Title : Open Your
Heart (Part 1)
Author : Jungna
Genre : Romance
Length : Twoshoot | Rating : PG-15
Main Cast : Kim Seok Jin, Jung Mi Na (OC)
Disclaimer : Kim Seok Jin milik dirinya sendiri, orang tuanya, Big Hit Ent
dan Tuhan YME, cast OC dan alur cerita murni hasil pemikiran author. Mohon maaf karena ide ceritanya pasaran, happy
reading dan mohon saran dan kritiknya, terima kasih ^_^
PART 1
Author
POV
Seorang
gadis sedang berlari terburu-buru dengan menjinjing beberapa gelas minuman dan sebuah
paperbag berisi beberapa hamburger. Gadis itu berlari karena mengejar waktu,
dia takut terlambat ketika sampai ditujuannya yaitu sebuah gedung mewah yang
menjulang tinggi 26 lantai yang tidak lain adalah tempatnya bekerja. Gedung itu
bertuliskan GOLDEN CORP. sebuah
perusahaan terbesar ketiga di Korea Selatan. Setelah sampai dipintu utama
Golden Corp, gadis berambut coklat bergelombang panjang itupun mempercepat
langkahnya masuk menuju lift yang akan membawanya ke lantai 12 tempatnya
bekerja, namun lift yang ditujunya sudah penuh sedang waktu menunjukkan 07.58
artinya 2 menit lagi waktu bekerja dimulai, karena tak ingin terlambat dihari
ke-100nya bekerja dan takut kena marah dari atasannya maka tanpa berpikir gadis
itu menerobos masuk ke lift kedua dan langsung menekan angka 12. Tanpa
disadarinya didalam lift tersebut ada 4 orang pria yang memandangnya aneh dan
mungkin marah. Gadis itu berusaha menetralkan nafasnya yang masih
terengah-engah karena berlari tanpa menengok maupun menghiraukan orang-orang
dibelakangnya.
Salah
seorang pria akhirnya menepuk pudak kanan gadis itu, “nona” sapa pria bertubuh
tinggi tegap dengan tatapan tajam. Merasa ada yang memanggilnya gadis itupun
menoleh “ne, ada apa?” jawab si gadis. “apa kau tidak tahu ini lift apa?” tanya
si pria.
“memangnya
kenapa, bukankah lift ini menuju lantai atas?” si pria terlihat kesal dan
menghela nafasnya ingin kembali menegur si gadis, namun salah seorang pria
disampingnya menahan tangan pria itu. Melihat pria yang bertanya padanya tadi
terlihat kesal, si gadispun mengedarkan pandangannya pada semua orang yang ada
di belakangnya, dan gadis itu baru sadar jika dia mengenal wajah dari salah
satu pria yang berhadapan dengannya saat ini, yah lift yang ditumpanginya saat
ini ternyata adalah lift yang dikhususkan untuk CEO, para Direksi dan tamu VIP
Golden Corp, gadis itu membulatkan kedua matanya “maafkan saya sajangnim, saya
tidak bermaksud___” ucap si gadis dengan membungkung dan mendekap barang
bawaannya.
“tidak
apa-apa” jawab seorang pria muda nan tampan yang tadi menahan tangan pria yang tadi
menegur si gadis. Bertepatan dengan jawaban pria tersebut yang tidak lain
adalah CEO Golden Corp, angka dilayar atas lift menunjukkan angka 12 dan pintu
liftpun terbuka. Sadar pintu lift telah terbuka dilantai yang ditujunya si
gadis melangkah mundur dengan masih membungkukkan badannya “sekali lagi saya
benar-benar minta maaf sajangnim” ucap si gadis yang hanya dijawab dengan
anggukan oleh CEO tersebut dan pintu lift pun kembali tertutup.
Gadis
itupun meruntuki kebodohan dirinya sendiri sampai tidak disadari seorang
temannya datang menghampirinya.
“ya
Jung Mi Na, kenapa kau baru sampai, manajer Jang sudang mengomel dari tadi”
tegur seorang gadis pada gadis yang masih berdiri didepan lift, gadis itu
ternyata bernama Jung Mi Na.
Mi
Na menoleh kepada temannya “apa? Owh aku pasti akan kena marah lagi, bagaimana
ini Sae Ri-ah”
Teman
Mi Na yang bernama Sae Ri itupun mengambil paper bag yang berisi hamburger dan
menuntun Mi Na menuju ruang kerja mereka, “bilang saja tadi kau mengantri lama
di café, lagi pula kau sudah sampai kenapa masih berdiri didepan lift?” tanya Sae Ri
“tadi
itu aku baru saja melakukan hal bodoh Sae Ri-ah” Mi Na menunduk lesu sambil
berjalan mengikuti Sae Ri
“ya
sudah kau ceritakan nanti saja, kajja” Sae Ri menarik tangan Mi Na untuk masuk
ke ruangan bagian Pemasaran Golden Corp, yah diruangan itulah mereka bekerja.
Jung
Mi Na adalah karyawan baru di Golden Corp yang baru bekerja selama 3 bulan,
sedang temannya Han Sae Ri telah bekerja di Golden Corp selama 4 tahun dan kini
dia telah menjabat sebagai asisten manajer pemasaran. Jung Mi Na bisa masuk ke
Golden Corp juga karena bantuan Sae Ri yang memberi informasi adanya lowongan
karyawan baru.
Begitu
mereka masuk ke ruang bagian pemasaran seperti dugaan mereka seorang manajer
yang biasa dipanggil manajer Jang dan beberapa karyawan senior langsung menegur
Mi Na.
“Jung
Mi Na kenapa kau baru sampai aku sudah kelaparan” tegur seorang pria paruh baya
bernama manajer Jang
“maafkan
saya manajer Jang tadi di café antri banyak, sekali lagi saya minta maaf” ucap
Mi Na membungkan badannya dihadapan manajer Jang.
Sae
Ri yang kasihan melihat Mi Na langsung mengambil minuman yang masih dipegang Mi
Na dan menaruhnya di meja manajer Jang beserta dengan paper bag isi hamburger.
“silahkan
dinikmati manajer Jang dan sunbaedeul” ucap Sae Ri, kemudian menyuruh Mi Na
bekerja. Mi Na pun menuju kubikelnya mulai mengerjakan pekerjaannya.
Sedang
di lantai yang lain tepatnya dilantai 24, empat orang pria yang tadi satu lift
dengan Mi Na telah duduk di sebuah ruangan yaitu ruangan CEO, mereka
membicarakan sesuatu mengenai pekerjaan, tidak lama kemudian dua orang pria
diantaranya pamit pergi pada CEOnya.
Setelah
hanya berdua sang CEO langsung menyenderkan punggungnya ke kursi singgasananya.
“sekretaris
Kang, gadis tadi apa karyawan baru?” tanya sang CEO
“sepertinya
iya sajangmin” jawab seorang pria muda yang dipanggil dengan sebutan sekretaris
Kang, dia adalah pria yang tadi hampir menegur Mi Na.
Sang
CEO tiba-tiba tersenyum sendiri membuat sekretaris Kang mengernyitkan alisnya,
“ada apa sajangnim?”
