar.
.
.
Kakek Yoon membawa Nari memasuki
sebuah kamar diikuti Ji Hoo dibelakang mereka.
“Nari-ah kau bisa tidur dikamar ini”
ucap kakek Yoon
“tapi ini kamarku haraboeji” sela Ji
Hoo
“kamar sonsengnim?” tanya Nari
terkejut
“haraboeji bagaimana bisa__” lanjut
Nari mencoba protes
“hey….aku bukanlah orang tua yang
kolot, tidak masalah jika kalian tidur disatu kamar, siapa tahu kalian bisa
cepat menikah ha ha ha”
“haraboeji!!!” ucap Nari dan Ji Hoo
bersamaan
Tiba-tiba dada kakek Yoon terasa
sakit dan hampir terjatuh, untungnya Nari dan Ji Hoo dengan sigap menahan tubuh
kakek Yoon.
“haraboeji, kau tidak apa-apa? Kita
kerumah sakit sekarang” ucap Ji Hoo
“untuk apa kerumah sakit jika ada
dokter dan perawat disini” jawab kakek Yoon.
.
.
.
.
Kakek Yoon telah tertidur dikamarnya
dengan selang infus yang dipasang Nari dan Ji Hoo memantau detak jantung
kakeknya melalui monitor yang diletakkan di nakas samping tempat tidur.
“kau tidurlah, aku akan menjaga
haraboeji” ucap Ji Hoo
“tidak apa-apa, saya akan ikut
menjaga haraboeji” jawab Nari
.
.
.
Pagi harinya kakek Yoon terbangun
dan mendapati Nari dan Ji Hoo yang tertidur di pinggir kanan dan kiri
ranjangnya.
“Tuhan….jangan ambil nyawaku dulu
sebelum melihat kedua anak ini menikah” ucap kakek Yoon lirih
Nari perlahan membuka matanya dan
melihat kakek Yoon yang sudah terbangun.
“haraboeji sudah bangun? Apa
haraboeji membutuhkan sesuatu? Saya akan buatkan sarapan untuk haraboeji” ucap
Nari
“buatkan juga untuk Ji Hoo” jawab
kakek Yoon tersenyum
Mendengar suara kakek Yoon, Ji Hoo
pun terbangun dari tidurnya dan menatap kakeknya.
“baiklah haraboeji” ucap Nari yang
langsung keluar dari kamar dan menuju dapur.
“Ji Hoo-ah….kau menyukai gadis itu
kan?” tanya kakek Yoon
“haraboeji aku___”
“menikahlah dengannya” ucap kakek
Yoon membuat Ji Hoo membulatkan kedua matanya terkejut
“kakek sudah sangat tua dan bisa
meninggal sewaktu-waktu, sebelum hal itu terjadi aku ingin melihatmu menikah,
Han Nari kurasa adalah gadis yang cocok untukmu”
“haraboeji, kami baru saja putus”
“kalian putus karena hal yang kecil,
kalian terlalu mendramatisir situasi sehingga hubungan kalian berakhir begitu
saja”
“haraboeji ingin aku bagaimana?”
tanya Ji Hoo
“cincin peninggalan ibumu yang
pernah kuberikan padamu, berikan pada Nari” ucap kakek Yoon
Skipp-----
2 hari kemudian…..
Ji Hoo mengajak Nari ke gedung
Suwon. Kedua sejoli itu masuk ke sebuah ruang yang biasa digunakan untuk
pertunjukan orkestra.
Ji Hoo menyuruh Nari duduk dibangku
penonton, sedangkan Ji Hoo melangkah menuju panggung yang kemudian memainkan
piano yang ada disana.
