Title : Open Your
Heart (Part 2 end)
Author : Jungna
Genre : Romance
Length : Twoshoot | Rating : PG-15
Main Cast : Kim Seok Jin (BTS), Jung Mi Na (OC)
Disclaimer : Kim Seok Jin milik dirinya sendiri, orang tuanya,
Big Hit Ent dan Tuhan YME, cast OC dan alur cerita murni hasil pemikiran
author. Mohon maaf karena ide ceritanya pasaran, happy reading dan mohon saran
dan kritiknya, terima kasih ^_^
Part sebelumnya :
“jangan
katakan pada Jung Mi Na jika aku yang melunasinya, dan aku juga mau meminta
tolong pada kalian”
“apa?” tanya teman tuan Do.
“tolong cari keberadaan mantan kekasih Jung
Mi Na itu, aku akan memberi kalian imbalan jika bisa menemukannya”
“kami sudah mencarinya selama 4 tahun ini
tapi tidak pernah ketemu, terahir kami dengar dia berada di Amerika tapi kami
belum sempat memastikannya kesana” jelas teman tuan Do
“lakukan apapun untuk menemukannya, aku akan
membayar berapapun”
“memangnya apa yang akan kau lakukan jika
menemukannya tuan Kim?” tanya tuan Do
“aku juga belum tahu, aku hanya ingin tahu
seperti apa pria pengecut itu”
“baiklah aku mengerti” jawab tuan Do.
PART 2
Keesokan
harinya…..
Mi
Na POV
Setelah
tadi malam aku tidak bisa tidur karena memikirkan deadline 3 hari dari tuan
Lee, pagi ini aku bergegas untuk mencari pekerjaan part time, karena hari ini
adalah hari minggu jadi aku bisa mencari pekerjaan 1 hari full, aku harus
segera mengumpulkan uang untuk membayar hutang, hutang itu memang bukan
hutangku tapi mau bagaimana lagi pria brengsek itu melimpahkan semuanya padaku.
Ah sudahlah memikirkan hal itu hanya akan membuatku menangis, lebih baik aku
segera pergi. Aku merapikan penampilanku lalu kusambar tasku di meja rias dan
bergegas keluar.
Sesampainya
aku di lantai 1 gedung, aku melihat mobil Kim sajangmin berada diparkiran dan
kulihat Kim sajangnim dan nyonya Choi keluar dari mobil, aku pun mendekati
mereka.
“nyonya
Choi, sajangnim, ada apa kesini?” tanyaku pada mereka
“kami
ingin mengajakmu ke pantai” ucap nyonya Choi mengejutkanku.
“ke
pantai? Tapi cuacanya kan sedang dingin, lagipula saya harus___”
“ayolah
kau harus ikut Jung Mi Na-shi, ibuku sedang kesepian karena suaminya pergi ke
Jepang 2 hari” Kim sajangmin menghentikan lanjutan kata-kata yang akan
kulontarkan, membuatku akhirnya hanya terdiam.
“apa
kau sedang dalam masalah Mi Na-shi, ikutlah dengan kami siapa tahu kau juga
akan merasa lebih tenang” ucap nyonya Choi sambil meraih tanganku, aku
menatapnya dan entah kenapa aku tak kuasa jika menolak ajakannya ini.
“baiklah”
“ah
baguslah, ayo kita pergi sekarang, Mi Na-ah kau duduk didepan bersama Seok Jin
ya” nyonya Choi membuatku kembali terkejut karena ucapannya sambil membukakan
pintu depan untukku, aku hanya pasrah mengikuti perintahnya.
Mi
Na POV end
Author
POV
Satu
jam kemudian mereka bertiga sampai disebuah pantai, ketiganyapun berjalan-jalan
ditepi pantai sesekali nyonya Choi menggoda Soek Jin dan Mi Na dengan
mencipratkan sedikit air membuat Seok Jin melakukan hal yang sama, sedang Mi Na
hanya tersenyum melihat tingkah ibu dan anak itu.
Setelah
puas berjalan-jalan ketiganya duduk dipinggiran pantai.
“aku
haus, aku akan mencari minum dulu ya” ucap nyonya Choi yang kemudian berdiri.
“biar
saya temani nyonya” ucap Mi Na menghentikan langkah nyonya Choi.
“tidak
usah, tempatnya dekat dari sini, lagi pula hari ini aku merasa sangat sehat kau
tidak usah khawatir, duduk saja bersama Seok Jin disini, setelah ini kita akan
pergi makan siang” nyonya Choi kemudian memberi kode pada Seok Jin dan bergegas
meninggalkan 2 muda mudi itu.
Beberapa
menit sepeninggal nyonya Choi, Seok Jin dan Mi Na hanya duduk diam memandangi
hamparan pantai didepan mereka. Mi Na terlarut dalam pikirannya untuk segera
melunasi hutangnya sedang Seok Jin terlarut memikirkan perkataan nyonya Choi
tadi malam.
Flashback…
Nyonya Choi menelepon Seok Jin yang sedang
menonton tv di apartementnya.
“ada apa oemoni?” ucap Seok Jin
“Seok Jin-ah, besok bisakah kau menemaniku
ke pantai, aku sedang ingin ke pantai tapi suamiku belum pulang dari Jepang”
jawab nyonya Choi
“tentu saja bisa oemoni, mau berangkat jam
berapa?”
“jam 8, kita ajak Mi Na juga bagaimana?”
“Jung Mi Na?”
“ne, kau mau kan?”
“ne tentu saja oemoni”
“em Seok Jin-ah”
“ne oemoni”
“bagaimana jika___” nyonya Choi
menggantungkan kata-katanya
“ada apa oemoni”
“em maukah kau berkencan dengan Mi Na?”
“…….” Seok Jin diam menanggapi
“aku tahu kalian baru mengenal, tapi aku
rasa dia gadis yang baik untukmu dan juga dia terlihat cocok menjadi istrimu,
sejujurnya belakangan ini aku terus menghawatirkanmu karena tidak pernah
berkencan sejak putriku tiada, kau tidak harus seperti itu Seok Jin-ah, kau
punya kehidupan sendiri yang harus kau jalani, putriku sudah tidak akan bisa
kembali, jadi berkencanlah dan menikah dengan gadis lain, Jung Mi Na kurasa
gadis yang baik yang bisa mendampingimu, aku tidak tahu kenapa tapi aku merasa
nyaman melihatnya dan kurasa suamiku juga tidak keberatan jika gadis itu
mendampingimu, pikirkanlah kata-kataku ini Seok Jin-ah, kau sudah seperti putra
kandungku, aku ingin kau mempunyai masa depan, putriku juga pasti akan bahagia
di surga jika melihatmu hidup bahagia”
“tapi hidupku sekarang juga sudah bahagia
oemoni”
“tidak, ada rasa kesepian yang kau
sembunyikan Seok Jin-ah, aku bisa merasakannya, putriku Choi In Ha sudah
meninggal 5 tahun lalu, jangan terus sendirian seperti sekarang Seok Jin-ah,
cobalah mendekati Mi Na jika memang nantinya kau tidak merasakan kecocokan maka
tidak apa-apa jika kalian hanya berteman, aku sudah mencari tahu tentang Jung
Mi Na diam-diam, dia yatim piatu sejah kelas 2 SMA, kedua orang tuanya meninggal
karena peristiwa kebakaran dipabrik tempat mereka bekerja, setelah itu Mi Na
membiayai sekolah dan kuliahnya dengan berkerja paruh waktu, saat dia kuliah
semester 4 dia berkencan dengan seorang pria, tapi yang kudengar pria itu hanya
memperalat Mi Na untuk membantu mengerjakan tugas-tugas kuliahnya hingga mereka
lulus S1 Mi Na jugalah yang mengerjakan tugas akhir kekasihnya, setelah lulus
kekasihnya tiba-tiba pergi begitu saja dengan meninggalkan hutang yang harus
dibayar Mi Na, tapi aku belum tahu kepada siapa Mi Na membayar hutang-hutang
pria itu, yang kudengar dari informanku bahwa Mi Na sering didatangi oleh anak
buah seorang mafia, jika ibu tahu siapa mafia itu___”
“aku sudah melunasinya oemoni” ucap Seok Jin
menghentikan perkataan nyonya Choi
“apa maksudmu?”