“em
hanya lucu saja mengingat kejadian tadi, gadis itu sepertinya benar-benar tidak
menyadari telah masuk lift VIP”
“mungkin
gadis itu memang sedang terburu-buru, tapi akan saya pastikan kejadian tadi
tidak terulang lagi”
“tidak
usah, tidak apa-apa kau tidak perlu mempermasalahkannya”
“baiklah
sajangnim”
Author
POV end
Mi
Na POV
Waktu
menunjukkan jam 12.00, ini adalah waktunya istirahat makan siang bagi seluruh
karyawan Golden Corp, ah kurasa bukan hanya Golden Corp tapi juga bagi seluruh
karyawan di korea. Kulihat Im Sae Ri berdiri kemudian berjalan mendekatiku
dengan menenteng sebuah kotak makan siang, aku pun langsung mengambil bekal
makan siangku di tas.
“kajja
Mi Na-ah” Sae Ri menggandeng tanganku keluar dari ruangan bagian pemasaran
dengan dipandangi manajer Jang dan karyawan lain, aku tahu apa arti pandangan
mereka.
Beberapa
saat kemudian aku dan Sae Ri telah berada di atap gedung Golden Corp, kami
duduk disebuah bangku dan membuka bekal makan siang kami.
Sejak
aku masuk sebagai karyawan Golden Corp, Sae Ri selalu mengajakku makan siang
disini alasannya simple saja yaitu agar aku terbebas dari manajer Jang dan para
karyawan senior yang akan memberiku perintah-perintah tidak penting di jam
makan siang. Aku beruntung sekali karena ada Sae Ri yang selalu membantuku,
jujur aku memang mengalami banyak kesulitan sejak awal masuk ke Golden Corp,
meskipun sebelumya aku juga bekerja dibagian pemasaran namun Golden Corp sangat
berbeda dengan perusahaan tempat bekerjaku yang lama. Tempat kerjaku yang lama
hanyalah sebuah perusahaan industri menengah yang 6 bulan lalu akhirnya
bangkrut dan mem-PHK-kan semua karyawanya termasuk aku, padahal aku telah
bekerja disana selama hampir 5 tahun dan sudah mencapai jabatan sebagai asisten
manajer pemasaran tapi mau berkata apa lagi, mungkin ini memang sudah takdir.
Setelah 3 bulan menganggur akhirnya aku mendapat informasi dari sahabatku Sae
Ri yang sudah mengenalku sejak SMA jika Golden Corp membutuhkan karyawan baru
dibagian pemasaran, dan dengan bantuan Sae Ri akupun bisa diterima di
perusahaan besar ini, sungguh Sae Ri adalah keberuntunganku.
“Mi
Na-ah, mulai besok kau jangan mau disuruh membeli sarapan ataupun hal-hal
konyol lagi” ucap Sae Ri sambil menikmati makan siangnya.
“kenapa?”
tanyaku yang membuat Sae Ri menghentikan makannya
“kenapa?
Tentu saja karena ini sudah 3 bulan, jadi kau tidak perlu lagi menerima
perintah-perintah tidak penting dari manajer Jang maupun karyawan lain, apa kau
mengerti?”
“tapi
kau tau kan aku tipe orang yang tidak enak menolak permintaan orang lain, dan
apa kau yakin kalau mereka akan berhenti memerintahku?”
“ya
Jung Mi Na, kenapa kau masih tidak berubah, inilah yang membuatku dari dulu
tidak bisa jauh-jauh darimu, aku takut kalau kau diperalat orang, dulu kau juga
diperalat oleh____” Sae Ri menggantungkan kata-katanya, aku mengerti apa yang
akan dia katakan tapi aku tidak ingin dia melanjutkan kata-katanya.
“terima
kasih Sae Ri-ah karena kau selalu ada untukku” aku meletakkan sumpit dan tempat
makanku kemudian menggeser tubuhku untuk memeluk sahabat tercintaku ini.
“kau
tidak perlu berterima kasih, kita kan sahabat he he he” Sae Ri menepuk-nepuk
pundakku.
Mi
Na POV end
Satu
minggu kemudian….
Author
POV
Mi
Na dan Sae Ri sedang makan malam bersama disebuah restaurant.
“apa?
Jadi kau akan pindah ke Jepang menyusul suamimu?” ucap Mi Na terkejut karena
mendengar Sae Ri yang akan pergi ke Jepang bersama suaminya.
“ne,
maaf karena baru memberitahumu sekarang Mi Na-ah” jawab Sae Ri dengan nada
lesu.
“kapan?”
“minggu
depan”
“minggu
depan? Cepat sekali…” Mi Na menundukkan kepalanya karena menyembunyikan matanya
yang hampir menangis
“apa
kau marah Mi Na-ah? Aku sungguh minta maaf, suamiku mendapatkan jabatan
Direktur dari perusahaannya tapi untuk kantor cabang di Tokyo, dan karena kami
sedang berusaha untuk segera memiliki anak
maka aku tidak boleh tinggal terpisah dengan suamiku, Mi Na-ah aku____”
Sae Ri menghentikan ucapannya karena melihat Mi Na yang menangis.
“jangan
menangis Mi Na-ah, aku janji akan sering menghubungimu dan jika ada waktu libur
aku akan pulang mengunjungimu” Sae Ri menggenggap tangan kanan Mi Na erat.
“aku__hiks
hiks mengerti hiks Sae Ri-ah hiks hiks” ucap Mi Na sambil sesenggukan karena
tangisannya.
Sae
Ri berdiri dari tempat duduknya dan memeluk Mi Na, “jaga dirimu baik-baik Mi
Na-ah, hingga hari keberangkatanku minggu depan aku akan usahakan kau terbebas
dari pembullian manajer Jang”
“itu
tidak hiks hiks.. penting” ucap Mi Na memeluk erat Sae Ri.
Author
POV end
Mi
Na POV
Aku
berjalan pelan menuju halte bus setelah makan malam dengan Sae Ri, aku sengaja
menolak tawarannya mengantarku pulang karena aku ingin menenangkan pikiranku.
Im Sae Ri adalah satu-satunya sahabat dekatku, dia selalu ada bersamaku sejak
kami SMA, dia tidak pernah meninggalkanku, dia selalu menjagaku. Terlebih sejak
kedua orang tuaku meninggal karena musibah kebakaran ketika aku kelas 2 SMA, Im
Sae Ri dan keluarganya menjadi tempat untukku bernaung dan bersandar. Karena
itulah aku tidak pernah berpikir jika kami akan berpisah.
Yah
aku mengerti posisinya, karena dia sudah menikah sudah barang tentu dia harus
mengikuti suaminya. Aku sedih bukan karena aku akan kehilangan perlindungan Sae
Ri namun aku sedih karena nanti tidak ada lagi tempat untukku mencurahkan isi
hatiku.
Mungkin
ini sudah saatnya aku berjalan sendiri, menguatkan diriku sendiri, Sae Ri juga
harus menikmati kehidupanya sendiri bersama suaminya tanpa diriku, aku ingin
dia bisa hidup bahagia dan tidak terus-terusan menghawatirkanku.
Tidak
terasa aku sampai ditepi perempatan jalan untuk menyebrang menuju halte bus.
Banyak orang yang berdiri didekatku dengan tujuan sama yaitu menyebrang jalan.