Ji Hoo menyanyikan sebuah lagu untuk
Nari berjudul ‘Making a lover’ (ost BBF by SS501) yang dibuat piano version :
(Sesange sori jilleo)
Ingin berteriak pada dunia
(I love you neol saranghandago)
Aku mencintaimu, aku mencintaimu
(Naui yeojaga dwaeeo dallago)
Aku telah memilikimu sebagai wanitaku
(Nunbusyeo always you're my star)
Selalu bersinar kaulah bintangku
(Naega neol jikhyeojulke)
Aku akan melindungimu
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggumu
Ingin berteriak pada dunia
(I love you neol saranghandago)
Aku mencintaimu, aku mencintaimu
(Naui yeojaga dwaeeo dallago)
Aku telah memilikimu sebagai wanitaku
(Nunbusyeo always you're my star)
Selalu bersinar kaulah bintangku
(Naega neol jikhyeojulke)
Aku akan melindungimu
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggumu
(Jichin haruui kkeutheseo)
Di akhir hari yang melelahkan
(Nal utge han yuilhan saram)
Hanya seorang yang bisa membuatku tertawa
(Himgyeoun nae salmui kkeutheseo)
Di akhir hidupku yang melelahkan
(Nal bangyeojun dan han saram)
Hanya seorang yang mencerahkannya
Di akhir hari yang melelahkan
(Nal utge han yuilhan saram)
Hanya seorang yang bisa membuatku tertawa
(Himgyeoun nae salmui kkeutheseo)
Di akhir hidupku yang melelahkan
(Nal bangyeojun dan han saram)
Hanya seorang yang mencerahkannya
(Dasi harureul sijakhae)
Memulai hari lagi
(Neoui yeppeun miso tteoollyeo)
Aku mengingat senyumanmu yang cantik
(Nan nuguboda haengbokhae)
Aku lebih bahagia dari siapapun
(Neoman nae gyeothe isseomyeon)
Jika kau berada di sisiku
Memulai hari lagi
(Neoui yeppeun miso tteoollyeo)
Aku mengingat senyumanmu yang cantik
(Nan nuguboda haengbokhae)
Aku lebih bahagia dari siapapun
(Neoman nae gyeothe isseomyeon)
Jika kau berada di sisiku
(Jeo hanuere I promise you)
Di bawah langit aku berjanji padamu
(Nae modeungeol neoege julge)
Aku akan memberikan segalanya padamu
Di bawah langit aku berjanji padamu
(Nae modeungeol neoege julge)
Aku akan memberikan segalanya padamu
(Sesange
sori jilleo)
Ingin berteriak pada dunia
(I love you neol saranghandago)
Aku mencintaimu, aku mencintaimu
(Naui yeojaga dwaeeo dallago)
Aku telah memilikimu sebagai wanitaku
(Nunbusyeo always you're my star)
Selalu bersinar kaulah bintangku
(Naega neol jikhyeojulke)
Aku akan melindungimu
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggumu
Ingin berteriak pada dunia
(I love you neol saranghandago)
Aku mencintaimu, aku mencintaimu
(Naui yeojaga dwaeeo dallago)
Aku telah memilikimu sebagai wanitaku
(Nunbusyeo always you're my star)
Selalu bersinar kaulah bintangku
(Naega neol jikhyeojulke)
Aku akan melindungimu
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggumu
(Wae ijeseoya ongeoni)
Mengapa baru sekarang kita lakukan
(On sesangeul gajingeot gatha)
Aku merasa seperti memiliki seluruh dunia
(Gomaweo namanui cheonsa)
Terima kasih hanya menjadi malaikatku
(Cheoeum cheoreom neol saranghae)
Aku mencintaimu seperti pertama kali
Mengapa baru sekarang kita lakukan
(On sesangeul gajingeot gatha)
Aku merasa seperti memiliki seluruh dunia
(Gomaweo namanui cheonsa)
Terima kasih hanya menjadi malaikatku
(Cheoeum cheoreom neol saranghae)
Aku mencintaimu seperti pertama kali
(Jeo haneure I promise you)
Di bawah langit aku berjanji padamu
(Neoui modeungeol gatgo sipheo)
Aku ingin memiliki segalanya tentangmu
Di bawah langit aku berjanji padamu
(Neoui modeungeol gatgo sipheo)
Aku ingin memiliki segalanya tentangmu
(Sesange sori jilleo)
Ingin berteriak pada dunia
(I love you neol saranghandago)
Aku mencintaimu, aku mencintaimu
(Naui yeojaga dwaeeo dallago)
Aku telah memilikimu sebagai wanitaku
(Nunbusyeo always you're my star)
Selalu bersinar kaulah bintangku
(Naega neol jikhyeojulke)
Aku akan melindungimu
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggumu
Ingin berteriak pada dunia
(I love you neol saranghandago)
Aku mencintaimu, aku mencintaimu
(Naui yeojaga dwaeeo dallago)
Aku telah memilikimu sebagai wanitaku
(Nunbusyeo always you're my star)
Selalu bersinar kaulah bintangku
(Naega neol jikhyeojulke)
Aku akan melindungimu
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggumu
(Uri hanaman yaksokhae)
Kita hanya membuat satu janji
(Haneureul geolgo maengsehae)
Aku bersumpah di bawah langit
(Thaeyangi bultha eobseojil)
Hingga matahari tak membakar
(Geunalkkaji neol saranghae oh my love)
Hingga hari itu aku mencintaimu oh cintaku
Kita hanya membuat satu janji
(Haneureul geolgo maengsehae)
Aku bersumpah di bawah langit
(Thaeyangi bultha eobseojil)
Hingga matahari tak membakar
(Geunalkkaji neol saranghae oh my love)
Hingga hari itu aku mencintaimu oh cintaku
(Gidohae nal heorakhaejugil)
Aku berdoa kau akan mengabulkannya
(Neoui namjaro nal badajugil)
Kau akan menerimaku sebagai lelakimu
(Yaksokhae jukneun nalkkaji nae maeum byeonchi anha)
Aku berjanji hingga hari terakhirku, hatiku tak akan berubah
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggu untukmu
Baby I will forever with you
Sayang aku akan selamanya denganmu
(Yeongweonhi neomaneul)
Selamanya hanya dirimu
(Saranghae)
Aku mencintaimu
Aku berdoa kau akan mengabulkannya
(Neoui namjaro nal badajugil)
Kau akan menerimaku sebagai lelakimu
(Yaksokhae jukneun nalkkaji nae maeum byeonchi anha)
Aku berjanji hingga hari terakhirku, hatiku tak akan berubah
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggu untukmu
Baby I will forever with you
Sayang aku akan selamanya denganmu
(Yeongweonhi neomaneul)
Selamanya hanya dirimu
(Saranghae)
Aku mencintaimu
Nari tepukau dan terpaku mendengar
lagu yang dinyanyikan Ji Hoo.