“tadi siang ketika aku mengantar Jung Mi Na
pulang aku bertemu dengan anak buah mafia itu, aku meminta mereka menceritakan
yang terjadi pada Jung Mi Na dan akhirnya aku memutuskan untuk melunasi sisa
hutang Jung Mi Na, oemoni tidak usah khawatir lagi”
“apa jumlahnya banyak, aku bisa
menggantinya”
“tidak banyak oemoni hanya 7 juta won,
oemoni tidak usah menggantinya, aku juga tidak akan meminta Jung Mi Na
menggantinya, aku hanya ingin menolongnya”
“syukurlah, kau memamang pria yang baik, jadi
kau maukan mencoba berkencan dengan Mi Na?”
“aku akan memikirkannya oemoni”
Flasback
end
Seok
Jin menatap Mi Na yang masih terlarut dengan pikirannya. Tanpa dikomando tangan
Seok Jin tiba-tiba menyentuh tangan Mi Na dan menggenggamnya membuat siempunya
tangan terkejut dan menoleh. Mata Mi Na bertemu dengan mata Seok Jin yang
sedang memperhatikannya lekat-lekat.
“sajangnim”
ucap Mi Na pelan berusaha melepaskan genggaman tangan Seok Jin, namun Seok Jin
masih menggenggap tangan Mi Na erat.
“Jung
Mi Na-shi” ucap Soek Jin
“ne”
“apa
kau mau___”
“ada
apa sajangnim?”
“apa
kau mau___ berkencan denganku?” ucap Seok Jin pada akhirnya membuat kedua mata
Mi Na membulat karena terkejut.
“apa….apa
maksud sajangnim?”
“Jung
Mi Na-shi aku ingin kau menjadi kekasihku, kita berkencan, apa kau mau?”
“sajangnim
kita baru kenal bagaimana bisa sajangnim___emmph” ucapan Mi Na terpotong karena
Seok Jin telah menyambar bibir manis Mi Na terlebih dahulu.
Sekujur
tubuh Mi Na kaku tak bisa bergerak, Mi Na tidak tahu apa yang harus dilakukan
karena itu adalah first kiss-nya, Mi Na memang pernah punya kekasih namun
untungnya kekasih yang hanya memperalatnya itu belum pernah sekalipun mencium
Mi Na. Cukup lama Seok Jin menikmati bibir Mi Na hingga nyonya Choi datang
mengejutkan mereka.
“wah
jadi kau benar-benar melakukannya Seok Jin-ah?” ucap nyonya Choi yang sontak
membuat Seok Jin melepas tautan bibirnya, wajah Mi Na memerah dan hanya bisa
menunduk.
“oemoni
aku___” ucap Seok Jin merasa tidak enak dengan kelakuannya tadi.
Nyonya
Choi duduk dihadapan keduanya, “tidak apa-apa, jadi kalian resmi berkencan?”
“ne
oemoni” jawab Seok Jin yang membuat Mi Na menegakkan kepalanya menatap Seok
Jin.
“sajangnim
saya kan belum___”
“hey
kenapa kau masih memanggilku sajangnim, panggil aku oppa atau chagi” ucap Seok
Jin menggoda Mi Na yang ditanggapi tawa kecil dari nyonya Choi.
“bagaimana
bisa saya memanggil sajangnim dengan sebuat oppa, saya kan lebih tua 2 tahun
dari sajangnim” ucap Mi Na pada akhirnya yang berusaha membuang semu merah
diwajahnya.
“apa?
Kau terlihat seumuran denganku” ucap Seok Jin dengan tampang bodohnya
“kebodohanmu
memang tidak pernah hilang Soek Jin-ah” goda nyonya Choi
“yah
oemoni aku benar-benar tidak tahu jika Jung Mi Na 2 tahun lebih tua dariku”
ucap Seok Jin sambil memajukan bibirnya.
“kenapa
kau tidak mencari tahu lebih dulu tentang Mi Na sebelum kau memintanya
berkencan, dasar anak bodoh” ucap nyonya Choi sambil memukul pelan pundak Seok
Jin.
“oemoni….”
rajuk Seok Jin
“sudahlah,
ayo kita cari makan siang, ayo Mi Na-ah” ajak nyonya Choi sambil menggandeng
tangan Mi Na.
Mereka
bertigapun makan siang bersama kemudian mereka kembali berjalan-jalan dan
pulang sore hari. Setelah mengantar nyonya Choi kerumahnya, kini Seok Jin telah
berada didalam rumah kecil Mi Na. Seok Jin sedang asyik memandangi tiap barang
yang berada di rumah itu sambil menunggu Mi Na yang memasak untuk makan malam mereka berdua.
Tidak
lama kemudian keduanya telah duduk berhadapan menikmati makan malam buatan Mi
Na.
“maaf
jika hidangannya terlalu sederhana” ucap Mi Na
“tidak
apa-apa, aku sangat menikmatinya apalagi ini adalah hasil masakan kekasihku”
goda Seok Jin yang membuat Mi Na tersedak, Seok Jin pun dengan sigap memberikan
segelas air pada Mi Na.
“kau
tidak apa-apa?”
“ne”
Beberapa
saat mereka berdua terdiam.
“Mi
Na….Jung Mi Na, apa kau tidak menyukaiku?” tanya Seok Jin memecahkan
keheningan, Mi Na pun menghentikan makannya sejenak dan memandang Seok Jin, dia
masih tidak percaya bahwa pria tampan dihadapannya adalah kekasihnya.
“ke__napa
sajangnim bertanya seperti itu?”
“tadi
siang saat aku___em yang kulakukan tadi
siang itu kau tidak memberi respon”
Mi
Na menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan semburat merah diwajahnya.
“jadi
benar kalau kau tidak menyukaiku?” tanya Soek Jin kembali
“bukan
begitu, hanya saja itu adalah pertama kalinya untuk saya” ucap Mi Na masih
menundukkan kepalanya.
Seok
Jin membulatkan kedua matanya mendengar jawaban Mi Na.
“apa?
yang pertama? tapi kau pernah berkencan sebelumnya kan?”
“ne,
tapi saya tidak pernah melakukannya dengan mantan kekasih saya” ucap Mi Na
lemah, dia sekarang merasa benar-benar malu dan berpikir Seok Jin pasti sedang
menertawakannya hingga tanpa disadari air matanya telah mengalir dari kedua
sudut matanya.
Soek
Jin yang tengah memperhatikan Mi Na terkejut melihat ada air mata yang mengalir
dari mata Mi Na. Soek Jin pun beranjak dari tempat duduknya kemudian berjongkok
disamping kursi yang diduduki Mi Na. Soek Jin menuntun tubuh Mi Na
menghadapanya.
“apa
aku menyakitimu? Aku minta maaf karena melakukannya tanpa minta ijin darimu,
Jung Mi Na-shi, dengarkan aku, terserah kau akan percaya atau tidak, tapi
sepertinya aku sudah menyukaimu sejak kita bertemu pertama kali dilift,
kedengarannya memang bodoh karena pertemuan kita itu hanya sekejap, tapi
wajahmu langsung masuk dalam pikiranku, lalu kau menolong ibuku yang membuatku
memiliki kesan baik padamu, lalu aku merasa senang ketika berhasil menggodamu
saat kita bertemu dilift kedua kalinya, lalu ketika kau memberikan makan
siangmu aku merasa ada kebahagiaan dalam hatiku, mungkin ini memang terlalu
cepat jika aku mengatakan ‘aku menyukaimu’, jadi biarkan kita menikmati waktu
kita berdua sebagai pasangan sampai kita benar-benar yakin dengan perasaan
kita, saat itu tiba maka aku akan mengatakan ‘aku menyukaimu’ atau bahkan ‘aku
mencintaimu’, kau tidak keberatan dengan permintaanku ini kan?” Seok Jin
menghapus air mata Mi Na dengan kedua tangannya, membuat Mi Na akhirnya
memberanikan diri menatap mata Seok Jin. Mi Na menelisik kedua mata Seok Jin
meyakinkan dirinya tidak ada kebohongan dimata pria itu.