Aku memandang lurus kedepan dengan pikiran kosong hingga aku tidak menyadari
lampu sudah berganti hijau untuk menyebrang. Aku baru menyadarinya setelah
semua orang melangkah untuk menyebrang, aku pun berjalan perlahan.
BRUKK….
Aku
melihat seseorang jatuh pingsan didepanku, akupun langsung mendekati orang
tersebut yang ternyata seorang wanita berumur sekitar 50 tahunan.
“TOLONG!!
TOLONG!! nyonya bangun nyonya…nyonya….” Aku berusaha menyadarkan wanita itu,
kemudian beberapa pria membantuku mengangkat tubuhnya untuk diamankan ke
pinggir jalan, aku langsung merogoh ponselku di saku celana dan menelepon 911.
Beberapa
menit kemudian sebuah ambulans datang, petugas 911 langsung memasukkan tubuh
wanita itu ke ambulans.
“apa
salah satu diantara kalian adalah walinya?” tanya salah seorang petugas 911
“mungkin
gadis ini” tiba-tiba salah seorang pria menunjukku
“apa
nona adalah walinya?” tanya petugas 911 tersebut kepadaku
“bukan,
beliau pingsan didepanku jadi aku berusaha menolongnya, tapi aku akan ikut
kalian ke rumah sakit dan mengurus administrasinya” ucapku
“baiklah
mari ikut kami” petugas tersebut mengarahkanku untuk ikut masuk kedalam
ambulans.
Tidak
butuh lama untuk kami sampai ke rumah sakit. Wanita tersebut langsung dibawa ke
ruang UGD untuk ditangani.
Aku
menunggu dengan cemas takut jika terjadi sesuatu dengan wanita paruh baya itu,
aku jadi teringat hari dimana kedua orang tuaku meninggal.
Sekitar
45 menit kemudian seorang dokter menemuiku.
“nona,
apa kau yang membantu membanya Nyonya Choi kesini?” tanya dokter itu padaku,
dia seorang pria yang sudah tua berusia sekitar 50 tahunan dengan nametag ‘Lee
Ho Sang’ tertempel dijas dokternya.
“ne
benar dokter, apa ada sesuatu yang harus kulakukan?”
“tidak,
kebetulan aku adalah dokter keluarganya dan aku sudah menghubungi keluarganya”
“apa
nyonya itu sudah siuman?”
“ne
dia baru saja siuman, terima kasih sudah membantu membawanya kesini, nona bisa
pulang sekarang, putranya akan datang sebentar lagi”
“oh
syukurlah, baiklah saya akan pulang tapi bolehkah saya melihatnya sebentar?”
tanyaku hati-hati pada dokter Lee
“tentu,
silahkah masuk saja, dia masih di ruang UGD” ucap dokter Lee dengan senyum
ramahnya.
Aku
pun bergegas masuk ke UGD untuk melihat sosok wanita yang tadi dipanggil dengan
sebutan nyonya Choi, aku melihatnya masih terbaring lemah disalah satu ranjang,
aku berjalan mendekatinya. Beliau melihat kearahku, aku tersenyum padanya dan
sedikit membungkuk memberikan hormat.
“apa
nyonya sudah merasa lebih baik?”
“ne,
apa kau yang membawaku kesini?” tanya nyonya Choi dengan tersenyum ramah.
“em
saya hanya membantu petugas 911 membawanya nyonya kesini”
“apapun
itu, terima kasih nona, siapa namamu?”
“nama
saya Jung Mi Na”
“namaku
Choi Sung Tae, kenapa kau tidak membiarkan petugas 911 saja yang membawaku?”
“itu
karena___saya teringat dengan mendiang orang tua saya, jadi saya merasa
khawatir kalau terjadi sesuatu yang buruk pada nyonya”
“apa
kau yatim piatu?”
“begitulah,
em karena nyonya sudah siuman saya pamit pulang dulu”
“ah
ne, terima kasih Jung Mi Na-shi” ucap nyonya Choi sambil menyalami tanganku.
“oemoni…
oemoni… kau baik-baik saja?” seorang pria yang kurasa adalah putra dari nyonya
Choi tiba-tiba datang. Pria ini entah kenapa tidak asing.
“ne
aku baik-baik saja Soek Jin-ah”
‘Soek
__Jin’ nama itu kan___
Pria
yang dipanggil Soek Jin ini menoleh kearahku dan___ benar saja aku memang
mengenal pria ini.
“sa….jang….nim?”
ucapku terkejut dan membulatkan kedua mataku, pria ini juga sepertinya
terkejut.
“kau___
bukankah kau karyawan yang waktu itu dilift?” ucapnya bersamaan dengan telunjuk
tangan kanannya yang mengarah padaku.
“ne
sajangnim”
“apa
kau yang menolong ibuku?”
“ah…..ne…”
“terima
kasih sudah menolong ibuku”
“ne,
em saya permisi pulang dulu sajangnim dan nyonya Choi”
“oh
ne, hati-hati dijalan” ucap CEO ku itu dengan senyum manisnya, ah senyumannya
itu sungguh mempesona.
Akupun
membungkukan badanku memberi hormat pada CEO Kim dan ibunya dan beranjak pergi.
Yah
pria tadi adalah CEO Golden Corp namanya adalah Kim Seok Jin pria muda dan tampan
berusia 24 tahun, ah aku baru sadar tadi nyonya Choi bilang bahwa namanya
‘Choi’ Sung Tae, tapi kenapa CEO ku itu namanya ‘Kim’ Soek Jin? Ah pasti suami
nyonya Choi itu bermarga ‘Kim’ tentunya sehingga CEO ku bermarga ‘Kim’, ah
kenapa aku jadi memikirkan nama mereka, lebih baik aku segera pulang dan tidur,
aku tidak mau besok terlambat masuk kerja.
Mi
Na POV end
3
hari kemudian….
Seok
Jin POV
Aku
sedang makan malam bersama dengan oemoni
dan aboeji di rumah mereka.
“Soek
Jin-ah…” ucap oemoni
“ne
oemoni” jawabku
“gadis
yang bernama Jung Mi Na itu sepertinya adalah gadis yang baik”
Aku
bingung dengan perkataan oemoni siapa itu Jung Mi Na?
“yoebo
siapa Jung Mi Na?”tanya aboeji yang ternyata bisa mewakili pertanyaanku juga.
“Jung
Mi Na adalah gadis yang menolongku tempo hari yoebo” jelas oemoni yang hanya
ditanggapi “owh” oleh aboeji.
“jadi
gadis itu bernama Jung Mi Na?” ucapku, oemoni sepertinya tertegun dengan
pertanyaanku
“ne….
bukankah dia karyawanmu? Apa kau baru tahu namanya Jung Mi Na?”
Aku
tersenyum kikuk pada oemoni, “ne aku tidak tahu namanya oemoni, kami hanya
pernah tidak sengaja bertemu dilift itupun hanya sekali”
“ah
kukira kau sudah cukup mengenalnya” ucap oemoni dengan raut muka kecewa
“memangnya
kenapa oemoni?”
“em
tadinya aku pikir jika kau cukup dekat dengannya, maka tidak ada salahnya jika
kau____”
“yoebo
sudahlah, habiskan saja makananmu dan lekas minum obatmu” ucapan oemoni
terpotong oleh teguran aboeji padahal oemoni sepertinya ingin mengatakan
sesuatu.
