Sunday, January 25, 2015

FF Open Your Heart (Part 2 end)



Title : Open Your Heart (Part 2 end)
Author : Jungna
Genre : Romance
Length : Twoshoot | Rating : PG-15
Main Cast : Kim Seok Jin (BTS), Jung Mi Na (OC)
Disclaimer : Kim Seok Jin milik dirinya sendiri, orang tuanya, Big Hit Ent dan Tuhan YME, cast OC dan alur cerita murni hasil pemikiran author. Mohon maaf karena ide ceritanya pasaran, happy reading dan mohon saran dan kritiknya, terima kasih ^_^



 Part sebelumnya :
 “jangan katakan pada Jung Mi Na jika aku yang melunasinya, dan aku juga mau meminta tolong pada kalian”
“apa?” tanya teman tuan Do.
“tolong cari keberadaan mantan kekasih Jung Mi Na itu, aku akan memberi kalian imbalan jika bisa menemukannya”
“kami sudah mencarinya selama 4 tahun ini tapi tidak pernah ketemu, terahir kami dengar dia berada di Amerika tapi kami belum sempat memastikannya kesana” jelas teman tuan Do
“lakukan apapun untuk menemukannya, aku akan membayar berapapun”
“memangnya apa yang akan kau lakukan jika menemukannya tuan Kim?” tanya tuan Do
“aku juga belum tahu, aku hanya ingin tahu seperti apa pria pengecut itu”
“baiklah aku mengerti” jawab tuan Do.

PART 2

Keesokan harinya…..
Mi Na POV
Setelah tadi malam aku tidak bisa tidur karena memikirkan deadline 3 hari dari tuan Lee, pagi ini aku bergegas untuk mencari pekerjaan part time, karena hari ini adalah hari minggu jadi aku bisa mencari pekerjaan 1 hari full, aku harus segera mengumpulkan uang untuk membayar hutang, hutang itu memang bukan hutangku tapi mau bagaimana lagi pria brengsek itu melimpahkan semuanya padaku. Ah sudahlah memikirkan hal itu hanya akan membuatku menangis, lebih baik aku segera pergi. Aku merapikan penampilanku lalu kusambar tasku di meja rias dan bergegas keluar.
Sesampainya aku di lantai 1 gedung, aku melihat mobil Kim sajangmin berada diparkiran dan kulihat Kim sajangnim dan nyonya Choi keluar dari mobil, aku pun mendekati mereka.
“nyonya Choi, sajangnim, ada apa kesini?” tanyaku pada mereka
“kami ingin mengajakmu ke pantai” ucap nyonya Choi mengejutkanku.
“ke pantai? Tapi cuacanya kan sedang dingin, lagipula saya harus___”
“ayolah kau harus ikut Jung Mi Na-shi, ibuku sedang kesepian karena suaminya pergi ke Jepang 2 hari” Kim sajangmin menghentikan lanjutan kata-kata yang akan kulontarkan, membuatku akhirnya hanya terdiam.
“apa kau sedang dalam masalah Mi Na-shi, ikutlah dengan kami siapa tahu kau juga akan merasa lebih tenang” ucap nyonya Choi sambil meraih tanganku, aku menatapnya dan entah kenapa aku tak kuasa jika menolak ajakannya ini.
“baiklah”
“ah baguslah, ayo kita pergi sekarang, Mi Na-ah kau duduk didepan bersama Seok Jin ya” nyonya Choi membuatku kembali terkejut karena ucapannya sambil membukakan pintu depan untukku, aku hanya pasrah mengikuti perintahnya.
Mi Na POV end

Author POV
Satu jam kemudian mereka bertiga sampai disebuah pantai, ketiganyapun berjalan-jalan ditepi pantai sesekali nyonya Choi menggoda Soek Jin dan Mi Na dengan mencipratkan sedikit air membuat Seok Jin melakukan hal yang sama, sedang Mi Na hanya tersenyum melihat tingkah ibu dan anak itu.
Setelah puas berjalan-jalan ketiganya duduk dipinggiran pantai.
“aku haus, aku akan mencari minum dulu ya” ucap nyonya Choi yang kemudian berdiri.
“biar saya temani nyonya” ucap Mi Na menghentikan langkah nyonya Choi.
“tidak usah, tempatnya dekat dari sini, lagi pula hari ini aku merasa sangat sehat kau tidak usah khawatir, duduk saja bersama Seok Jin disini, setelah ini kita akan pergi makan siang” nyonya Choi kemudian memberi kode pada Seok Jin dan bergegas meninggalkan 2 muda mudi itu.
Beberapa menit sepeninggal nyonya Choi, Seok Jin dan Mi Na hanya duduk diam memandangi hamparan pantai didepan mereka. Mi Na terlarut dalam pikirannya untuk segera melunasi hutangnya sedang Seok Jin terlarut memikirkan perkataan nyonya Choi tadi malam.