“baiklah
sajangnim” ucap Mi Na pada akhirnya dan Seok Jin pun tersenyum senang dengan
jawaban Mi Na.
“kalau
begitu ketika kita tidak berada dikantor jangan panggil aku sajangnim”
“lalu
memanggil apa, saya tidak bisa memanggil ‘oppa’ ataupun ‘chagi’”
“panggil
aku Seok Jin saja, bukankah aku lebih muda darimu, dan juga tidak usah memakai
bahasa formal ketika kita berdua seperti ini”
“kalau
aku memanggilmu Seok Jin lalu kau akan memanggilku ‘noona’?
Seok
Jin tertawa pelan mendengar pertanyaan Mi Na.
“tidak,
aku tidak akan memanggilmu ‘noona’ aku lebih suka memanggilmu Mi Na”
“yah
bukankah itu tidak sopan karena aku lebih tua darimu?”
“memang,
tapi kau kan kekasihku jadi terserah aku memanggilmu apa” Seok Jin mncubit
kedua pipi Mi Na kemudian kembali duduk dikursinya untuk melanjutkan makan.
Mi
Na menatap kesal pada pria yang baru jadi kekasihnya itu.
“apa
ini adalah kau yang sebenarnya sajangnim?”
“yah
kenapa masih memanggilku sajangnim, lagi pula apa maksudmu?”
“apa
kau yang sebenarnya adalah orang yang melakukan hal sesukamu tanpa menerima
penolakan dari orang lain?”
“apa
terlihat seperti itu?”
“mungkin”
“kau
lucu Mi Na-shi, membuat rasa sukaku bertambah he he he”
“kau
benar-benar pandai menggoda sajangnim” mendengar kata ‘sajangnim’ lagi membuat
Soek Jin memandang tajam Mi Na.
“maksudku
Soek Jin-shi” ucap Mi Na mengalah yang dibalas senyuman oleh Seok Jin.
Keesokan
harinya….
Pagi
itu Golden Corp gempar karena CEO mereka Kim Seok Jin datang menggandeng
seorang gadis dan itu adalah Jung Mi Na, gadis itu hanya bisa menunduk
menanggapi tatapan keterkejutan para karyawan Golden Corp. Sadar bahwa gadisnya
merasa tidak nyaman dengan tatapan para karyawan Seok Jin melepaskan gandengan
tangannya dan mengalihkan tanganya ke pundak Mi Na, mendekap Mi Na seolah
memeberi tahu Mi Na bahwa ia tidak sendiri tapi ada Soek Jin disampingnya.
Beberapa
saat kemudian mereka berdua bersama sekretaris Kang telah berada di ruang Seok
Jin.
“kenapa
sajangnim membawa saya kemari, saya harus menuju ruangan saya dilantai 12” ucap
Mi Na berniat meninggalkan ruangan Seok Jin.
“ya
Jung Mi Na kau mau kemana, mulai hari ini kau bekerja disini” ucapan Seok Jin
sukses menghentikan langkah Mi Na.
“maksud
sajangnim?”
“mulai
hari kau bekerja jadi sekretarisku bersama sekretaris Kang”
“meja
nona Jung didepan ruang Kim sajangnim” sekretaris Kang menyambung ucapan Seok
Jin
“me__mangnya
kemana sekretaris sajangnim?” tanya Mi Na
“dia
telah keluar bulan lalu karena menikah dan tidak diperbolehkan berkerja lagi
olah suaminya, selama sebulan ini saya mengerjakan 2 tugas sekretaris, tapi
karena sajangnim telah menunjuk nona Jung menggantikan sekretaris yang lama
jadi saya rasa pekerjaan saya akan kembali seperti semula” jelas sekretaris
Kang.
“begitu
ya, tapi bukankah saya seharusnya berpamitan dulu pada atasan saya di bagian
pemasaran, barang-barang saya juga masih ada disana”
“sekretaris
Kang sudah memindahkan barang-barangmu ke meja sekretaris” ucap Seok Jin yang
dijawab anggukan oleh sekretaris Kang.
Mi
Na merasa kesal dengan sikap Seok Jin yang bertindak semaunya tanpa menanyakan
padanya.
“baiklah”
ucap Mi Na yang kemudian keluar dari ruang Seok Jin dan duduk di tempat
sekretaris didepan ruangan Seok Jin.
“manajer
Jang pasti berpikiran buruk lagi” gumam Mi Na.
Jam
11.00 Seok Jin dan sekretaris Kang keluar untuk menemui klien, Mi Na
menggunakan kesempatan itu untuk pergi ke bagian pemasaran. Mi Na menemui
manajer Jang yang terkejut atas kedatangan Mi Na.
“manajer
Jang saya minta maaf karena saya tiba-tiba dipindahkan menjadi sekretaris CEO
Kim, saya benar-benar tidak mengetahuinya sebelumnya” ucap Mi Na
Manajer
Jang tersenyum sinis, “kau tidak perlu mint maaf nona Jung, kau pasti bahagia
sekali tujuanmu telah tercapai, aku ucapkan selamat”
“apa
maksud manajer Jang?”
“kau
lugu atau pura-pura tidak tahu, bukankah sejak awal kau memang berniat
mendekati CEO Kim, dan sekarang kau sudah jadi kekasihnya tujuanmu benar-benar
tercapai selamat”
“manajer
Jang saya tidak pernah punya tujuan seperti itu”
“tidak
ada gunanya kau berkilah, semua orang di Golden Corp juga berpikiran sama
seperti ku, bagaimana bisa seorang karyawan baru tiba-tiba menjadi kekasih CEO?
Kau pasti punya jurus yang benar-benar jitu, apa kau menggodanya dengan
tubuhmu?”
Mi
Na terkejut dengan kata-kata manajer Jang hingga air matanya mengalir begitu
saja, Mi Na sekuat tenaga menahan emosinya didepan manajer Jang yang usianya jauh
lebih tua darinya.
“saya
minta maaf___ jika saya punya salah, dan terima kasih atas bimbingan manajer
Jang dan para senior disini, saya permisi” ucap Mi Na yang langsung berjalan
keluar dari bagian pemasaran.
Sebagian
ada yang merasa simpati pada Mi Na karea ucapan manajer Jang yang dianggap
mereka terlalu kasar, dan sebagian lainnya mencibir Mi Na.
Mi
Na duduk dikursinya berusaha menghapus air matanya dengan tissu.
“kau
kenapa?” tanya Seok Jin yang tiba-tiba datang mengagetkan Mi Na.
“tidak__apa-apa”
ucap Mi Na sambil menunduk menyembunyikan wajahnya yang sembab.
“kau
menangis?”
“tidak”
Mi Na memberanikan diri menegakkan kepalanya.
“kenapa
sajangnim sudah kembali?” lanjut Mi Na
“kau
terlihat habis menangis, em pertemuannya diundur besok, dan aku menyuruh
sekretaris Kang untuk makan siang duluan, ayo kita makan siang berdua” ucap
Seok Jin yang mendekatkan wajahnya pada Mi Na membuat gadis itu mengundurkan
kepalanya.
“makan
dimana?”
“diatap
seperti waktu itu” ucap Seok Jin sambil menunjukkan bungkusan yang dibawanya.
15
menit kemudian Seok Jin dan Mi Na sedang menikmati makan siang mereka di atap
gedung.
“lain
kali kau harus buatkan kimbab untukku ya” ucap Seok Jin sambil menyuapkan
sepotong kimbab kemulutnya.