“ne
yoebo” jawab oemoni akhirnya.
“Soek
Jin-ah, apa kau akan menginap?” tanya aboeji padaku
“iya
aku akan menginap aboeji”
“jika
kau merasa bosan tinggal sendirian dirumahmu tidak apa jika kau tinggal disini”
ucap aboeji
“aku
takut merepotkan kalian”
“merepotkan
apanya bukankah kami sudah seperti orang tua kandungmu, lagipula rumah ini juga
terasa sepi karena kami hanya tinggal berdua” aboeji menjelaskan dengan mimik
wajah sedih, yah aku tahu apa yang membuatnya sedih karena aku juga sedih jika
mengingat ‘dia’ yang dulu tinggal disini, dirumah pasangan yang ku panggil
aboeji dan oemoni ini.
“ne
aboeji, aku akan lebih sering datang kesini, aku janji” ucapku berusaha
menenangkan hati aboeji dan kulihat oemoni yang memandangku dengan tatapan yang
tidak bisa kujelaskan.
Seok
Jin POV end
Author
POV
Dua
hari kemudian….
Seperti
biasa dipagi hari setelah Mi Na sampai dikantor, dia langsung diperintah
membelikan sarapan untuk manajer Jang dan beberapa pegawai senior di bagian
Pemasaran, tanpa bisa menolak Mi Na pun pergi membeli sarapan.
Seperti
dejavu pagi itu jam menunjukkan jam 07.58, Mi Na berlari terburu-buru menuju
lift, sesampainya dilift saat akan masuk lift dia justru melangkah mundur dan
meneliti lift yang akan dimasukinya, tiba-tiba salah satu orang yang berada
didalam lift langsung menarik tangan Mi Na untuk masuk lift.
“apa
kau takut salah masuk lift lagi nona?” tanya orang yang menarik Mi Na tadi,
orang itu juga langsung memencet angka 12 untuk Mi Na dan dia ternyata adalah
Kim Soek Jin, para karyawan lain yang berada di belakang Soek Jin memandang ke
arah Mi Na.
“em
ne, maafkan saya sajangnim” ucap Mi Na sedikit takut.
“tidak
apa-apa, lift VIP sedang rusak jadi hari ini aku ikut menggunakan lift umum
ini” ucap Soek Jin sambil mengambil alih paper bag yang dibawa Mi Na, melihat
perlakuan Soek Jin yang pasti membuat karyawan lain akan bergosip maka Mi Na
berusaha mengambil lagi paper bag itu namun Soek Jin sudah menggenggamnya erat.
“sajangnim,
saya bisa membawanya sendiri” ucap Mi Na sambil masih menyentuh paper bag
ditangan Soek Jin.
Soek
Jin tersenyum dan menyingkirkan tangan Mi Na dengan pelan, “apa kau tiap hari
selalu membeli sarapan sebanyak ini? Siapa yang menyuruhmu?” tanya Soek Jin
Mendengar
pernyataan Soek Jin, Mi Na sedikit menoleh ke belakang melihat pandangan
karyawan lain terhadapnya.
“tidak
ada yang menyuruh, saya hanya ingin membelikan sarapan, itu saja” ucap Mi Na
dengan sedikit menunduk.
Soek
Jin heran melihat reaksi Mi Na yang seperti menutupi sesuatu, namun dia tidak
mengatakan apa-apa lagi karna pintu lift terbuka untuk beberapa karyawan yang
turun dilantai 9, beberapa detik kemudian pintu lift pun kembali berjalan
hingga sampailah lift di lantai 12, pintu lift terbuka, Seok Jin memberikan
paper bag yang tadi digenggamnya pada Mina.
“terima
kasih sajangnim” ucap Mi Na sebelum pintu lift kembali tertutup, Soek Jin pun
hanya merespon dengan anggukan.
Mi
Na langsung berlari kecil menuju ruangannya dan langsung menuju meja manajer
Jang untuk memberikan beberapa bungkus sarapan dan minuman yang tadi dibelinya.
“ah
Jung Mi Na kenapa beberapa hari ini kau semakin lelet saja, aku sudah
LAPARRR!!!” ucap manajer Jang dengan sedikit membentak Mi Na yang hanya terdiam
dihadapannya.
“maaf
manajer Jang” ucap Mi Na akhirnya.
“manajer
Jang!! Bisakah anda berhenti menyuruh Mi Na membeli sarapan, juga
perintah-perintah lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan? Anda kan bisa
menyuruh OB” ucap Sae Ri yang tiba-tiba telah ada dihadapan manajer Jang dengan
nada keras.
“ya
Im Sae Ri, kenapa kau berani berbicara keras padaku?” ucap manajer Jang
beranjak berdiri dari kursinya.
“tentu
saja berani, hari ini adalah hari terakhirku bekerja dan aku sudah tidak
sanggup lagi melihat manajer Jang dan para sunbae dalam memperlakukan karyawan
magang dan karyawan baru seperti Mi Na”
“Im
Sae Ri, kau benar-benar___” manajer Jang menghela nafasnya, “sudahlah kau
kembali kemejamu, kau juga Mi Na, cepat!”
Mi
Na pun berbalik menuju kubikelnya, sedang Sae Ri masih memandang kesal manajer
Jang namun diapun akhirnya kembali ke meja kerjanya.
Jam
11.30, manajer Jang mendapat telepon dari bagian HRD, bersamaan dengan itu ada
seseorang yang datang ke ruangan bagian pemasaran untuk memasang sebuah
pengumuman di dekat pintu masuk ruangan. Semua karyawan pun langsung beranjak
untuk membaca pengumuan itu. Ternyata pengumuan itu berisi tentang “LARANGAN
MEMERINTAH KARYAWAN BARU DAN KARYAWAN MAGANG UNTUK URUSAN DILUAR PEKERJAAN”
Telepon
yang diterima manajer Jang juga tentang hal yang serupa dengan pengumuman yang
baru saja ditempel, sontak manajer Jang langsung menuju meja Sae Ri.
“Im
Sae Ri, apa tadi kau melaporkan sesuatu pada CEO?” cecar manajer Jang diikuti
beberapa karyawan yang ikut mengerubungi meja Sae Ri.
“apa
maksudmu manajer Jang?” ucap Sae Ri dengan muka innocent, karena dia memang
tidak tahu apa yang terjadi.
“pengumuman
itu, kau lihat, apa kau yang melakukannya?” manajer Jang menunjuk ke arah
pengumuman yang tertempel. Sae Ri pun beranjak dari kursinya dan menuju
tempelan pengumuman itu dan langsung membacanya. Selesai membacanya Sae Ri
hanya tersenyum, “akhirnya CEO kita bisa melihatnya, bukankah ini bagus manajer
Jang?”
“jadi
kau yang benar-benar melakukannya?” tanya manajer Jang
“tidak,
bukan aku sama sekali, aku tidak mengenal CEO Kim secara pribadi jadi mana
mungkin aku melaporkan sesuatu padanya” jawab Sae Ri yang langsung kembali
duduk ke mejanya.