Flashback…
Nyonya Choi menelepon Seok Jin yang sedang menonton tv di apartementnya.
“ada apa oemoni?” ucap Seok Jin
“Seok Jin-ah, besok bisakah kau menemaniku ke pantai, aku sedang ingin ke pantai tapi suamiku belum pulang dari Jepang” jawab nyonya Choi
“tentu saja bisa oemoni, mau berangkat jam berapa?”
“jam 8, kita ajak Mi Na juga bagaimana?”
“Jung Mi Na?”
“ne, kau mau kan?”
“ne tentu saja oemoni”
“em Seok Jin-ah”
“ne oemoni”
“bagaimana jika___” nyonya Choi menggantungkan kata-katanya
“ada apa oemoni”
“em maukah kau berkencan dengan Mi Na?”
“…….” Seok Jin diam menanggapi
“aku tahu kalian baru mengenal, tapi aku rasa dia gadis yang baik untukmu dan juga dia terlihat cocok menjadi istrimu, sejujurnya belakangan ini aku terus menghawatirkanmu karena tidak pernah berkencan sejak putriku tiada, kau tidak harus seperti itu Seok Jin-ah, kau punya kehidupan sendiri yang harus kau jalani, putriku sudah tidak akan bisa kembali, jadi berkencanlah dan menikah dengan gadis lain, Jung Mi Na kurasa gadis yang baik yang bisa mendampingimu, aku tidak tahu kenapa tapi aku merasa nyaman melihatnya dan kurasa suamiku juga tidak keberatan jika gadis itu mendampingimu, pikirkanlah kata-kataku ini Seok Jin-ah, kau sudah seperti putra kandungku, aku ingin kau mempunyai masa depan, putriku juga pasti akan bahagia di surga jika melihatmu hidup bahagia”
“tapi hidupku sekarang juga sudah bahagia oemoni”
“tidak, ada rasa kesepian yang kau sembunyikan Seok Jin-ah, aku bisa merasakannya, putriku Choi In Ha sudah meninggal 5 tahun lalu, jangan terus sendirian seperti sekarang Seok Jin-ah, cobalah mendekati Mi Na jika memang nantinya kau tidak merasakan kecocokan maka tidak apa-apa jika kalian hanya berteman, aku sudah mencari tahu tentang Jung Mi Na diam-diam, dia yatim piatu sejah kelas 2 SMA, kedua orang tuanya meninggal karena peristiwa kebakaran dipabrik tempat mereka bekerja, setelah itu Mi Na membiayai sekolah dan kuliahnya dengan berkerja paruh waktu, saat dia kuliah semester 4 dia berkencan dengan seorang pria, tapi yang kudengar pria itu hanya memperalat Mi Na untuk membantu mengerjakan tugas-tugas kuliahnya hingga mereka lulus S1 Mi Na jugalah yang mengerjakan tugas akhir kekasihnya, setelah lulus kekasihnya tiba-tiba pergi begitu saja dengan meninggalkan hutang yang harus dibayar Mi Na, tapi aku belum tahu kepada siapa Mi Na membayar hutang-hutang pria itu, yang kudengar dari informanku bahwa Mi Na sering didatangi oleh anak buah seorang mafia, jika ibu tahu siapa mafia itu___”
“aku sudah melunasinya oemoni” ucap Seok Jin menghentikan perkataan nyonya Choi
“apa maksudmu?”
“tadi siang ketika aku mengantar Jung Mi Na pulang aku bertemu dengan anak buah mafia itu, aku meminta mereka menceritakan yang terjadi pada Jung Mi Na dan akhirnya aku memutuskan untuk melunasi sisa hutang Jung Mi Na, oemoni tidak usah khawatir lagi”
“apa jumlahnya banyak, aku bisa menggantinya”
“tidak banyak oemoni hanya 7 juta won, oemoni tidak usah menggantinya, aku juga tidak akan meminta Jung Mi Na menggantinya, aku hanya ingin menolongnya”
“syukurlah, kau memamang pria yang baik, jadi kau maukan mencoba berkencan dengan Mi Na?”
“aku akan memikirkannya oemoni”
Flasback end