“ne”
jawab Mi Na singkat membuat Seok Jin menatapnya.
“Mi
Na-shi, apa yang terjadi padamu, kenapa tadi kau menangis?”
“saya
tidak menangis”
“kita
hanya berdua kenapa memakai bahas formal”
“aku
tidak menangis” ralat Mi Na
“jelas-jelas
tadi matamu merah seperti habis menangis, apa kau tidak menyukai pekerjaan
sekretaris, apa aku menyusahkanmu?”
“tidak”
“Jung
Mi Na, bisakah kau mengatakan apa yang ada dalam pikiranmu dan apa yang sedang
kau rasakan, aku ini tipe pria yang tidak bisa memahami bahasa tubuh wanita,
karena itu ibuku dan anaknya sering mengataiku bodoh”
“ibumu
dan anaknya? Maksudmu kau punya saudara?”
“apa,
em iya” Seok Jin baru menyadari bahwa dia kelepasan bicara, dia hampir saja
membongkar bahwa nyonya Choi bukanlah ibu kandungnya melainkan ibu dari mantan
kekasihnya yang sudah meninggal.
“saudaramu
pria atau wanita, berapa usiaya?”
“ah,
em, Mi Na-shi bagaimana jika sehabis pulang kerja kita nonton film, aku sudah
lama sekali tidak ke bioskop” ucap Seok Jin berusaha mengalihkan pembicaraan
“ah
iya baiklah” Mi Na merasa aneh dengan Seok Jin yang seperti sedang menutupi
sesuatu.
Author
POV end
Mi
Na POV
Hari
ini adalah deadline yang diberikan tuan Lee, aku menghubungi tuan Do untuk bertemu
di coffeshop dekat rumahku setelah aku pulang kerja, aku tengah duduk
menunggunya, aku telah menyiapkan sebuah amplop coklat berisi uang 2,5 juta won
hasil dari tabunganku yang aku ambil seluruhnya, aku tahu ini tidak cukup tapi
kuharap tuan Do bisa memberiku jalan keluar lain.
Sekitar
15 menit aku menungggu akhirnya dia datang juga dan akupun memintanya untuk
duduk dan memanggil pelayan untuk memesan 2 cangkir capuccino.
“maaf
karena memintamu datang kemari” ucapku memulai pembicaraan.
“tidak
apa-apa nona Jung” jawab tuan Do
“ini”
aku menyodorkan amplop yang tadi telah kusiapkan, “jumlahnya baru 2,5 juta won,
aku tahu ini terlalu sedikit, tapi aku janji akan segera melunai sisanya, aku
akan menemui tuan Lee untuk bicara langsung padanya, bagaimana?” ucapku
meyakinkan pria dihadapanku ini.
“kau
tidak perlu lagi melunasinya” ucap tuan Do mengejutkanku
“apa
maksudmu?”
Pelayan
datang membawa pesanan kami, tuan Do langsung menyesap sedikit capuccinonya, membuatku
menunggu penjelasannya.
“sisa
hutangmu sudah lunas, kau tidak perlu lagi membayarnya dan ambilah kembali uang
ini” tuan Do menyodorkan kembali amplop itu padaku membuatku semakin terkejut.
“tapi
bagaimana bisa lunas, siapa yang membayarnya, apa kalian sudah menemukan pria
itu?” tanyaku penasaran.
“kami
belum menemukannya, ada orang yang memang berbaik hati membayarkannya untukmu”
“siapa,
apa ku mengenalnya?”
“kurasa
kau mengenalnya, tapi dia memintaku tidak mengatakannya padamu”
“siapa
dia, katakan padaku kumohon, aku tidak mau menerima kebaikan tanpa tahu siapa
orangnya, aku harus membayar kembali uang orang itu, tuan Do kumohon katakan
padaku siapa dia?”
“baik,
aku akan mengatakannya tapi kuharap kau tidak berpikiran buruk pada orang itu
karena kurasa dia tulus membantumu”
“ne,
aku janji, katakan siapa dia?”
“dia
adalah__ tuan Kim Seok Jin, dia bilang dia adalah atasan di tempatmu bekerja”
Aku
terbelalak mendengar jawaban dari tuan Do, bagaimana bisa Kim Seok Jin adalah
orangnya.
“kau
tidak apa-apa kan nona Jung, sepertinya kau sangat terkejut”
“em
ne, aku sangat terkejut, kenapa___kenapa dia bisa membayarkannya untukku?”
“kau
ingat waktu tempo hari aku kerumahmu? Bukankah waktu itu kau diantar pulang
olehnya, kurasa dia diam-diam mendengarkan permbicaraan kita, karena ketika aku
dan temanku akan pulang dia telah menunggu kami di tangga, lalu kami bicara di
coffe shop ini, hingga akhirnya dia membayarkan sisa hutangmu” penjelasan tuan
Do membuatku semakin terkejut.
Mi
Na POV end
Author
POV
Keesokan
harinya, Mi Na sengaja menolak ajakan Seok Jin untuk berangkat bersama karena
dia ingin berangkat sendiri. Mi Na sampai lebih dulu di kantor, tidak lama
kemudian Seok Jin dan sekretaris Kang datang.
“sajangnim
bisakah kita bicara sebentar?” tanya Mi Na pada Seok Jin yang baru datang.
“tentu,
masuklah” jawab Seok Jin mempersilahkan Mi Na masuk dan memberi kode pada sekretaris
Kang untuk menunggu didepan ruangan, tapi dia sedikit heran karena Mi Na
menggenggap sebuah amplop coklat kecil.
“ada
apa Mi Na-shi? Kau merindukanku?” ucap Seok Jin sambil menggoda kekasihnya.
“ini”
Mi Na menyodorkan amplop yang digenggamnya. Soek Jin menerima amplop itu dan
membukanya yang ternyata berisi uang.
“ini
apa?” tanya Seok Jin yang tidak mengerti.
“ini
adalah uang yang kemarin akan aku berikan pada tuan Do, tapi dia bilang ada
orang yang telah melunasinya dan orang itu adalah Kim sajangnim, jadi aku
memberikan uang ini padamu, sisanya kau bisa memotongnya dari gajiku” jelas Mi
Na dengan tatapan datarnya membuat Seok Jin beranjak mendekati Mi Na.
“kau
tidak perlu melakukannya Mi Na-shi, aku tulus membantumu, lagi pula sekarang
kau adalah kekasihku, jadi tidak ada salahnya jika aku membantumu kan?”
“tapi
itu adalah urusan pribadiku, bahkan mengenai hutang itu aku rasa tuan Do telah
menjelaskannya padamu bahwa itu adalah milik mantan kekasihku, jadi sajangnim
tidak perlu ikut menanggungnya, jika aku tidak mengembalikan uangmu aku merasa
jika kau seperti membeliku”
“JUNG
MI NA!! JAGA KATA-KATAMU!!” Seok Jin menegur dengan suara keras membuat Mi Na
terkejut dan hampir menangis. Seok Jin yang melihat wajah terkejut Mi Na
langsung memeluk erat kekasihya.
“maaf,
aku tidak bermaksud membentakmu, aku hanya tidak suka kau berkata seperti tadi,
aku benar-benar tulus membantumu Mi Na-shi, aku tidak ingin kau menderita
karena aku menyayangimu Jung Mi Na” ucapan Seok Jin membuat Mi Na benar-benar
menangis, Seok Jin mempererat pelukannya membiarkan gadisnya menumpahkan
tangisannya.
Malam
harinya Mi Na berada di apartement Seok Jin untuk membuatkan makan malam, Seok
Jin memperhatikan Mi Na yang sibuk memasak, sedangkan Mi Na sama sekali tidak
merasa jika dia sedang jadi tontonan kekasihnya.
Tidak
lama kemudian Mi Na telah selesai memasak dan menghidangkannya di meja makan.