.
.
Ji Hoo turun dari panggung dan
berjalan menuju Nari yang duduk di deretan bangku paling depan.
Ji Hoo berlutut dihadapan Nari,
kemudian melepas kalung yang selalu dipakainya. Kalung itu berbandulkan sebuah
cincin warisan dari nenek dan ibunya yang dulu pernah dia tawarkan pada Jan Di
(flashback ke episode 24 BBF).
“cincin ini adalah peninggalan nenekku
yang diberikan pada mendiang ibuku, aku pernah memberikan cincin ini pada
seorang gadis tapi dia langsung menolaknya” ucap Ji Hoo
“gadis itu….Geum Jan Di sonsengnim?”
ucap Nari yang langsung membuat Ji Hoo menatap Nari dengan ekspresi terkejut
“aku mendengar dari seseorang kalau
Yoon sonsengnim pernah menyukai seorang hobae (junior/adik kelas), dan hobae
itu Geum Jan Di sonsengnim kan?”
Flasback on….
Beberapa waktu lalu ketika Nari
menjenguk kakaknya di Shinhwa hospital, dia bertemu dengan Jan Di dan kemudian
keduanya mengobrol di kantin rumah sakit.
“aku dengar kau berkencan dengan Ji
Hoo sunbae?” ucap Jan Di dengan senyumannya
Wajah Nari memerah mendengar
pertanyaan Jan Di, “darimana Geum sonsengnim mendengar hal seperti itu”
Jan Di kembali tersenyum melihat
ekspresi Nari, “kau pasti sangat menyukainya kan? Ji Hoo sunbae bukanlah pria
yang mudah jatuh cinta, selama ini kami selalu khawatir padanya, tapi saat dia
bilang telah berkencan denganmu aku dan yang lain sangat gembira mendengarnya,
ini seperti sebuah keajaiban”
“kenapa Geum sonsengnim menyebutnya
seperti keajaiban?”
“dulu….Ji Hoo sunbae pernah menyukai
seorang wanita sejak dia kecil, wanita itu pergi ke Paris lalu Ji Hoo sunbae
menyusulnya kesana untuk memperjuangkan cintanya, tapi ternyata wanita tersebut
memilih untuk tidak bersama Ji Hoo sunbae, saat itu Ji Hoo sunbae langsung
pulang ke Seoul dan menjadi pribadi yang berbeda dari biasaya, awalnya kami
heran dengan perubahan sikapnya tapi setelah mengetahui situasi yang sebenarnya
aku, Jun Pyo, Yi Jung sunbae dan Woo Bin sunbae akhirnya mengerti, tidak
berselang lama Ji Hoo sunbae kembali ke pribadinya semula, waktu terus berjalan
hingga suatu saat aku yang putus asa terhadap hubunganku dan Jun Pyo memutuskan
pulang ke kampung halamanku dan Ji Hoo sunbae menyusul kesana, disaat itulah
aku baru mengetahui bahwa Ji Hoo sunbae ternyata telah jatuh cinta pada seorang
hobaenya, namun hobae itu tidak bisa menerima perasaan Ji Hoo sunbae karena
hobae itu sudah terlanjur mencintai pria lain, sejak saat itu aku dan yang lain
tidak pernah melihat Ji Hoo sunbae menyukai seorang gadis manapun dan sekarang
mendengarnya telah menyukai dan berkencan denganmu itu sungguh hal yang
menggembirakan, Han Nari-shi….Ji Hoo sunbae adalah orang yang sangat baik aku
yakin kau akan bahagia bersamanya”
“apa___hobae itu adalah Geum Jan Di
sonsengnim?” tanya Nari
Jan Di tersenyum menanggapi
pertanyaan Nari, “itu hanya bagian dari masa lalu, yang terpenting sekarang
adalah Ji Hoo sunbae hanya menyukaimu, jadi….berbahagialah dengannya Han
Nari-shi”
Flasback off…
“Han Nari-shi aku tidak bermaksud
memberikan barang bekas padamu, tapi….cincin ini adalah sesuatu yang berharga
bagiku dan ingin aku berikan padamu, apa kau mau menerimanya?” ucap Ji Hoo
menatap Nari
“kenapa dari begitu banyak gadis
didunia ini, Yoon sonsengnim memberikannya padaku?”