Seok Jin menatap Mi Na yang masih terlarut dengan pikirannya. Tanpa dikomando tangan Seok Jin tiba-tiba menyentuh tangan Mi Na dan menggenggamnya membuat siempunya tangan terkejut dan menoleh. Mata Mi Na bertemu dengan mata Seok Jin yang sedang memperhatikannya lekat-lekat.
“sajangnim” ucap Mi Na pelan berusaha melepaskan genggaman tangan Seok Jin, namun Seok Jin masih menggenggap tangan Mi Na erat.
“Jung Mi Na-shi” ucap Soek Jin
“ne”
“apa kau mau___”
“ada apa sajangnim?”
“apa kau mau___ berkencan denganku?” ucap Seok Jin pada akhirnya membuat kedua mata Mi Na membulat karena terkejut.
“apa….apa maksud sajangnim?”
“Jung Mi Na-shi aku ingin kau menjadi kekasihku, kita berkencan, apa kau mau?”
“sajangnim kita baru kenal bagaimana bisa sajangnim___emmph” ucapan Mi Na terpotong karena Seok Jin telah menyambar bibir manis Mi Na terlebih dahulu.
Sekujur tubuh Mi Na kaku tak bisa bergerak, Mi Na tidak tahu apa yang harus dilakukan karena itu adalah first kiss-nya, Mi Na memang pernah punya kekasih namun untungnya kekasih yang hanya memperalatnya itu belum pernah sekalipun mencium Mi Na. Cukup lama Seok Jin menikmati bibir Mi Na hingga nyonya Choi datang mengejutkan mereka.
“wah jadi kau benar-benar melakukannya Seok Jin-ah?” ucap nyonya Choi yang sontak membuat Seok Jin melepas tautan bibirnya, wajah Mi Na memerah dan hanya bisa menunduk.
“oemoni aku___” ucap Seok Jin merasa tidak enak dengan kelakuannya tadi.
Nyonya Choi duduk dihadapan keduanya, “tidak apa-apa, jadi kalian resmi berkencan?”
“ne oemoni” jawab Seok Jin yang membuat Mi Na menegakkan kepalanya menatap Seok Jin.
“sajangnim saya kan belum___”
“hey kenapa kau masih memanggilku sajangnim, panggil aku oppa atau chagi” ucap Seok Jin menggoda Mi Na yang ditanggapi tawa kecil dari nyonya Choi.
“bagaimana bisa saya memanggil sajangnim dengan sebuat oppa, saya kan lebih tua 2 tahun dari sajangnim” ucap Mi Na pada akhirnya yang berusaha membuang semu merah diwajahnya.
“apa? Kau terlihat seumuran denganku” ucap Seok Jin dengan tampang bodohnya
“kebodohanmu memang tidak pernah hilang Soek Jin-ah” goda nyonya Choi
“yah oemoni aku benar-benar tidak tahu jika Jung Mi Na 2 tahun lebih tua dariku” ucap Seok Jin sambil memajukan bibirnya.
“kenapa kau tidak mencari tahu lebih dulu tentang Mi Na sebelum kau memintanya berkencan, dasar anak bodoh” ucap nyonya Choi sambil memukul pelan pundak Seok Jin.
“oemoni….” rajuk Seok Jin
“sudahlah, ayo kita cari makan siang, ayo Mi Na-ah” ajak nyonya Choi sambil menggandeng tangan Mi Na.
Mereka bertigapun makan siang bersama kemudian mereka kembali berjalan-jalan dan pulang sore hari. Setelah mengantar nyonya Choi kerumahnya, kini Seok Jin telah berada didalam rumah kecil Mi Na. Seok Jin sedang asyik memandangi tiap barang yang berada di rumah itu sambil menunggu Mi Na yang  memasak untuk makan malam mereka berdua.
Tidak lama kemudian keduanya telah duduk berhadapan menikmati makan malam buatan Mi Na.
“maaf jika hidangannya terlalu sederhana” ucap Mi Na
“tidak apa-apa, aku sangat menikmatinya apalagi ini adalah hasil masakan kekasihku” goda Seok Jin yang membuat Mi Na tersedak, Seok Jin pun dengan sigap memberikan segelas air pada Mi Na.
“kau tidak apa-apa?”
“ne”
Beberapa saat mereka berdua terdiam.
“Mi Na….Jung Mi Na, apa kau tidak menyukaiku?” tanya Seok Jin memecahkan keheningan, Mi Na pun menghentikan makannya sejenak dan memandang Seok Jin, dia masih tidak percaya bahwa pria tampan dihadapannya adalah kekasihnya.
“ke__napa sajangnim bertanya seperti itu?”
“tadi siang saat aku___em  yang kulakukan tadi siang itu kau tidak memberi respon”
Mi Na menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan semburat merah diwajahnya.
“jadi benar kalau kau tidak menyukaiku?” tanya Soek Jin kembali
“bukan begitu, hanya saja itu adalah pertama kalinya untuk saya” ucap Mi Na masih menundukkan kepalanya.
Seok Jin membulatkan kedua matanya mendengar jawaban Mi Na.
“apa? yang pertama? tapi kau pernah berkencan sebelumnya kan?”
“ne, tapi saya tidak pernah melakukannya dengan mantan kekasih saya” ucap Mi Na lemah, dia sekarang merasa benar-benar malu dan berpikir Seok Jin pasti sedang menertawakannya hingga tanpa disadari air matanya telah mengalir dari kedua sudut matanya.
Soek Jin yang tengah memperhatikan Mi Na terkejut melihat ada air mata yang mengalir dari mata Mi Na. Soek Jin pun beranjak dari tempat duduknya kemudian berjongkok disamping kursi yang diduduki Mi Na. Soek Jin menuntun tubuh Mi Na menghadapanya.
“apa aku menyakitimu? Aku minta maaf karena melakukannya tanpa minta ijin darimu, Jung Mi Na-shi, dengarkan aku, terserah kau akan percaya atau tidak, tapi sepertinya aku sudah menyukaimu sejak kita bertemu pertama kali dilift, kedengarannya memang bodoh karena pertemuan kita itu hanya sekejap, tapi wajahmu langsung masuk dalam pikiranku, lalu kau menolong ibuku yang membuatku memiliki kesan baik padamu, lalu aku merasa senang ketika berhasil menggodamu saat kita bertemu dilift kedua kalinya, lalu ketika kau memberikan makan siangmu aku merasa ada kebahagiaan dalam hatiku, mungkin ini memang terlalu cepat jika aku mengatakan ‘aku menyukaimu’, jadi biarkan kita menikmati waktu kita berdua sebagai pasangan sampai kita benar-benar yakin dengan perasaan kita, saat itu tiba maka aku akan mengatakan ‘aku menyukaimu’ atau bahkan ‘aku mencintaimu’, kau tidak keberatan dengan permintaanku ini kan?” Seok Jin menghapus air mata Mi Na dengan kedua tangannya, membuat Mi Na akhirnya memberanikan diri menatap mata Seok Jin. Mi Na menelisik kedua mata Seok Jin meyakinkan dirinya tidak ada kebohongan dimata pria itu.
“baiklah sajangnim” ucap Mi Na pada akhirnya dan Seok Jin pun tersenyum senang dengan jawaban Mi Na.
“kalau begitu ketika kita tidak berada dikantor jangan panggil aku sajangnim”
“lalu memanggil apa, saya tidak bisa memanggil ‘oppa’ ataupun ‘chagi’”
“panggil aku Seok Jin saja, bukankah aku lebih muda darimu, dan juga tidak usah memakai bahasa formal ketika kita berdua seperti ini”
“kalau aku memanggilmu Seok Jin lalu kau akan memanggilku ‘noona’?
Seok Jin tertawa pelan mendengar pertanyaan Mi Na.
“tidak, aku tidak akan memanggilmu ‘noona’ aku lebih suka memanggilmu Mi Na”
“yah bukankah itu tidak sopan karena aku lebih tua darimu?”
“memang, tapi kau kan kekasihku jadi terserah aku memanggilmu apa” Seok Jin mncubit kedua pipi Mi Na kemudian kembali duduk dikursinya untuk melanjutkan makan.
Mi Na menatap kesal pada pria yang baru jadi kekasihnya itu.
“apa ini adalah kau yang sebenarnya sajangnim?”
“yah kenapa masih memanggilku sajangnim, lagi pula apa maksudmu?”
“apa kau yang sebenarnya adalah orang yang melakukan hal sesukamu tanpa menerima penolakan dari orang lain?”
“apa terlihat seperti itu?”
“mungkin”
“kau lucu Mi Na-shi, membuat rasa sukaku bertambah he he he”
“kau benar-benar pandai menggoda sajangnim” mendengar kata ‘sajangnim’ lagi membuat Soek Jin memandang tajam Mi Na.
“maksudku Soek Jin-shi” ucap Mi Na mengalah yang dibalas senyuman oleh Seok Jin.