“Mi
Na-shi, sabtu minggu depan oemoni mengundang kita makan malam dirumahnya, kau
mau kan?” ucap Seok Jin sambil menyendok makanannya.
“aku
mau, apa ada yang perlu kupersiapkan sebelum kesana?”
“tidak
ada, kau hanya perlu datang”
“baiklah”
“em,
Mi Na-shi, aku__”
“ada
apa?”
“kemarin
aku menyuruh sekretaris Kang pergi kebagian pemasaran dan dia mendapat
informasi dari salah seorang karyawan mengenai kau yang datang menemui manajer
Jang yang berujung perkataan kasar dari manajer Jang, apa itu benar?”
Mi
Na hanya menjawabnya dengan anggukan.
“pantas
saja kau menangis, lain kali jika terjadi sesuatu bisakah kau mengatakan
sejujurnya padaku?”
“mungkin
aku tidak bisa berjanji, karena aku tipe orang yang tidak mudah mengatakan apa
yang kurasakan”
“jika
kau seperti itu mungkin akan menyulitkanku memahamimu, seperti yang pernah
kubilang aku bodoh dalam membaca ekpresi muka orang terutama wanita”
Keduanya
terdiam sibuk dengan pikirannya masing-masing sambil menikmati makanan
masing-masing.
Selesai
makan malam Mi Na langsung mencuci peralatan makan, sedangkan Seok Jin hanya
menatap kekasihnya itu. Mereka masih saling terdiam, hingga entah dorongan dari
mana Seok Jin memberanikan diri memeluk Mi Na dari belakang membuat gadis itu
terlonjak kaget dan hampir saja menjatuhkan piring yang sedang dicucinya.
“Mi
Na-shi, kita baru berkencan 3 hari tapi kenapa seperti sudah 3 bulan, waktu
yang singkat ini membuatku merasa telah lama dekat denganmu”
Mi
Na diam tak menjawab karena dia sibuk menetralkan jantungnya yang berdegup
kencang sambil konsentrasi menyelesaikan cucian piringnya. Seok Jin masih asyik
dengan posisinya hingga Mi Na menyelesaikan cuciannya. Mi Na melepaskan pelukan
Seok Jin dengan pelan kemudian membalikkan badannya menghadap Seok Jin.
“Seok
Jin-shi”
“apa?”
“mengenai
masalah tadi pagi aku benar-benar ingin membayarnya kembali padamu karena aku
merasa tidak nyaman kau membayar hutang sebanyak itu, bagimu mungkin itu jumlah
yang kecil tapi bagiku itu jumlah yang besar”
Seok
Jin diam tak langsung menjawab, dia memandang Mi Na dengan lekat.
“Mi
Na-shi jika kau mau membayarnya maka tidurlah dikamarku malam ini” Seok Jin
mendekatkan wajahnya pada Mi Na.
“apa
maksudmu?” Mi Na berpikir bahwa Seok Jin
akan berbuat sesuatu yang buruk padanya.
Wajah
Seok Ji kini hanya berjarak 5 cm dari wajah Mi Na dan akhirnya dia terkekeh
melihat ekspresi Mi Na yang berhasil digodanya, “he he he……aku hanya bercanda
Mi Na-shi, aku akan melakukannya jika sudah menikah, percayalah” ucap Seok Jin
yang langsung memeluk Mi Na, “lakukan apapun yang membuatmu nyaman, aku tidak
akan menolaknya” tambah Seok Jin.
Author
POV end
10
hari kemudian…
Seok
Jin POV
Malam
ini aku mengajak Mi Na makan malam dirumah keluarga Choi. Emoeni menyambut
kedatangan kami dengan ramah, sedang aboeji memperhatikan Mi Na dengan seksama.
“aboeji
perkenalkan dia adalah Jung Mi Na kekasihku” ucapku yang direspon Mi Na dengan
menjulurkan tangannya pada aboeji.
Aboeji
menyambut uluran tangan Mi Na, “cantik, tapi tidak seanggun ‘dia’” ucapan
aboeji sedikit membuat Mi Na terkejut kurasa.
“tentu
saja Mi Na cantik jika tidak mana mungkin Seok Jin jatuh cinta padanya, ayo
kita ke ruang makan” ucap oemoni sambil merangkul Mi Na menuju ruang makan.
Kami
berempat menikmati hidangan makan malam yang telah disediakan oemoni.
“kudengar
kau bisa masak Jung Mi Na-shi?” ucap
aboeji memcahkan keheningan.
“ne,
tapi hanya makanan rumahan tuan” jawab Mi Na
“begitu,
setidaknya kau punya satu point plus dibanding ‘dia’” aboeji kembali
mengeluarkan kata ‘dia’ aku tahu yang dimaksudnya adalah Choi In Ha putri kesayangannya
yang telah meninggal 5 tahun lalu karena leukimia, dan gadis itu juga adalah
mantan kekasihku yang sangat aku cintai, bahkan aku juga belum bisa
melupakannya hingga sekarang. Perbedaan Choi In Ha dan Jung Mi Na adalah In Ha
gadis yang ceria, cerdas dan anggun tapi dia suka berteriak-teriak jika aku
membuatnya marah, dia tidak bisa memasak, tapi dia sangat pandai beraegyo
membuatku tidak pernah bisa berlama-lama marah padanya, sedang Mi Na dia
cantik, rajin, dan sopan, dia juga pandai memasak, meski dia tidak seceria In
Ha dan juga tidak pandai beraegyo seperti In Ha namun pesona Mi Na cukup
membuatku tanpa sadar membuka hatiku untuknya yang kini perlahan-lahan diisi
olehnya tanpa menggeser tempat In Ha dihatiku.
“yoebo,
nikmatilah makanannya, jangan berkomentar terus” ucapan oemoni berusaha
menyelematkan keadaan karena kurasa Mi Na mulai penasaran dengan kata ‘dia’
Seok
Jin POV end
Author
POV
Setelah
selesai makan malam mereka duduk santai diruang tengah menonton TV, tuan Choi
terus memperhatikan Mi Na, dia masih membandingkan gadis itu dengan mendiang
putri kesayangannya.
Mi
Na sendiri tidak begitu memperhatikan TV, dia lebih memperhatikan sebuah pigura
foto yang terpasang ditembok belakang TV, difoto itu ada nyonya Choi, tuan Choi,
Seok Jin dan seorang gadis cantik memakai gaun putih sepanjang lutut. Tuan Choi
mendapati Mi Na yang memandang foto keluarganya.
“dia
adalah putriku, namanya Choi In Ha” ucap tuan Choi membuat Mi Na menoleh pada
pria paruh baya itu.
“yoebo
kenapa kau__” ucap nyonya Choi yang langsung dipotong tuan Choi, “Seok Jin
pasti belum menceritakan tentang In Ha padamu kan?”
“ne,
apa nona Choi In Ha adalah saudara Kim sajangnim?” tanya Mi Na dengan suara
pelan takut jika pertanyaannya salah.
“bagaimana
bisa saudara punya marga yang berbeda, mereka bukan saudara melainkan sepasang
kekasih”
“yoebo”
nyonya Choi menegur suaminya.
Mi
Na sangat terkejut dengan penjelasan dari tuan Choi, Seok Jin yang melihat
ketegangan diwajah Mi Na langsung berusaha menggenggap tangan Mi Na namun
ditangkis secara halus oleh gadis itu.
“la__lalu
dimana nona Choi sekarang?” ucapan Mi Na terbata dengan menahan tangisannya
yang hampir keluar.
“dia
sudah meninggal 5 tahun lalu karena penyakit leukimia yang dideritanya, dia
meninggal sebulan setelah pertunangannya dengan Seok Jin, Seok Jin yatim piatu
sejak kelas 2 SMP karena itu aku dan istriku sudah seperti orang tua
kandungnya”
Ada
perasaan lega dihati Mi Na atas penjelasan tuan Choi, “saya turut berduka cita
tuan, nyonya”
“terima
kasih Mi Na-ah, aku maupun Seok Jin tidak bermaksud membohongimu, hanya saja
kami belum punya kesempatan mengatakan yang sebenarnya padamu, kuharap kau
tidak salah paham” ucap nyonya Choi yang memegang tangan Mi Na.