“karena aku menyukaimu Han Nari,
aku….mencintaimu” ucap Ji Hoo
“maukah kau menikah denganku?”
lanjut Ji Hoo
“Yoon sonsengnim”
“tempat ini adalah tempat dimana kau
pertama kali bertemu dengan Jung Sook dan juga denganku kan, aku ingin tempat
ini bukan sekedar tempat pertemuan kita tapi juga saksi bahwa kau menjadi
milikku, apa kau bersedia Han Nari-shi? Aku tidak peduli dengan masa lalumu
yang aku butuhkan hanya kau selalu disampingku”
Nari tidak langsung menjawab
pertanyaan Ji Hoo, dia menatap mata Ji Hoo cukup lama.
“jika Yoon sonsengnim tidak akan
menyesali keputusanmu ini, maka aku akan bersedia” ucap Nari akhirnya
“iya, aku tidak akan menyesalinya,
saranghae Han Nari” ucap Ji Hoo tegas
“nado saranghae Yoon Ji Hoo
sonsengnim” jawab Nari tersenyum
CHUUUU…..
Ji Hoo langsung mengecupkan bibirnya
pada bibir Nari.
---**Fin**---
Epilog…..
Ji Hoo dan Nari mengadakan pesta
pernikahan di gedung Suwon dengan dihadiri rekan dan kerabat dekat tak terkecuali
F3 dan keluarganya.
Waktu untuk pelemparan buket bunga
telah tiba…
Nari bersiap melemparkan buket bunga
ditangannya didampingi oleh Ji Hoo, para tamu undangan yang masih single
langsung berkerumun dibelakang Nari dan Ji Hoo.
Melihat kerumuman tersebut Jun Pyo
dan Yi Jung langsung mendorong Woo Bin untuk ikut kedalam kerumunan.
“Woo Bin-ah maju sana kau harus
dapatkan buket itu” perintah Jun Pyo
“cepatlah!! tinggal kau yang belum
menikah” tambah Yi Jung
“benar sunbae, ayo dapatkan buket
bunga Han Nari” ucap Jan Di
“ayo kakak ipar majulah” ucap Ga Eul
“hah kalian apa-apan, aku tidak mau”
tolak Woo Bin
Mendengar jawaban Woo Bin, Jun Pyo
dan Yi Jung pun langsung menarik Woo Bin ikut ke dalam kerumnan.
“Yi Jung-ah kita harus bantu Woo Bin
mendapatkannya” ucap Jun Pyo
“baiklah aku siap!” jawab Yi Jung
“ADIK IPAR!! Cepat lembar bungamu”
teriak Jun Pyo
Ji Hoo dan Nari yang mendengar
teriakan Jun Pyo langsung menoleh ke arah Jun Pyo
“lemparkan kesini!!” ucap Yi Jung
memberi kode pada Nari
“cepat kau lempar chagiya” ucap Ji
Hoo tersenyum pada istrinya
“baiklah” jawab Nari dengan
senyumannya
“bersiaplah semuanya!!” teriak Nari
Maka semua orang bersama-sama
berhitung “SATU….DUA….TIGA!!!”
Wussshhhhh………..buket bunga telah
dilempar oleh Nari ke arah belakang tubuhnya.
Jun Pyo dan Yi Jung dengan sengaja
mengarahkan Woo Bin untuk menangkapnya….dan akhirnya
HAPPPP….
Buket bunga itu berhasil ditangkap
oleh tangan kanan Woo Bin, namun sedetik kemudian Woo Bin, Jun Pyo dan Yi Jung
menyadari bahwa bukan hanya tangan Woo Bin yang memegang buket bunga itu
melainkan ada tangan orang lain juga.
F3 tersebut langsung menatap ke arah
orang tersebut yang ternyata seorang gadis, dengan kompak ketiga pria itu
langsung berucap “KAU!!!!” dan si gadis dihadapan mereka hanya tersenyum.
---***---
Akhirnya selesai juga FF ini,
sekarang tinggal nyari ide cerita buat FF Song Woo Bin story.
Menurut kalian siapakah gadis
tersebut?????
Aku kepikiran sama tokoh Ha Jae
Kyung yang diperankan sama Lee Min Jung unnie, tapi ada ide juga buat ngambil
OC aja, gimana menurut readers??....
Sampai jumpa di FF berikutnya :D