Keesokan harinya….
Pagi itu Golden Corp gempar karena CEO mereka Kim Seok Jin datang menggandeng seorang gadis dan itu adalah Jung Mi Na, gadis itu hanya bisa menunduk menanggapi tatapan keterkejutan para karyawan Golden Corp. Sadar bahwa gadisnya merasa tidak nyaman dengan tatapan para karyawan Seok Jin melepaskan gandengan tangannya dan mengalihkan tanganya ke pundak Mi Na, mendekap Mi Na seolah memeberi tahu Mi Na bahwa ia tidak sendiri tapi ada Soek Jin disampingnya.
Beberapa saat kemudian mereka berdua bersama sekretaris Kang telah berada di ruang Seok Jin.
“kenapa sajangnim membawa saya kemari, saya harus menuju ruangan saya dilantai 12” ucap Mi Na berniat meninggalkan ruangan Seok Jin.
“ya Jung Mi Na kau mau kemana, mulai hari ini kau bekerja disini” ucapan Seok Jin sukses menghentikan langkah Mi Na.
“maksud sajangnim?”
“mulai hari kau bekerja jadi sekretarisku bersama sekretaris Kang”
“meja nona Jung didepan ruang Kim sajangnim” sekretaris Kang menyambung ucapan Seok Jin
“me__mangnya kemana sekretaris sajangnim?” tanya Mi Na
“dia telah keluar bulan lalu karena menikah dan tidak diperbolehkan berkerja lagi olah suaminya, selama sebulan ini saya mengerjakan 2 tugas sekretaris, tapi karena sajangnim telah menunjuk nona Jung menggantikan sekretaris yang lama jadi saya rasa pekerjaan saya akan kembali seperti semula” jelas sekretaris Kang.
“begitu ya, tapi bukankah saya seharusnya berpamitan dulu pada atasan saya di bagian pemasaran, barang-barang saya juga masih ada disana”
“sekretaris Kang sudah memindahkan barang-barangmu ke meja sekretaris” ucap Seok Jin yang dijawab anggukan oleh sekretaris Kang.
Mi Na merasa kesal dengan sikap Seok Jin yang bertindak semaunya tanpa menanyakan padanya.
“baiklah” ucap Mi Na yang kemudian keluar dari ruang Seok Jin dan duduk di tempat sekretaris didepan ruangan Seok Jin.
“manajer Jang pasti berpikiran buruk lagi” gumam Mi Na.

Jam 11.00 Seok Jin dan sekretaris Kang keluar untuk menemui klien, Mi Na menggunakan kesempatan itu untuk pergi ke bagian pemasaran. Mi Na menemui manajer Jang yang terkejut atas kedatangan Mi Na.
“manajer Jang saya minta maaf karena saya tiba-tiba dipindahkan menjadi sekretaris CEO Kim, saya benar-benar tidak mengetahuinya sebelumnya” ucap Mi Na
Manajer Jang tersenyum sinis, “kau tidak perlu mint maaf nona Jung, kau pasti bahagia sekali tujuanmu telah tercapai, aku ucapkan selamat”
“apa maksud manajer Jang?”
“kau lugu atau pura-pura tidak tahu, bukankah sejak awal kau memang berniat mendekati CEO Kim, dan sekarang kau sudah jadi kekasihnya tujuanmu benar-benar tercapai selamat”
“manajer Jang saya tidak pernah punya tujuan seperti itu”
“tidak ada gunanya kau berkilah, semua orang di Golden Corp juga berpikiran sama seperti ku, bagaimana bisa seorang karyawan baru tiba-tiba menjadi kekasih CEO? Kau pasti punya jurus yang benar-benar jitu, apa kau menggodanya dengan tubuhmu?”
Mi Na terkejut dengan kata-kata manajer Jang hingga air matanya mengalir begitu saja, Mi Na sekuat tenaga menahan emosinya didepan manajer Jang yang usianya jauh lebih tua darinya.
“saya minta maaf___ jika saya punya salah, dan terima kasih atas bimbingan manajer Jang dan para senior disini, saya permisi” ucap Mi Na yang langsung berjalan keluar dari bagian pemasaran.
Sebagian ada yang merasa simpati pada Mi Na karea ucapan manajer Jang yang dianggap mereka terlalu kasar, dan sebagian lainnya mencibir Mi Na.
Mi Na duduk dikursinya berusaha menghapus air matanya dengan tissu.
“kau kenapa?” tanya Seok Jin yang tiba-tiba datang mengagetkan Mi Na.
“tidak__apa-apa” ucap Mi Na sambil menunduk menyembunyikan wajahnya yang sembab.
“kau menangis?”
“tidak” Mi Na memberanikan diri menegakkan kepalanya.
“kenapa sajangnim sudah kembali?” lanjut Mi Na
“kau terlihat habis menangis, em pertemuannya diundur besok, dan aku menyuruh sekretaris Kang untuk makan siang duluan, ayo kita makan siang berdua” ucap Seok Jin yang mendekatkan wajahnya pada Mi Na membuat gadis itu mengundurkan kepalanya.
“makan dimana?”
“diatap seperti waktu itu” ucap Seok Jin sambil menunjukkan bungkusan yang dibawanya.

15 menit kemudian Seok Jin dan Mi Na sedang menikmati makan siang mereka di atap gedung.
“lain kali kau harus buatkan kimbab untukku ya” ucap Seok Jin sambil menyuapkan sepotong kimbab kemulutnya.
“ne” jawab Mi Na singkat membuat Seok Jin menatapnya.
“Mi Na-shi, apa yang terjadi padamu, kenapa tadi kau menangis?”
“saya tidak menangis”
“kita hanya berdua kenapa memakai bahas formal”
“aku tidak menangis” ralat Mi Na
“jelas-jelas tadi matamu merah seperti habis menangis, apa kau tidak menyukai pekerjaan sekretaris, apa aku menyusahkanmu?”
“tidak”
“Jung Mi Na, bisakah kau mengatakan apa yang ada dalam pikiranmu dan apa yang sedang kau rasakan, aku ini tipe pria yang tidak bisa memahami bahasa tubuh wanita, karena itu ibuku dan anaknya sering mengataiku bodoh”
“ibumu dan anaknya? Maksudmu kau punya saudara?”
“apa, em iya” Seok Jin baru menyadari bahwa dia kelepasan bicara, dia hampir saja membongkar bahwa nyonya Choi bukanlah ibu kandungnya melainkan ibu dari mantan kekasihnya yang sudah meninggal.
“saudaramu pria atau wanita, berapa usiaya?”
“ah, em, Mi Na-shi bagaimana jika sehabis pulang kerja kita nonton film, aku sudah lama sekali tidak ke bioskop” ucap Seok Jin berusaha mengalihkan pembicaraan
“ah iya baiklah” Mi Na merasa aneh dengan Seok Jin yang seperti sedang menutupi sesuatu.
Author POV end