“saya
mengerti nyonya”
“aku
tidak keberatan jika Seok Jin punya kekasih lagi dan nantinya menikah, tapi___
aku berharap gadis itu tidak lebih buruk dari putriku” ucap tuan Choi membuat
ketiga orang dihadapannya memandang terkejut.
“In
Ha adalah putri kami satu-satunya yang sangat cantik dan anggun, dia sangat
cerdas dalam segala hal, dia sangat ceria meski dia sering berteriak tidak
jelas pada Seok Jin ketika marah, putriku tidak bisa memasak tapi dia sangat
pandai beraegyo membuat siapapun tidak bisa lama-lama marah padanya, aku sudah
mendengar tentangmu dari beberapa informan, kau yatim piatu sejak kelas 2 SMA,
sejak itu kau bekerja keras untuk membiayai sekolahmu juga biaya kuliah, kau
pernah punya kekasih namun dia menghilang dengan meninggalkan hutang pada mafia
yang harus kau bayar, agar kau tidak dijual oleh mafia itu kau rela menjual
rumah peninggalan orang tuamu untuk membayar sebagian hutang itu, setelah itu
selama 4 tahun kau menyicil hutang-hutang itu, dengan semua masa lalumu itu apa
kau pikir pantas bersanding dengan pria seperti Seok Jin?”
“aboeji
hentikan!” ucap Seok Jin
“yoebo
kenapa kau bicara seperti itu?” tambah nyonya Choi
“Seok
Jin-ah apa kau tidak tahu apa yang dipikirkan para karyawanmu tentang Jung Mi
Na? gadis seperti dirinya yang tidak punya jabatan apapun, dan bukan dari
keluarga kaya tiba-tiba bisa menjadi kekasih dari seorang CEO Golden Corp,
mereka pasti berpikir bahwa Jung Mi Na adalah wanita penggoda yang sengaja
mendekatimu untuk uang”
“ABOEJI!!
KUBILANG HENTIKAN…. JUNG MI NA BUKAN GADIS SEPERTI ITU!” Seok Jin berdiri
karena sangat emosi dengan kata-kata kasar tuan Choi.
“aku
tahu dia tidak seperti itu, tapi bagi kebanyakan orang pasti akan berpikir
seperti itu, ada banyak gadis anak orang kaya diluar sana tapi kenapa kau bisa
berkencan dengan Jung Mi Na?”
“YOEBOOO!!
KENAPA KAU SEPERTI INI!” nyonya Choi akhirnya juga tidak bisa menahan emosinya.
“Seok
Jin, bawa Mi Na pulang sekarang, aku akan bicara dengan suamiku” ucap nyonya
Choi menyuruh Seok Jin dan Mi Na pergi.
Seok
Jin pun langsung menarik tangan Mi Na untuk pergi, namun gadis itu menahan tangan
Seok Jin.
“tuan,
saya sangat sadar diri dengan keadaan saya, dibandingkan dengan putri tuan
tentunya saya bukan apa-apa karena saya memang tidak punya kelebihan apa-apa, tapi
saya tidak merasa malu sama sekali dengan keadaan saya karena saya bukan penjahat
yang melakukan tindakan kriminal, saya juga tidak peduli dengan pikiran orang
lain tentang saya karena mereka tidaklah mengenal saya, saya minta maaf jika
kehadiran saya membuat tuan, nyonya maupun Kim sajangnim merasa tidak nyaman,
saya permisi dulu…” Mi Na melepas tangan Seok Jin kemudian berjalan keluar.
“Jung
Mi Na, tunggu” Seok Jin langsung mengejar Mi Na keluar.
Sesampainya
didepan rumah keluarga Choi, Seok Jin berhasil menghentikan langkah Mi Na.
“aku
akan mengantarmu pulang” ucap Seok Jin sambil menarik tangan Mi Na.
“saya
bisa pulang sendiri sajangnim” jawab Mi Na yang sudah tidak bisa menahan air
matanya.
Seok
Jin melihat Mi Na menangis, dia kemuadian memegang kedua bahu Mi Na.
“Mi
Na-shi, Jung Mi Na, sekarang jangan pikirkan apapun, hanya ikuti kata-kataku
saja, kau tidak boleh membantah, sekarang ayo kita pulang”
Mi
Na hanya terdiam tak merespon perkataan Seok Jin karena sibuk menghapus air
matanya yang terus mengalir.
Seok
Jin mengantar Mi Na ke rumahnya, sesampainya mereka didepan rumah Mi Na, mereka
berdua terkejut karena ada seorang pria yang sedang berdiri didepan pintu rumah
Mi Na. Pria itupun terkejut dengan kedatangan Mi Na yang sedang didekap bahunya
oleh pria yang tidak dikenalnya, sedang Mi Na membulatkan kedua matanya, seluruh
tubuhnya terasa lemas.
“Shin___Dong___Hyun”
ucap Mi Na membuat Seok Jin menatap wajah keterkejutan Mi Na.
“Mi
Na-ah, Jung Mi Na” ucap pria yang dipanggil Shin Dong Hyun itu mendekati Mi Na
dan Seok Jin.
“ba__bagaimana__kau
bisa disini?” tanya Mi Na
“aku
menemui tuan Lee dan mendapatkan alamatmu, Mi Na-ah siapa pria ini?”
“aku
Kim Seok Jin, kekasihnya, kau siapa?” ucap Seok Jin memandang tidak suka pada
Dong Hyun.
“kekasihmu?
Bagaimana bisa? Kupikir kau selalu setia padaku Mi Na-ah, kau bahkan rela
membayar hutang-hutangku selama ini”
“apa
maksudmu, mungkinkah kau ini adalah___”
“iya
benar aku adalah mantan kekasih Mi Na, ah sekarang aku tahu, kudengar dari tuan
Lee bahwa ada seseorang yang membantu Mi Na melunasi sisa hutangku, apa orang
itu adalah kau?”
“benar,
lalu apa maumu, kenapa kau kesini” ucap Seok Jin yang mengeratkan dekapannya
pada Mi Na takut jika pria didepannya akan mengambil Mi Na.
“aku
kesini untuk membayar hutangku yang sudah dibayar Mi Na, Mi Na-ah bisakah kita
bicara berdua?”
“jika
kau mau bicara, bicara saja didepanku” ucap Seok Jin menatap tajam Do Hyun.
“baiklah,
kekasihmu ini sepertinya sangat melindungimu Mi Na-ah” Mi Na hanya terdiam
merespon ucapan Do Hyun
“Mi
Na-ah, sebenarnya selama ini aku pergi ke Amerika, aku bekerja disana, aku
mengumpulkan uang sedikit demi sedikit sampai akhirnya aku punya kesempatan
memiliki usaha sendiri dan mendapat banyak uang, percaya atau tidak aku selalu
memikirkanmu, aku memikirkan bagaimana kau hidup, apakah kau membayarkan
hutangku atau tidak, tapi aku tidak bisa menghubungimu maupun menemuimu karena
aku telah menikah dengan seorang gadis kaya disana, tapi enam bulan lalu kami
resmi bercerai dan aku punya kesempatan untuk pulang ke korea dan mencarimu,
sampailah aku disini sekarang, dan ini, aku telah membeli kembali rumah orang
tuamu dan membuatkan surat tanahnya menjadi namamu” Do Hyun menyodorkan sebuah
amplop coklat pada Mi Na.
Mi
Na mengambil amplop itu perlahan.
“dan
berikan nomor rekeningmu agar aku bisa mentransfer uang yang sudah kau bayarkan
selama ini Mi Na-ah”
“kenapa
kau tiba-tiba kembali dan bersikap baik seperti ini?” tanya Mi Na curiga
Do
tertawa kecil mendengar pertanyaan Mi Na.