Kemudian
salah satu karyawan berucap, “aku dengar dari salah satu karyawan bagian keuangan
pagi tadi Mi Na dan CEO Kim berada di satu lift dan sepertinya CEO Kim mengenal
Mi Na karena CEO Kim membantu membawakan barang bawaan Mi Na”
Mendengar
ucapan salah satu karyawannya membuat manajer Jang langsung menengok ke arah
kubikel Mi Na. Mi Na yang juga mendengar perkataan salah satu rekan kerjanya
pun telah berdiri bersiap mendapat pertanyaan dari manajer Jang.
“jadi,
kau yang melaporkannya pada CEO Kim?” tanya manajer Jang pada Mi Na
“bukan,
saya tidak mengatakan apa-apa pada CEO Kim, beliau membantu saya karena berliau
melihat saya kerepotan, bukan karena kami saling mengenal, saya mengatakan hal
yang sebenarnya manajer Jang”
“baiklah,
kita lihat saja nanti apa benar yang kau katakan, atau justru sebenarnya kau
adalah karyawan baru yang sedang menggoda CEO Kim”
“JAGA
UCAPANMU MANAJER JANG!!” ucap Sae Ri mendekati Mi Na dan manajer Jang
“anda
tidak pantas mengeluarkan kata-kata seperti itu pada Mi Na, aku sahabatnya dan
aku tahu Mi Na bukan tipe gadis seperti itu” Sae Ri memandang kesal pada manajer
Jang.
“Im
Sae Ri, waktunya disini tinggal setengah hari lagi, seharusnya kau gunakan
waktumu untuk membereskan barang-barangmu, bukan repot-repot membela sahabatmu,
SEMUANYA!! KALIAN BISA PERGI MAKAN SIANG SEKARANG!!” ucap manajer Jang sambil
berlalu keluar ruangan untuk pergi makan siang bersama karyawan lainnya.
Sae
Ri menghela nafasnya kesal, “Mi Na-ah, kajja kita makan siang diatap, kau bawa
bekal kan?”
“ne,
kajja” ucap Mi Na dengan senyuman yang dipaksakan.
15
menit kemudian…
Sae
Ri dan Mi Na tengah duduk di salah satu bangku panjang di atap gedung Golden
Corp, mereka berdua belum membuka bekal makan siang mereka. Mi Na menceritakan
perihal pertemuannya dengan CEO Kim.
“apa,
jadi kau pernah salah masuk lift VIP? Lalu kau tidak sengaja menolong ibunya
yang pingsan?” tanya Sae Ri terkejut mendengar cerita Mi Na.
“ne,
dan aku tidak menyangka hari ini bisa satu lift dengannya lagi” jawab Mi Na
“hemm
jadi begitu, pantas saja jika CEO Kim bersikap baik padamu tadi, mungkin dia
ingin membalas budi padamu karena kau sudah pernah menolong ibunya”
“tapi,
aku merasa tidak enak dengan pandangan karyawan lain tadi dilift, padahal aku
benar-benar tidak memiliki hubungan apapun dengan CEO Kim dan tentang
pengumuman itu aku tidak tahu sama sekali”
“aku
tahu, mereka saja yang sok tahu, apalagi manajer Jang itu, pria tua itu
bisa-bisanya berkata kasar padamu, ini hari terahirku kerja tapi sesuatu yang
buruk terjadi padamu, maafkan aku Mi Na-ah aku tidak bisa bersamamu lagi” Sae
Ri beranjak memeluk Mi Na
“tidak
apa-apa Sae Ri-ah, aku bisa menjaga diriku, aku akan berusaha yang terbaik
untuk diriku sendiri, kau nikmatilah kehidupanmu di Jepang nanti, yang penting
kau harus sering menghubungiku” Mi Na balas memeluk Sae Ri erat.
Tiba-tiba
ponsel Sae Ri berdering, suaminya menelepon untuk mengajaknya makan siang
bersama dengan atasan suaminya.
“Mi
Na-ah bagaimana ini? suamiku memintaku ikut dengannya makan siang bersama
atasannya karena ini juga hari terahirnya bekerja di kantor pusat” ucap Sae Ri
dengan wajah bersalah.
“ya
sudah kau pergi saja, aku akan makan disini, cepatlah jangan biarkan suamimu
menunggu”
“lalu
bagaimana bekal makan siangku?”
“nanti
biar aku yang memakannya saja, cepat pergilah”
“apa
kau serius mau makan 2 porsi?”
Mi
Na menanggapi pertanyaan Sae Ri dengan anggukan.
Beberapa
saat setelah Sae Ri pergi, Mi Na hanya memandangi 2 kotak makan siang di
hadapannya. Cukup lama Mi Na seperti itu hingga tidak menyadari ada seseorang
yang sedang memperhatikannya.
“apa
kau sedang bingung mau makan kotak yang mana?” ucap orang itu.
Mi
Na mendongakkan kepalanya, dia membulatkan kedua matanya karena orang yang
dihadapannya adalah Kim Soek Jin.
“sajangnim”
ucap Mi Na pelan
“kenapa
kau tidak makan dikantin?” tanya Soek Jin sembari duduk di samping Mi Na.
“em
saya biasa makan siang disini bersama teman saya”
“lalu
dimana temanmu?”
“dia
tadi baru saja pergi karena diajak makan siang suaminya”
“jadi
salah satu dari kotak ini tidak ada yang memakannya?” tanya Seok Jin antusias
melihat kedua kotak bekal tersebut.
“ne”
“apa
aku boleh memakan salah satunya?”
“apa
sajangnim mau memakannya?”
“tentu
saja jika boleh”
“em
boleh saja, sajangnim mau makan yang mana?” Mi Na membuka kedua kotak bekal itu
dan memperlihatkan isinya pada Seok Jin.
“wah
makanan rumahan, aku suka….. em bagaimana kalau aku makan yang kotak biru ini”
tunjuk Seok Jin pada kotak berwarna biru.
“ne?”
“kenapa,
apa ini punyamu?”
Mi
Na menanggapi dengan anggukan.
“kau
yang masak sendiri?”
Mi
Na kembali menanggapi dengan anggukan
“kalau
begitu aku boleh kan mencicipi masakanmu?”
“baiklah,
silahkan, tapi jangan menyesal jika rasanya tidak sesuai selera sajangnim” Mi
Na menyodorkan kotak bekalnya pada Seok Jin.
Seok
Jin menerimanya dengan senyum cerah, “terima kasih, aku tidak akan menyesal”
“selamat
makan sajangnim” Mi Na tersenyum dan mulai memakan bekal milik Sae Ri.
Seok
Jin pun mulai memakan jatah makanannya.
“ini
enak, kurasa kau bakat memasak Jung Mi Na” ucap Seok Jin sambil mengunyah
makanannya.
Mi
Na menoleh menatap Seok Jin yang menikmati makanannya.
“terima
kasih pujiannya sajangnim, tapi dari mana sajangnim tahu nama saya?”
“dari
ibuku”
“owh,
apa ibu sajangnim sudah sembuh?”
“yah
beliau sudah lebih sehat, terima kasih atas bantuanmu waktu itu”
“sajangmin
sudah mengatakannya ketika dirumah sakit, saya hanya melakukan hal yang biasa
dilakukan orang lain”
“tapi
karena ‘hal yang biasa’ itu aku jadi
lebih tahu keadaan ibuku, jadi aku sangat berterima kasih padamu”
“apa
ibu sajangnim sakit parah?”