Mi Na POV
Hari ini adalah deadline yang diberikan tuan Lee, aku menghubungi tuan Do untuk bertemu di coffeshop dekat rumahku setelah aku pulang kerja, aku tengah duduk menunggunya, aku telah menyiapkan sebuah amplop coklat berisi uang 2,5 juta won hasil dari tabunganku yang aku ambil seluruhnya, aku tahu ini tidak cukup tapi kuharap tuan Do bisa memberiku jalan keluar lain.
Sekitar 15 menit aku menungggu akhirnya dia datang juga dan akupun memintanya untuk duduk dan memanggil pelayan untuk memesan 2 cangkir capuccino.
“maaf karena memintamu datang kemari” ucapku memulai pembicaraan.
“tidak apa-apa nona Jung” jawab tuan Do
“ini” aku menyodorkan amplop yang tadi telah kusiapkan, “jumlahnya baru 2,5 juta won, aku tahu ini terlalu sedikit, tapi aku janji akan segera melunai sisanya, aku akan menemui tuan Lee untuk bicara langsung padanya, bagaimana?” ucapku meyakinkan pria dihadapanku ini.
“kau tidak perlu lagi melunasinya” ucap tuan Do mengejutkanku
“apa maksudmu?”
Pelayan datang membawa pesanan kami, tuan Do langsung menyesap sedikit capuccinonya, membuatku menunggu penjelasannya.
“sisa hutangmu sudah lunas, kau tidak perlu lagi membayarnya dan ambilah kembali uang ini” tuan Do menyodorkan kembali amplop itu padaku membuatku semakin terkejut.
“tapi bagaimana bisa lunas, siapa yang membayarnya, apa kalian sudah menemukan pria itu?” tanyaku penasaran.
“kami belum menemukannya, ada orang yang memang berbaik hati membayarkannya untukmu”
“siapa, apa ku mengenalnya?”
“kurasa kau mengenalnya, tapi dia memintaku tidak mengatakannya padamu”
“siapa dia, katakan padaku kumohon, aku tidak mau menerima kebaikan tanpa tahu siapa orangnya, aku harus membayar kembali uang orang itu, tuan Do kumohon katakan padaku siapa dia?”
“baik, aku akan mengatakannya tapi kuharap kau tidak berpikiran buruk pada orang itu karena kurasa dia tulus membantumu”
“ne, aku janji, katakan siapa dia?”
“dia adalah__ tuan Kim Seok Jin, dia bilang dia adalah atasan di tempatmu bekerja”
Aku terbelalak mendengar jawaban dari tuan Do, bagaimana bisa Kim Seok Jin adalah orangnya.
“kau tidak apa-apa kan nona Jung, sepertinya kau sangat terkejut”
“em ne, aku sangat terkejut, kenapa___kenapa dia bisa membayarkannya untukku?”
“kau ingat waktu tempo hari aku kerumahmu? Bukankah waktu itu kau diantar pulang olehnya, kurasa dia diam-diam mendengarkan permbicaraan kita, karena ketika aku dan temanku akan pulang dia telah menunggu kami di tangga, lalu kami bicara di coffe shop ini, hingga akhirnya dia membayarkan sisa hutangmu” penjelasan tuan Do membuatku semakin terkejut.
Mi Na POV end

Author POV
Keesokan harinya, Mi Na sengaja menolak ajakan Seok Jin untuk berangkat bersama karena dia ingin berangkat sendiri. Mi Na sampai lebih dulu di kantor, tidak lama kemudian Seok Jin dan sekretaris Kang datang.
“sajangnim bisakah kita bicara sebentar?” tanya Mi Na pada Seok Jin yang baru datang.
“tentu, masuklah” jawab Seok Jin mempersilahkan Mi Na masuk dan memberi kode pada sekretaris Kang untuk menunggu didepan ruangan, tapi dia sedikit heran karena Mi Na menggenggap sebuah amplop coklat kecil.
“ada apa Mi Na-shi? Kau merindukanku?” ucap Seok Jin sambil menggoda kekasihnya.
“ini” Mi Na menyodorkan amplop yang digenggamnya. Soek Jin menerima amplop itu dan membukanya yang ternyata berisi uang.
“ini apa?” tanya Seok Jin yang tidak mengerti.
“ini adalah uang yang kemarin akan aku berikan pada tuan Do, tapi dia bilang ada orang yang telah melunasinya dan orang itu adalah Kim sajangnim, jadi aku memberikan uang ini padamu, sisanya kau bisa memotongnya dari gajiku” jelas Mi Na dengan tatapan datarnya membuat Seok Jin beranjak mendekati Mi Na.
“kau tidak perlu melakukannya Mi Na-shi, aku tulus membantumu, lagi pula sekarang kau adalah kekasihku, jadi tidak ada salahnya jika aku membantumu kan?”
“tapi itu adalah urusan pribadiku, bahkan mengenai hutang itu aku rasa tuan Do telah menjelaskannya padamu bahwa itu adalah milik mantan kekasihku, jadi sajangnim tidak perlu ikut menanggungnya, jika aku tidak mengembalikan uangmu aku merasa jika kau seperti membeliku”
“JUNG MI NA!! JAGA KATA-KATAMU!!” Seok Jin menegur dengan suara keras membuat Mi Na terkejut dan hampir menangis. Seok Jin yang melihat wajah terkejut Mi Na langsung memeluk erat kekasihya.
“maaf, aku tidak bermaksud membentakmu, aku hanya tidak suka kau berkata seperti tadi, aku benar-benar tulus membantumu Mi Na-shi, aku tidak ingin kau menderita karena aku menyayangimu Jung Mi Na” ucapan Seok Jin membuat Mi Na benar-benar menangis, Seok Jin mempererat pelukannya membiarkan gadisnya menumpahkan tangisannya.