“haruskan
aku menjawab jujur, bahkan didepan kekasihmu ini?” ucap Do Hyun melirik ke arah
Seok Jin.
“katakan
saja” jawab Mi Na
“baiklah,
tujuanku kembali adalah karena aku ingin memilikimu kembali Mi Na-ah,
bertahun-tahun aku hidup di negara asing, aku menyadari bahwa kau adalah
satu-satunya gadis yang mencintai tulus meski aku tak pernah memperlakukanmu
dengan baik, aku menikah juga hanya karena kebutuhan bisnis, Mi Na-ah
kembalilah padaku, aku berjanji akan bersikap baik dan mencintaimu sepenuhnya,
aku tidak peduli meski aku harus merebutmu dari pria ini”
“jangan
pernah berharap bisa mengambil Mi Na dariku” ucap Seok Jin tegas.
“benarkah?
Tuan Kim sepertinya kau adalah orang kaya, apa keluargamu sudah merestui
hubunganmu dengan Mi Na, apa mereka bisa menerima Mi Na dengan baik? Aku dan Mi
Na sama-sama tidak punya keluarga jadi kurasa Mi Na akan lebih cocok denganku”
“Do
Hyun-shi cukup, pergilah sekarang” ucap Mi Na mengejutkan Do Hyun
“kau
mengusirku Mi Na-ah? Ah baiklah aku pergi sekarang tapi aku akan kembali lagi
besok” Do Hyun pun melangkah pergi meninggalkan rumah Mi Na.
Melihat
Do Hyun yang sudah pergi, Mi Na bernafas lega, kemudian melepaskan dekapan Seok
Jin perlahan.
“kau
juga pulanglah sajangnim” ucap Mi Na mengejutkan Seok Jin.
“kenapa
kau kembali memanggilku sajangnim? Aku tidak mau pulang, aku akan disini” ucap
Seok Jin kesal
“kumohon,
aku sangat lelah, biarkan aku sendirian sajangnim”
“aku
tahu kau lelah, tapi aku tidak mau meninggalkanmu, jika aku pergi aku takut kau
akan memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita”
“…..”
Mi Na diam tak menanggapi
“meski
kita baru berkencan dalam hitungan hari, tapi aku___mmp”
Ucapan
Seok Jin terhenti saat tiba-tiba Mi Na menyambar bibir pria itu, selang
beberapa detik Mi Na pun melepaskan bibirnya, sedangkan Seok Jin masih diam
mematung karena terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan Mi Na.
“tadi
aku memang berniat untuk minta putus darimu, tapi dengan kedatangan Do Hyun
tadi aku menyadari bahwa aku membutuhkanmu Kim Soek Jin”
“benarkah??
kau sungguh membutuhkanku Mi Na-shi?” ucap Seok Jin antusias yang dijawab Mi Na
dengan anggukan pelan.
Seok
Jin pun langsung memeluk Mi Na, “aku juga membutuhkanmu Mi Na-shi, aku
menyukaimu, benar-benar menyukaimu”
“aku
juga menyukaimu Kim Seok Jin sajangnim”
“ah
kenapa sajangnim lagi”
Mi
Na hanya tekekeh menanggapi komentar Seok Jin.
Keesokan
harinya di Golden Corp…
“Mi
Na-shi, kita makan siang bersama ya” pinta Seok Jin sambil menyodorkan sebuah
map yang baru saja ditanda tanganinya pada Mi Na.
“em,
saya tidak bisa sajangnim” jawab Mi Na menerima map dari Seok Jin.
“kenapa?”
“saya
ada janji dengan orang”
“siapa?”
“saya
tidak bisa mengatakannya”
“kenapa?”
“karena
saya tidak ingin memberitahukannya”
“ya!
Mi Na-shi, apa kau sedang selingkuh dibelakangku, kenapa tidak mau memberitahu
kau mau makan siang dengan siapa?”
“jika
memang saya selingkuh, lalu apa yang sajangnim lakukan?”
“Mi
Na-shi! Apa kau sedang mengujiku?”
Mi
Na menggelengkan kepalanya menanggpi pertanyaan Seok Jin.
“kalau
begitu katakan siapa orang itu?”
“Shin
Do Hyun” ucap Mi Na singkat
Seok
Jin membulatkan matanya dan telah bersiap untuk menegur Mi Na.
“lihatlah,
sajangnim pasti akan bereaksi seperti ini, tadi pagi Do Hyun menghubungiku dan
kami sepakat untuk bertemu siang ini, saya berniat mengembalikan surat tanah
yang kemarin dia berikan padaku karena aku takut pemberiannya itu bertujuan
untuk membeliku, sajangnim tidak usah khawatir karena saya bisa menjaga diri,
lagipula saya dan Do Hyun memang harus segera menyelesaikan masa lalu kami”
jelas Mi Na yang membuat kemarahan yang hampir meledak dikepala Seok Jin reda.
“baiklah,
aku mengerti, tapi jika terjadi sesuatu kau harus segera meneleponku”
“ne
sajangnim” jawab Mi Na dengan senyum manisnya yang membuat dada Seok Jin
bergetar.
Disebuah
restaurant…
Mi
Na menyodorkan sebuah amplop coklat kepada pria dihadapannya, “ini ambilah
kembali”
“kenapa
kau mengembalikannya padaku?” tanya pria itu heran
“aku
tidak mau menerimanya karena kau mungkin tidak tulus memberikannya, lagipula
aku sudah tidak mempermasalahkan apa yang terjadi 4 tahun lalu, aku juga tidak
butuh uangmu karena aku ikhlas menjalaninya selama ini, jika kau mau membayar
sesuatu kau kembalikan saja uang Kim sajangnim”
Do
Hyun tersenyum sinis atas pernyataan Mi Na, “apa pria itu memintamu
mengembalikan uangnya, bukankah dia kekasihmu?”
“dia
tidak memintaku membayarnya kembali, tapi aku yang ingin mengembalikan uangnya
karena masalah kita bukanlah masalahnya”
“baiklah,
uang yang dia bayarkan 7 juta won kan?”
“benar
tapi aku sudah mengembalikan 2,5 juta won, kau tinggal membayar sisanya”
“Mi
Na-ah, apa kau sudah menghitung berapa uang yang sudah kau keluarkan selama 4
tahun ini?”
“iya,
kurasa jumlahnya sangat banyak, jika dihitung mungkin sudah bisa membeli sebuah
gedung” ucap Mi Na enteng membuat Do Hyun tertawa geli.
“bagaimana
bisa uang sebanyak itu kau keluarkan hanya untuk pria brengsek sepertiku, apa
kau masih menyukaiku?”
“tidak”
“meskipun
sekarang aku berlutut dan melamarmu kau tak akan kembali padaku?”
“tidak”
“apa
kau mencintai pria bermarga Kim itu?”
“iya”
“apa
kau akan menikah dengannya?”
“entahlah,
aku belum tahu”
“kau
benar-benar tidak mau mempertimbangkanku lagi?”
“tidak”
“baiklah
aku mengalah, aku sudah membuatmu menderita selama 4 tahun akan terasa sangat
jahat jika aku memaksamu kembali padaku, aku masih punya hati nurani Mi Na-ah”
“aku
tahu, Do Hyun-shi” ucap Mi Na dengan memberikan senyum ramahnya.
“maaf
atas apa yang sudah kulakukan Mi Na-ah, surat tanah ini ambilah karena ini
adalah hakmu, dan uang yang sudah kau keluarga selama 4 tahun ini akan aku
kembalikan”
“kau
tidak akan meminta sesuatu dariku atas surat tanah ini kan?”