“ne,
ibuku sedang memiliki gangguan di jantungnya, karena kejadian waktu itu aku
jadi lebih memperhatikannya dan juga lebih sering mengunjunginya”
“mengunjungi?
Apa ibu sajangnim masih dirawat dirumah sakit?”
“tidak,
aku tidak tinggal satu rumah dengan ibuku”
“owh
begitu, kenapa sajangnim tidak tinggal satu rumah dengan orang tua sajangnim?”
“ne?”
“aku
lihat di negara ini banyak sekali anak yang sengaja tinggal terpisah dengan
orang tuanya karena pekerjaannya maupun karena ingin lebih bebas, kenapa mereka
tidak berusaha tetap bersama orang tua mereka? Bukankah kita tidak pernah tahu
umur manusia, bagaimana jika orang tua kita tiba-tiba meninggal disaat kita
tidak disamping mereka?” Mi Na menghela nafasnya menatap langit.
Seok
Jin menghentikan makannya dan menatap wajah Mi Na.
“Jung
Mi Na-shi, apa kau______ orang tuamu____”
“kedua
orang tua saya meninggal ketika saya kelas 2 SMA, maafkan atas kata-kata saya
tadi sajangnim, saya tidak bermaksud___”
“tidak
apa-apa Jung Mi Na-shi, ayo lanjutkan makannya”
“ne
sajangnim”
Merekapun
kembali memakan makanan mereka.
Beberapa
saat kemudian keduanya telah selesai makan, Mi Na merapikan kedua kotak
bekalnya dan berdiri pamit pada Seok Jin.
“sajangnim,
saya duluan” setelah memberi hormat Mi Na pun membalikkan badannya untuk pergi,
namun panggilan Seok Jin menghentikan langkahnya.
“Jung
Mi Na-shi, apa lain kali aku bisa makan bekalmu lagi?”
Mi
Na membalikkan badannya menatap Seok Jin.
“em
bisa saja, tapi saya tidak bisa berjanji, permisi sajangnim” ucap Mi Na yang
langsung berbalik pergi.
Seok
Jin bingung dengan jawaban Mi Na, “apa maksudnya tadi adalah menolak?” gumam
Seok Jin.
Author
POV end
Satu
minggu kemudian…
Mi
Na POV
Jam
11.00
Hari
ini adalah hari sabtu, aku pergi ke supermarket berbelanja kebutuhan dapur
untuk satu minggu kedepan, biasanya aku pergi bersama Sae Ri tapi karena dia
telah berangkat 5 hari yang lalu jadi mulai minggu ini aku akan berbelanja
sendiri. Keranjang belanjaanku sudah terisi penuh dengan sayur, daging, buah
dan beberapa bumbu dapur, aku pun bergegas menuju kasir untuk membayar
belanjaanku ini. Seorang kasir tengah menghitung belanjaanku hingga kurasakan
sebuah sentuhan dipundak kiriku, akupun menoleh dan mendapati 2 orang
dihadapanku.
“Nyonya
Choi, sajangnim” ucapku menyapa mereka.
“kau
habis belanja juga Jung Mi Na-shi?” tanya nyonya Choi dengan senyum keibuannya.
“ne,
apa nyonya juga baru selesai belanja?”
“ne
dan hari ini kebetulan Seok Jin mau menemaniku” ucap nyonya Choi sambil memeluk
lengan anaknya yang tampan itu. ‘tampan’ yah CEO ku itu memang tampan bahkan
sangat tampan menurutku, dia juga ramah pada setiap orang, karena itulah dia
sangat dicintai karyawan Golden Corp terutama yang berjenis kelamin wanita.
“nona,
total semuanya 35.000 won” ucapan kasir menyadarkan lamunanku.
“ah
iya, ini” aku menyodorkan beberapa lembar uang pada kasir itu.
“jangan!”
ucap nyonya Choi tiba-tiba.
“biar
belanjaanmu sekalian kubayar Jung Mi Na-shi” nyonya Choi melanjutkan ucapannya
membuatku terkejut dan merasa tidak enak.
“ah
tidak usah nyoya terima kasih, nona ini uangnya” ucapku sambil kembali
menyodorkan uangku pada kasir. Kasir itupun menerima uangku dan menghitungnya
kemudian memberiku kembalian bersama struk belanjaannya. Kemudian kasir itu
mulai mengeluarkan belanjaan nyoya Choi dan menghitungnya.
“saya
duluan nyonya Choi, sajangnim” ucapku sambil menundukkan kepalaku.
“apa
kau ada acara lain setelah ini?” tanya nyonya Choi menghentikan niatku yang
akan melangkah pergi.
“tidak,
saya mau langsung pulang”
“kalau
begitu ikutlah makan siang bersama kami” ajak nyonya Choi yang disambut
senyuman Kim sajangnim padaku menunjukkan kesetujuannya dengan tawaran ibunya.
“tapi
saya___”
“tidak
apa-apa Jung Mi Na-shi, ini diluar kantor jadi kau tidak usah sungkan padaku”
ucap Kim sajangmin
“kau
mau kan Jung Mi Na-shi?” ucap nyonya Choi kembali mengajakku.
“em
baiklah”
“oke,
tunggu sebentar aku akan membayar ini dulu” nyonya Choi menunggu kasir
menyelesaikan perhitungannya kemudian membayar belanjaannya.
Satu
jam kemudian…
Kami
bertiga telah berada disebuah restoran dan beberapa makanan juga telah tersaji
dimeja kami.
“ayo
makan Jung Mi Na-shi” nyonya Choi mempersilahkanku makan.
“ah
iya nyonya” akupun mulai menyantap makanan yang telah disajikan.
“oemoni,
aku rasa masakan Jung Mi Na-shi lebih enak dari ini” ucapan Kim sajangnim
menghentikan kegiatan makanku sejenak.
“ne?
apa kau sudah pernah makan masakan Jung Mi Na-shi?” tanya nyonya Choi pada
anaknya.
“ne
minggu lalu aku kebetulan memakan bekal makan siang Jung Mi Na-shi” jawab Kim
sajangnim.
“ne?
yah bagaimana bisa kau memakan bekal makan siang karyawanmu?” nyonya Choi kembali
terkejut atas ucapan anaknya.
“he
he he….itu sungguh kebetulan oemoni, nanti kuceritakan lebih lanjut” ucap Kim
sajangnim dengan tersenyum.
“jadi
kau pandai memasak Jung Mi Na-shi?” tanya nyonya Choi padaku
“tidak
juga nyonya, saya hanya bisa memasak makanan rumahan” jawabku merendah.
“hemm
sepertinya kau calon istri idaman Jung Mi Na-shi” ucap nyonya Choi
Uhuk
uhuk…… aku melihat Kim sajangnim tersedak dengan ucapan nyonya Choi, ‘apa ada
yang salah’ batinku.
“kau
kenapa Soek Jin-ah?” nyonya Choi memberi segelas air putih pada Kim sajangnim.
“tidak___apa___apa”
ucap Kim sajangnim sambil memimum air putihnya.
“apa
karena aku mengucapkan kata ‘calon istri’?’ nyonya kembali bertanya pada
anaknya yang masih berusaha menetralkan rasa sakitnya karena tersedak, dan Kim
sajangnim hanya menggeleng-gelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan ibunya.