Malam harinya Mi Na berada di apartement Seok Jin untuk membuatkan makan malam, Seok Jin memperhatikan Mi Na yang sibuk memasak, sedangkan Mi Na sama sekali tidak merasa jika dia sedang jadi tontonan kekasihnya.
Tidak lama kemudian Mi Na telah selesai memasak dan menghidangkannya di meja makan.
“Mi Na-shi, sabtu minggu depan oemoni mengundang kita makan malam dirumahnya, kau mau kan?” ucap Seok Jin sambil menyendok makanannya.
“aku mau, apa ada yang perlu kupersiapkan sebelum kesana?”
“tidak ada, kau hanya perlu datang”
“baiklah”
“em, Mi Na-shi, aku__”
“ada apa?”
“kemarin aku menyuruh sekretaris Kang pergi kebagian pemasaran dan dia mendapat informasi dari salah seorang karyawan mengenai kau yang datang menemui manajer Jang yang berujung perkataan kasar dari manajer Jang, apa itu benar?”
Mi Na hanya menjawabnya dengan anggukan.
“pantas saja kau menangis, lain kali jika terjadi sesuatu bisakah kau mengatakan sejujurnya padaku?”
“mungkin aku tidak bisa berjanji, karena aku tipe orang yang tidak mudah mengatakan apa yang kurasakan”
“jika kau seperti itu mungkin akan menyulitkanku memahamimu, seperti yang pernah kubilang aku bodoh dalam membaca ekpresi muka orang terutama wanita”
Keduanya terdiam sibuk dengan pikirannya masing-masing sambil menikmati makanan masing-masing.
Selesai makan malam Mi Na langsung mencuci peralatan makan, sedangkan Seok Jin hanya menatap kekasihnya itu. Mereka masih saling terdiam, hingga entah dorongan dari mana Seok Jin memberanikan diri memeluk Mi Na dari belakang membuat gadis itu terlonjak kaget dan hampir saja menjatuhkan piring yang sedang dicucinya.
“Mi Na-shi, kita baru berkencan 3 hari tapi kenapa seperti sudah 3 bulan, waktu yang singkat ini membuatku merasa telah lama dekat denganmu”
Mi Na diam tak menjawab karena dia sibuk menetralkan jantungnya yang berdegup kencang sambil konsentrasi menyelesaikan cucian piringnya. Seok Jin masih asyik dengan posisinya hingga Mi Na menyelesaikan cuciannya. Mi Na melepaskan pelukan Seok Jin dengan pelan kemudian membalikkan badannya menghadap Seok Jin.
“Seok Jin-shi”
“apa?”
“mengenai masalah tadi pagi aku benar-benar ingin membayarnya kembali padamu karena aku merasa tidak nyaman kau membayar hutang sebanyak itu, bagimu mungkin itu jumlah yang kecil tapi bagiku itu jumlah yang besar”
Seok Jin diam tak langsung menjawab, dia memandang Mi Na dengan lekat.
“Mi Na-shi jika kau mau membayarnya maka tidurlah dikamarku malam ini” Seok Jin mendekatkan wajahnya pada Mi Na.
“apa maksudmu?” Mi Na  berpikir bahwa Seok Jin akan berbuat sesuatu yang buruk padanya.
Wajah Seok Ji kini hanya berjarak 5 cm dari wajah Mi Na dan akhirnya dia terkekeh melihat ekspresi Mi Na yang berhasil digodanya, “he he he……aku hanya bercanda Mi Na-shi, aku akan melakukannya jika sudah menikah, percayalah” ucap Seok Jin yang langsung memeluk Mi Na, “lakukan apapun yang membuatmu nyaman, aku tidak akan menolaknya” tambah Seok Jin.
Author POV end



10 hari kemudian…
Seok Jin POV
Malam ini aku mengajak Mi Na makan malam dirumah keluarga Choi. Emoeni menyambut kedatangan kami dengan ramah, sedang aboeji memperhatikan Mi Na dengan seksama.
“aboeji perkenalkan dia adalah Jung Mi Na kekasihku” ucapku yang direspon Mi Na dengan menjulurkan tangannya pada aboeji.
Aboeji menyambut uluran tangan Mi Na, “cantik, tapi tidak seanggun ‘dia’” ucapan aboeji sedikit membuat Mi Na terkejut kurasa.
“tentu saja Mi Na cantik jika tidak mana mungkin Seok Jin jatuh cinta padanya, ayo kita ke ruang makan” ucap oemoni sambil merangkul Mi Na menuju ruang makan.
Kami berempat menikmati hidangan makan malam yang telah disediakan oemoni.
“kudengar kau bisa masak Jung Mi Na-shi?” ucap  aboeji memcahkan keheningan.
“ne, tapi hanya makanan rumahan tuan” jawab Mi Na
“begitu, setidaknya kau punya satu point plus dibanding ‘dia’” aboeji kembali mengeluarkan kata ‘dia’ aku tahu yang dimaksudnya adalah Choi In Ha putri kesayangannya yang telah meninggal 5 tahun lalu karena leukimia, dan gadis itu juga adalah mantan kekasihku yang sangat aku cintai, bahkan aku juga belum bisa melupakannya hingga sekarang. Perbedaan Choi In Ha dan Jung Mi Na adalah In Ha gadis yang ceria, cerdas dan anggun tapi dia suka berteriak-teriak jika aku membuatnya marah, dia tidak bisa memasak, tapi dia sangat pandai beraegyo membuatku tidak pernah bisa berlama-lama marah padanya, sedang Mi Na dia cantik, rajin, dan sopan, dia juga pandai memasak, meski dia tidak seceria In Ha dan juga tidak pandai beraegyo seperti In Ha namun pesona Mi Na cukup membuatku tanpa sadar membuka hatiku untuknya yang kini perlahan-lahan diisi olehnya tanpa menggeser tempat In Ha dihatiku.
“yoebo, nikmatilah makanannya, jangan berkomentar terus” ucapan oemoni berusaha menyelematkan keadaan karena kurasa Mi Na mulai penasaran dengan kata ‘dia’
Seok Jin POV end