“tidak,
aku tulus memberikannya”
“kalau
begitu mengenai uang yang akan kau kembalikan, bagaimana jika kau bangun saja
sebuah panti asuhan, itu akan lebih berguna Do Hyun-shi”
“tapi
uang itu juga hak mu Mi Na-ah”
“anggap
saja kau mengembalikannya dalam bentuk panti asuhan, bukankah itu mudah”
“yah
aku mengerti, akan aku lakukan sesuai keinginanmu”
“terima
kasih Do Hyun-shi”
“aku yang seharusnya berterima kasih, em apa kau
tahu nomor rekening kekasihmu?”
“karena
sekarang aku adalah sekretarisnya jadi aku tahu nomor rekeningnya”
“kalau
begitu berikan padaku” ucap Do Hyun menyodorkan ponselnya pada Mi Na.
Mi
Na mengambil ponsel Do Hyun dan mengetik nomor rekening Seok Jin yang dia baca
di ponselnya sendiri.
“ini”
Mi Na mengembalikan ponsel Do Hyun
“aku
akan langsung mentransfernya”
Mi
Na mengangguk dan tersenyum menanggapi.
Malam
harinya…….
Seok
Jin meminta Mi Na membuatkan makan malam di apartementnya dan mereka makan
malam berdua.
“tadi
siang ada yang menstranfer uang 4,5 juta won padaku, apa dia Do Hyun?” tanya
Seok Jin yang sedang membantu Mi Na mencuci peralatan makan dan Mi Na hanya
mengangguk menanggapi.
“apa
kau yang menyuruhnya?”
Mi
Na hanya kembali mengangguk.
“kenapa?”
“karena
aku tidak mau berhutang padamu, lagi pula itu kan hutang Do Hyun jadi harusnya
memang dia yang mengembalikan padamu”
“tapi
aku tidak masalah jika kau tak mengembalikannya”
“aku
tahu, tapi hatiku terasa tidak nyaman jika tidak mengembalikannya padamu
sajangnim”
“ya!
Kau mulai lagi memanggil sajangnim, kita hanya berdua Mi Na-shi” ucap Seok Jin
sedikit kesal.
Setelah
urusan cuci piring selesai kini dua sejoli itu sedang duduk berdampingan di
sofa sambil menonton drama di TV, Seok Jin melingkarkan tangannya ke pinggang
Mi Na, sedang Mi Na menyenderkan kepalanya di bahu Seok Jin.
“ah
dramanya membosankan, bagaimana jika kita lakukan hal lain saja?” ucap Seok Jin
menatap Mi Na
Mi
Na mendongakkan kepalanya, “lakukan apa?”
Seok
Jin beranjak dari posisinya dan mematikan TV, kemudian berlutut di hadapan Mi
Na yang duduk di sofa. Seok Jin mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam
dari saku celananya dan membukanya yang isinya ternyata adalah sebuah cincin
berlian.
“Jung
Mi Na-shi, maukah kau menikah denganku?” ucap Seok Jin menatap lekat gadis
dihadapannya.
“……..”
Mi Na terdiam mencerna perkataan Seok Jin.
“Jung
Mi Na-shi, aku berjanji akan menjadi pria yang selalu menyayangimu, menjagamu,
memperhatikanmu dan bersamamu”
“apa
kau serius Kim sajangnim”
“aku
sangat serius Mi Na-shi”
“tapi
kurasa ini terlalu cepat, bagaimana dengan tuan dan nyonya Choi?”
“oemoni
sangat setuju bila aku menikah denganmu, kalau aboeji___ jangan terlalu
memikirkannya, beliau merestui atau tidak, aku akan tetap menikah denganmu”
“sajangnim”
“jangan
memanggilku seperti itu, jawab saja pertanyaanku Jung Mi Na-shi”
Mi
Na terdiam sejenak sambil menatap kedua mata pria dihadapannya itu.
“baiklah,
aku mau Kim Soek Jin sajangnim”
“ya
kenapa ada kata sajangnim? Ah tapi yang penting jawabanmu adalah mau, kau harus
pakai ini” Seok Jin memasangkan cincinnya ke jari manis Mi Na, kemudian
keduanya saling berpelukan bahagia.
1
bulan kemudian…..
Disebuah
gereja, dua sejoli sedang saling mengucap janji suci disaksikan oleh puluhan
tamu undangan. Setelah dinyatakan secara resmi mereka adalah pasangan suami
istri, maka keduanyapun saling meautkan bibir mereka diiringi sorakan bahagia
dan tepuk tangan dari para tamu undangan.
“Mi
Na-ah, selamat atas pernikahanmu, aku benar-benar tidak menyangka kau menjadi
istri Kim sajangnim” ucap Sae Ri sambil memeluk Mi Na seusai gadis itu
melaksanakan sesi lempar bunga.
“terima
kasih Sae Ri-ah, o ya kau bilang kau sedang hamil, sudah berapa bulan?” ucap Mi
Na
“baru
7 minggu, aku bahagia sekali kau menikah dan juga aku akan menjadi ibu, kau
harus segera menyusulku agar kelak anak-anak kita bisa menjadi sahabat seperti
kita”
“kenapa
tidak jadi besan saja” ucap Seok Jin yang tiba-tiba menghampiri kedua gadis itu
bersama suami Sae Ri.
“apa
Kim sajangnim mau berbesanan dengan kami?” ucap suami Sae Ri.
“tentu
saja, kenapa tidak, iya kan Mi Na chagiya” jawab Seok Jin sambil merangkul
mesra gadis yang telah menjadi istrinya. Mi Na hanya mengangguk sambil menyikut
pelan pinggang suaminya.
“kalian
serasi sekali” ucap Sae Ri yang diiyakan suaminya.
Ditengah-tengah
pembicaraan hangat mereka, datanglah tuan dan nyonya Choi mendekati Seok Jin
dan Mi Na.
“Seok
Jin-ah, Mi Na-ah, selamat atas pernikahan kalian, ibu berdoa semoga kalian
hidup bahagia dan segera memiliki keturunan” ucap nyonya Choi menggenggap
tangan Seok Jin dan Mi Na.
“terima
kasih oemoni” ucap Seok Jin
“terima
kasih nyonya Choi” Mi Na memeluk nyonya Choi.
“mulai
sekarang panggil aku oemoni saja, kau mau kan Mi Na-ah”
“baiklah,
oemoni” ucap Mi Na sambil melepas pelukannya.
“Mi
Na-ah, maaf atas kata-kataku waktu itu, jadilah istri yang baik untuk Seok Jin
dan hiduplah berbahagia bersamanya agar putriku disurga juga ikut bahagia” ucap
tuan Choi
“tidak
perlu minta maaf tuan, saya sudah melupakannya, saya janji akan menjadi istri
yang baik untuk Kim sajangnim” tuan Choi mengangguk dan tersenyum, sedang Seok
Jin memprotes perkataan Mi Na, “ya kenapa masih memanggilku sajangnim, ganti
saja dengan chagi atau yoebo”
“kenapa
kau selalu mempermasalahkan sebuah panggilan?” jawab Mi Na
“karena
itu penting bagiku, ayo panggil aku yoebo, yoebooooo” rajuk Seok Jin
“tidak
mau sajangnim” ucap Mi Na sambil sedikit menjauh dari suaminya.
“ya
kau tidak mau, kalau begitu aku akan menghukummu”
“menghukumku?”
“iya,
aku akan menghukummu malam ini” ucap Seok Jin yang menarik tubuh Mi Na dan
menggendongnya kemudian pamit pergi, sedangkan Sae Ri dan suaminya beserta tuan
dan nyonya Choi hanya tertawa melihat tingkah Seok Jin.
“ya
lepaskan aku sajangnim, ah baiklah Kim Soek Jin aku akan memaggilmu yeobo”
pinta Mi Na yang berusaha turun, namun Seok Jin tetap berjalan ke arah
mobilnya, “aku sudah terlanjur marah padamu chagiya” Seok Jin mengerlingkan
matanya menggoda Mi Na.
----End----
NB
: terima kasih buat para reader yang sudah sudi meluangkan waktunya membaca FF gaje ini, mohon maaf atas segala kekurangannya, sampai jumpa di FF berikutnya :D