“Jung
Mi Na-shi, apa aku boleh memanggilmu Mi Na saja?” ucap nyonya Choi
mengejutkanku, kami baru bertemu 2 kali tapi nyonya Choi seolah ingin lebih
dekat denganku dengan memanggil namaku tanpa margaku.
“tentu
saja boleh nyonya” jawabku.
“kalau
begitu kau juga jangan panggil aku nyonya lagi, panggil saja ahjuma atau
oemoni”
“ne?”
aku membulatkan kedua mataku karena terkejut dengan permintaan nyonya Choi
“kenapa?”
“em
saya merasa tidak nyaman memanggil nyonya dengan kedua sebutan itu” ucapku
jujur
“apa
karena kita baru mengenal?”
“ne”
“kalau
begitu mari kita lebih saling mengenal Mi Na-shi, berikan ponselmu padaku”
nyonya Choi menengadahkan tangan kanannya padaku, akupun memberikan ponselku
padanya. Nyonya Choi mengetikan nomor di ponselku, setelah selesai beliau
mengembalikan ponselku.
“itu
adalah nomor ponselku, kau harus mau bertemu denganku jika aku menghubungimu
oke”
“baiklah
nyonya”
“oemoni,
kenapa kau sembarangan memerintah Jung Mi Na-shi seperti itu?” ucap Kim
sajangnim
“kenapa,
aku hanya ingin lebih dekat dengannya itu saja, oh iya nanti aku akan dijemput
supir Han, jadi tolong kau mengantar Mi Na pulang ya”
“ne?”
Kim sajangnim terlihat terkejut dengan permintaan ibunya.
“tidak
usah nyonya, saya bisa pulang sendiri” ucapku.
“ya
Mi Na-shi jangan menolak permintaanku, kumohon” ucap nyonya Choi dengan
senyuman khasnya membuatku hanya merespon dengan anggukan.
Beberapa
saat kemudian sebuah mobil datang menjemput nyonya Choi, supir yang menjemput
nyonya Choi juga memindahkan belanjaan nyonya Choi dari bagasi mobil Kim
sajangnim menyisakan 2 kantong kresek belanjaanku.
“baiklah
aku pulang dulu Mi Na-shi, Seok Jin-ah antar Mi Na sampai rumahnya” ucap nyonya
Choi lalu masuk kedalam mobilnya.
Setelah
mobil nyonya Choi pergi, Kim sajangnim menyuruhku masuk kedalam mobilnya.
Mi
Na POV end
Seok
Jin POV
Oemoniku
itu entah apa tujuanya menyuruhku mengantar Jung Mi Na, aku bukannya keberatan
hanya merasa canggung karena sudah lama aku tidak berduaan dengan seorang gadis
di mobilku, walau tujuanku hanya mengantarnya pulang. Entah kenapa aku menjadi
salah tingkah didekatnya, jantungku juga berdetak lebih cepat dari biasanya. Kulihat
Jung Mi Na juga hanya terdiam sambil sesekali memandang ke arah jendela.
“dimana
rumahmu Jung Mi Na-shi?” ucapku memulai pembicaraan.
Mi
Na menjawab alamat rumahnya yang ternyata satu arah dengan apartementku.
“kau
tinggal sendirian?” tanyaku kembali
“ne”
jawabnya singkat, membuatku bingung harus bertanya apa lagi.
“sajangnim”
Mi Na akhirnya memanggilku
“ne”
“sajangnim
antarkan saja saya ke halte dekat rumah saya”
“kenapa?
Apa kau tidak suka jika aku tahu apartementmu?”
“bukan
begitu, saya hanya tidak mau merepotkan sajangnim, dan juga mengenai ibu
sajangnim saya__” Mi Na menggantungkan kata-katanya.
“maafkan
sikap ibuku, beliau sepertinya sangat menyukaimu hingga dia terlalu bersemangat
untuk menjalin hubungan yang lebih dekat denganmu” ucapku menenangkan gadis
ini.
“ne,
saya mengerti”
Tidak
berapa lama kemudian kami sampai didepan sebuah bangunan apartement kecil 6
lantai, Jung Mi Na bilang dia tinggal di lantai paling atas yaitu lantai 6,
yang membuatku tertegun adalah tidak ada lift dibangunan sederhana itu jadi
Jung Mi Na harus naik tangga 6 lantai itu, bukankah itu melelahkan untuk
melakukannya tiap hari? Gadis ini keluar dari mobilku dan akupun menyusulnya
keluar untuk mengambilkan belanjaannya yang tertinggal dibagasi.
“terimakasih
sajangnim” dia mengambil kantong belanjaannya dari tanganku
“ne,
apa kau tidak menawariku untuk mampir” ucapku sambil menunjuk bangunan
dihadapan kami
“ne?”
Jung Mi Na terlihat terkejut dengan ucapanku.
“ah
maaf, aku hanya bercanda” ucapku menenangkannya.
“nona
Jung!!” panggilan seseorang mengejutkan kami, kulihat dua orang pria berumur
sekitar 30 tahunan mengenakan pakaian serba hitam tiba-tiba mendekat ke arah
kami. Aku melihat kearah Jung Mi Na yang terlihat terkejut dengan kedatangan
kedua orang itu.
“tuan
Do” ucap Jung Mi Na pada salah satu pria yang memanggilnya tadi.
“nona
Jung maaf kami datang lagi, bisakah kita bicara” ucap seorang pria yang mungkin
bernama tuan Do itu.
“baiklah,
kita bicara di rumahku saja” ucap Jung Mi Na
“ayo”
jawab pria itu yang langsung berjalan bersama temannya menuju ke rumah Jung Mi
Na.
“sajangnim,
sekali lagi terima kasih, saya permisi dulu” ucap Mi Na yang kemudian buru-buru
mengikuti kedua orang yang sudah berjalan lebih dulu menaiki tangga bangunan
dihadapan kami.
Aku
terus memperhatikan gelagat Jung Mi Na dan yang kulihat ada rasa ketakutan dan
gelisah diwajahnya, entah kenapa aku menghawatirkannya, sebenarnya siapa 2
orang itu, dari penampilan mereka aku rasa mereka itu seperti mafia atau
semacamnya. ‘Haruskah aku mengikuti mereka’ pikirku sesaat, tapi kedua kakiku
telah melangkah menaiki tangga bangunan ini, ah haruskah aku berbuat seperti
ini, bagaimana jika Jung Mi Na tahu dan marah padaku? ‘marah’ aku rasa dia
tidak berani marah pada CEOnya kan. Sudahlah aku ikuti saja mereka siapa tahu
Jung Mi Na memang dalam masalah.
Seok
Jin POV end
Author
POV
Mi
Na mempersilahkan dua orang berpakain serba hitam itu duduk disebuah bangku
panjang di teras rumahnya, rumah Mi Na yang berada dilantai paling atas gedung
atau biasa disebut atap gedung membuatnya memiliki teras cukup luas.
“kalian
ingin minum apa?” ucap Mi Na
“tidak
usah nona Jung, duduklah” jawab salah seorang pria yang bernama tuan Do
Mi
Na pun duduk disamping orang yang dipanggilnya tuan Do, usia pria itu
sebenarnya hanya terpaut 5 tahun dari Mi Na.