Author POV
Setelah selesai makan malam mereka duduk santai diruang tengah menonton TV, tuan Choi terus memperhatikan Mi Na, dia masih membandingkan gadis itu dengan mendiang putri kesayangannya.
Mi Na sendiri tidak begitu memperhatikan TV, dia lebih memperhatikan sebuah pigura foto yang terpasang ditembok belakang TV, difoto itu ada nyonya Choi, tuan Choi, Seok Jin dan seorang gadis cantik memakai gaun putih sepanjang lutut. Tuan Choi mendapati Mi Na yang memandang foto keluarganya.
“dia adalah putriku, namanya Choi In Ha” ucap tuan Choi membuat Mi Na menoleh pada pria paruh baya itu.
“yoebo kenapa kau__” ucap nyonya Choi yang langsung dipotong tuan Choi, “Seok Jin pasti belum menceritakan tentang In Ha padamu kan?”
“ne, apa nona Choi In Ha adalah saudara Kim sajangnim?” tanya Mi Na dengan suara pelan takut jika pertanyaannya salah.
“bagaimana bisa saudara punya marga yang berbeda, mereka bukan saudara melainkan sepasang kekasih”
“yoebo” nyonya Choi menegur suaminya.
Mi Na sangat terkejut dengan penjelasan dari tuan Choi, Seok Jin yang melihat ketegangan diwajah Mi Na langsung berusaha menggenggap tangan Mi Na namun ditangkis secara halus oleh gadis itu.
“la__lalu dimana nona Choi sekarang?” ucapan Mi Na terbata dengan menahan tangisannya yang hampir keluar.
“dia sudah meninggal 5 tahun lalu karena penyakit leukimia yang dideritanya, dia meninggal sebulan setelah pertunangannya dengan Seok Jin, Seok Jin yatim piatu sejak kelas 2 SMP karena itu aku dan istriku sudah seperti orang tua kandungnya”
Ada perasaan lega dihati Mi Na atas penjelasan tuan Choi, “saya turut berduka cita tuan, nyonya”
“terima kasih Mi Na-ah, aku maupun Seok Jin tidak bermaksud membohongimu, hanya saja kami belum punya kesempatan mengatakan yang sebenarnya padamu, kuharap kau tidak salah paham” ucap nyonya Choi yang memegang tangan Mi Na.
“saya mengerti nyonya”
“aku tidak keberatan jika Seok Jin punya kekasih lagi dan nantinya menikah, tapi___ aku berharap gadis itu tidak lebih buruk dari putriku” ucap tuan Choi membuat ketiga orang dihadapannya memandang terkejut.
“In Ha adalah putri kami satu-satunya yang sangat cantik dan anggun, dia sangat cerdas dalam segala hal, dia sangat ceria meski dia sering berteriak tidak jelas pada Seok Jin ketika marah, putriku tidak bisa memasak tapi dia sangat pandai beraegyo membuat siapapun tidak bisa lama-lama marah padanya, aku sudah mendengar tentangmu dari beberapa informan, kau yatim piatu sejak kelas 2 SMA, sejak itu kau bekerja keras untuk membiayai sekolahmu juga biaya kuliah, kau pernah punya kekasih namun dia menghilang dengan meninggalkan hutang pada mafia yang harus kau bayar, agar kau tidak dijual oleh mafia itu kau rela menjual rumah peninggalan orang tuamu untuk membayar sebagian hutang itu, setelah itu selama 4 tahun kau menyicil hutang-hutang itu, dengan semua masa lalumu itu apa kau pikir pantas bersanding dengan pria seperti Seok Jin?”
“aboeji hentikan!” ucap Seok Jin
“yoebo kenapa kau bicara seperti itu?” tambah nyonya Choi
“Seok Jin-ah apa kau tidak tahu apa yang dipikirkan para karyawanmu tentang Jung Mi Na? gadis seperti dirinya yang tidak punya jabatan apapun, dan bukan dari keluarga kaya tiba-tiba bisa menjadi kekasih dari seorang CEO Golden Corp, mereka pasti berpikir bahwa Jung Mi Na adalah wanita penggoda yang sengaja mendekatimu untuk uang”
“ABOEJI!! KUBILANG HENTIKAN…. JUNG MI NA BUKAN GADIS SEPERTI ITU!” Seok Jin berdiri karena sangat emosi dengan kata-kata kasar tuan Choi.
“aku tahu dia tidak seperti itu, tapi bagi kebanyakan orang pasti akan berpikir seperti itu, ada banyak gadis anak orang kaya diluar sana tapi kenapa kau bisa berkencan dengan Jung Mi Na?”
“YOEBOOO!! KENAPA KAU SEPERTI INI!” nyonya Choi akhirnya juga tidak bisa menahan emosinya.
“Seok Jin, bawa Mi Na pulang sekarang, aku akan bicara dengan suamiku” ucap nyonya Choi menyuruh Seok Jin dan Mi Na pergi.
Seok Jin pun langsung menarik tangan Mi Na untuk pergi, namun gadis itu menahan tangan Seok Jin.
“tuan, saya sangat sadar diri dengan keadaan saya, dibandingkan dengan putri tuan tentunya saya bukan apa-apa karena saya memang tidak punya kelebihan apa-apa, tapi saya tidak merasa malu sama sekali dengan keadaan saya karena saya bukan penjahat yang melakukan tindakan kriminal, saya juga tidak peduli dengan pikiran orang lain tentang saya karena mereka tidaklah mengenal saya, saya minta maaf jika kehadiran saya membuat tuan, nyonya maupun Kim sajangnim merasa tidak nyaman, saya permisi dulu…” Mi Na melepas tangan Seok Jin kemudian berjalan keluar.
“Jung Mi Na, tunggu” Seok Jin langsung mengejar Mi Na keluar.
Sesampainya didepan rumah keluarga Choi, Seok Jin berhasil menghentikan langkah Mi Na.
“aku akan mengantarmu pulang” ucap Seok Jin sambil menarik tangan Mi Na.
“saya bisa pulang sendiri sajangnim” jawab Mi Na yang sudah tidak bisa menahan air matanya.
Seok Jin melihat Mi Na menangis, dia kemuadian memegang kedua bahu Mi Na.
“Mi Na-shi, Jung Mi Na, sekarang jangan pikirkan apapun, hanya ikuti kata-kataku saja, kau tidak boleh membantah, sekarang ayo kita pulang”
Mi Na hanya terdiam tak merespon perkataan Seok Jin karena sibuk menghapus air matanya yang terus mengalir.