“nona
Jung kau pasti tahu alasan kami datang kemari, bos kami tuan Lee ingin kau
segera melunasi hutang itu”ucap tuan Do
“iya
aku tahu aku harus melunasinya, tapi bukankah deadlineku masih 3 bulan lagi,
aku sedang mengumpulkan uangnya”
“aku
tahu kau tidak akan mengingkari perkataanmu, tapi tuan Lee menginginkan kau
untuk membayar sisa hutangnya 3 hari lagi”
“apa?
3 hari lagi, bagaimana mungkin aku mendapatkan uang dalam 3 hari” Mi Na
memandang tuan Do dengan tatapan memelas.
“maafkan
kami nona Jung, dari semua orang yang berurusan dengan tuan Lee hanya kau yang kami
perlakukan dengan baik karena kami tahu orang yang sebenarnya berhutang adalah
mantan kekasihmu yang brengsek itu, tapi kami benar-benar tidak bisa membujuk
tuan Lee lagi” tuan Do hanya bisa menatap nanar pada Mi Na.
Author
POV end
Seok
Jin POV
‘mantan
kekasihmu yang brengsek’ aku mendengar kata-kata yang diucapkan pria bernama
tuan Do itu, apa yang dimaksud orang itu adalah Jung Mi Na menanggung hutang
dari mantan kekasihnya? Jika benar maka pria seperti apa yang tega meninggalkan
hutangnya pada gadis seperti Jung Mi Na? aku lihat Mi Na benar-benar terkejut
dan tidak berkata apa-apa lagi pada tuan Do itu, orang itu sepertinya memang
tidak berniat jahat pada Jung Mi Na, dia hanya melakukan tugas dari bosnya.
Aku
melihat tuan Do dan temannya pamit pergi, dan akupun langsung berlari menuruni
tangga dengan berusaha tidak menimbulkan suara yang akan terdengar oleh mereka,
dan aku memutuskan untuk berhenti dilantai 4 menunggu dua orang itu turun.
Hanya selang beberapa detik kulihat dua orang itu turun dan mereka melihatku
yang berdiri disini.
“maaf
tuan, bolehkan aku tahu ada urusan apa kalian dengan Jung Mi Na?” ucapku
menghentikan langkah mereka yang akan melewatiku begitu saja.
“memangnya
apa hubunganmu dengan nona Jung?” tanya orang yang bernama tuan Do itu.
“aku___em
aku adalah kekasihnya” kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku.
“kekasih
nona Jung, yang aku tahu dia tidak pernah memiliki kekasih sejak lama” pria ini
terlihat mengetahui kebohonganku.
“kami
baru saja menjalin hubungan jadi tidak banyak yang tahu, aku ingin tahu apa
kekasihku itu punya masalah, jika iya biarkan aku mengetahuinya” ucapku sambil
menetralkan mimik wajahku agar tidak mencurigakan.
“jika
kau ingin tahu kenapa tidak bertanya sendiri dengan kekasihmu, kami tidak
berhak untuk menjawab pertanyaanmu, permisi” kedua orang itu langsung melangkah
menuruni tangga lagi dan akupun berusaha mengejar mereka hingga kami bertiga
sampai di depan gedung.
“baiklah,
aku akui aku bukan kekasih Jung Mi Na, aku adalah atasannya di tempatnya
bekerja, jadi kumohon katakan apa masalahnya, jika bisa aku ingin membantu, aku
janji tidak akan mengatakan pada siapapun, kumohon” ucapku panjang lebar sambil
memegang lengan tuan Do.
Pria
ini menatapku sejenak berusaha mencari tahu adakah kebohongan dimataku, tapi
kali ini aku tidak lagi berbohong entah kenapa aku memang ingin membantu Jung
Mi Na.
Seok
Jin POV end
Author
POV
Beberapa
saat kemudian Seok Jin, tuan Do dan temannya berada disebuah coffe shop tidak
jauh dari rumah Mi Na.
“jadi
yang berhutang itu mantan kekasih Jung Mi Na, tapi yang harus membayar adalah
gadis itu, kenapa kalian tidak mencari keberadaan pria itu kenapa harus
menagihnya pada Mi Na?” tanya Soek Jin
“karena
pria itu menjadikan Jung Mi Na sebagai jaminannya” ucap teman tuan Do yang dari
tadi memang hanya diam, tapi dia akhirnya angkat bicara ketika melihat tuan Do
malas untuk menjawab pertanyaan dari Seok Jin.
“apa?
Bagaimana bisa ada pria sebrengsek itu?”
“tadinya
tuan Lee bahkan berniat menjual Jung Mi Na ke tempat hiburan, tapi Jung Mi Na
menyerahkan surat rumah peninggalan orang tuanya untuk melunasi hutang mantan
kekasihnya meskipun itu tidak cukup, melihat usaha gadis itu akhirnya kami
berusaha meyakinkan tuan Lee untuk mempercayai Jung Mi Na akan membayar sisa
hutang mantan kekasihnya, dan selama 4 tahun ini gadis itu selalu menyicil tiap
bulan tapi kemarin tuan Lee tiba-tiba menginginkan agar sisa hutangnya segera
dilunasi” jelas teman tuan Do panjang lebar, sedang tuan Do hanya diam
menikmati kopinya.
“memangnya
berapa sisa hutang yang masih harus dibayar Jung Mi Na?” tanya Seok Jin,
membuat teman tuan Do memberi kode pada tuan Do untuk menjawabnya.
“setelah
dikurangi dengan hasil penjualan rumah nona Jung ditambah cicilannya selama 4
tahun ini, sisa hutangnya masih 7 juta won”
“baiklah
berikan nomor rekening tuan Lee itu aku akan melunasinya sekarang juga” ucap
Seok Jin mengeluarkan ponselnya bersiap mentransfer uang, membuat tuan Do dan
temannya terkejut.
“apa
niatmu yang sebenarnya tuan Kim?” ucap tuan Do curiga pada kebaikan Soek Jin
“aku
hanya ingin menolongnya itu saja, sungguh tidak ada niatan apa-apa, dia pernah
menolong ibuku jadi aku juga ingin menolongnya, percayalah padaku” jawab Seok
Jin dengan menyakinkan.
Akhirnya
tuan Do memberikan nomor rekening tuan Lee dan Seok Jin langsung mentransfer
uang sejumlah 7 juta won ke rekening itu.
“jangan
katakan pada Jung Mi Na jika aku yang melunasinya, dan aku juga mau meminta
tolong pada kalian”
“apa?”
tanya teman tuan Do.
“tolong
cari keberadaan mantan kekasih Jung Mi Na itu, aku akan memberi kalian imbalan
jika bisa menemukannya”
“kami
sudah mencarinya selama 4 tahun ini tapi tidak pernah ketemu, terahir kami
dengar dia berada di Amerika tapi kami belum sempat memastikannya kesana” jelas
teman tuan Do
“lakukan
apapun untuk menemukannya, aku akan membayar berapapun”
“memangnya
apa yang akan kau lakukan jika menemukannya tuan Kim?” tanya tuan Do
“aku
juga belum tahu, aku hanya ingin tahu seperti apa pria pengecut itu”
“baiklah
aku mengerti” jawab tuan Do.
Author
POV end
TBC…….
NB : part 2 nya udah aku bikin, mohon saran dan
kritiknya^^
No comments:
Post a Comment