Seok Jin mengantar Mi Na ke rumahnya, sesampainya mereka didepan rumah Mi Na, mereka berdua terkejut karena ada seorang pria yang sedang berdiri didepan pintu rumah Mi Na. Pria itupun terkejut dengan kedatangan Mi Na yang sedang didekap bahunya oleh pria yang tidak dikenalnya, sedang Mi Na membulatkan kedua matanya, seluruh tubuhnya terasa lemas.
“Shin___Dong___Hyun” ucap Mi Na membuat Seok Jin menatap wajah keterkejutan Mi Na.
“Mi Na-ah, Jung Mi Na” ucap pria yang dipanggil Shin Dong Hyun itu mendekati Mi Na dan Seok Jin.
“ba__bagaimana__kau bisa disini?” tanya Mi Na
“aku menemui tuan Lee dan mendapatkan alamatmu, Mi Na-ah siapa pria ini?”
“aku Kim Seok Jin, kekasihnya, kau siapa?” ucap Seok Jin memandang tidak suka pada Dong Hyun.
“kekasihmu? Bagaimana bisa? Kupikir kau selalu setia padaku Mi Na-ah, kau bahkan rela membayar hutang-hutangku selama ini”
“apa maksudmu, mungkinkah kau ini adalah___”
“iya benar aku adalah mantan kekasih Mi Na, ah sekarang aku tahu, kudengar dari tuan Lee bahwa ada seseorang yang membantu Mi Na melunasi sisa hutangku, apa orang itu adalah kau?”
“benar, lalu apa maumu, kenapa kau kesini” ucap Seok Jin yang mengeratkan dekapannya pada Mi Na takut jika pria didepannya akan mengambil Mi Na.
“aku kesini untuk membayar hutangku yang sudah dibayar Mi Na, Mi Na-ah bisakah kita bicara berdua?”
“jika kau mau bicara, bicara saja didepanku” ucap Seok Jin menatap tajam Do Hyun.
“baiklah, kekasihmu ini sepertinya sangat melindungimu Mi Na-ah” Mi Na hanya terdiam merespon ucapan Do Hyun
“Mi Na-ah, sebenarnya selama ini aku pergi ke Amerika, aku bekerja disana, aku mengumpulkan uang sedikit demi sedikit sampai akhirnya aku punya kesempatan memiliki usaha sendiri dan mendapat banyak uang, percaya atau tidak aku selalu memikirkanmu, aku memikirkan bagaimana kau hidup, apakah kau membayarkan hutangku atau tidak, tapi aku tidak bisa menghubungimu maupun menemuimu karena aku telah menikah dengan seorang gadis kaya disana, tapi enam bulan lalu kami resmi bercerai dan aku punya kesempatan untuk pulang ke korea dan mencarimu, sampailah aku disini sekarang, dan ini, aku telah membeli kembali rumah orang tuamu dan membuatkan surat tanahnya menjadi namamu” Do Hyun menyodorkan sebuah amplop coklat pada Mi Na.
Mi Na mengambil amplop itu perlahan.
“dan berikan nomor rekeningmu agar aku bisa mentransfer uang yang sudah kau bayarkan selama ini Mi Na-ah”
“kenapa kau tiba-tiba kembali dan bersikap baik seperti ini?” tanya Mi Na curiga
Do tertawa kecil mendengar pertanyaan Mi Na.
“haruskan aku menjawab jujur, bahkan didepan kekasihmu ini?” ucap Do Hyun melirik ke arah Seok Jin.
“katakan saja” jawab Mi Na
“baiklah, tujuanku kembali adalah karena aku ingin memilikimu kembali Mi Na-ah, bertahun-tahun aku hidup di negara asing, aku menyadari bahwa kau adalah satu-satunya gadis yang mencintai tulus meski aku tak pernah memperlakukanmu dengan baik, aku menikah juga hanya karena kebutuhan bisnis, Mi Na-ah kembalilah padaku, aku berjanji akan bersikap baik dan mencintaimu sepenuhnya, aku tidak peduli meski aku harus merebutmu dari pria ini”
“jangan pernah berharap bisa mengambil Mi Na dariku” ucap Seok Jin tegas.
“benarkah? Tuan Kim sepertinya kau adalah orang kaya, apa keluargamu sudah merestui hubunganmu dengan Mi Na, apa mereka bisa menerima Mi Na dengan baik? Aku dan Mi Na sama-sama tidak punya keluarga jadi kurasa Mi Na akan lebih cocok denganku”
“Do Hyun-shi cukup, pergilah sekarang” ucap Mi Na mengejutkan Do Hyun
“kau mengusirku Mi Na-ah? Ah baiklah aku pergi sekarang tapi aku akan kembali lagi besok” Do Hyun pun melangkah pergi meninggalkan rumah Mi Na.
Melihat Do Hyun yang sudah pergi, Mi Na bernafas lega, kemudian melepaskan dekapan Seok Jin perlahan.
“kau juga pulanglah sajangnim” ucap Mi Na mengejutkan Seok Jin.
“kenapa kau kembali memanggilku sajangnim? Aku tidak mau pulang, aku akan disini” ucap Seok Jin kesal
“kumohon, aku sangat lelah, biarkan aku sendirian sajangnim”
“aku tahu kau lelah, tapi aku tidak mau meninggalkanmu, jika aku pergi aku takut kau akan memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita”
“…..” Mi Na diam tak menanggapi
“meski kita baru berkencan dalam hitungan hari, tapi aku___mmp”
Ucapan Seok Jin terhenti saat tiba-tiba Mi Na menyambar bibir pria itu, selang beberapa detik Mi Na pun melepaskan bibirnya, sedangkan Seok Jin masih diam mematung karena terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan Mi Na.
“tadi aku memang berniat untuk minta putus darimu, tapi dengan kedatangan Do Hyun tadi aku menyadari bahwa aku membutuhkanmu Kim Soek Jin”
“benarkah?? kau sungguh membutuhkanku Mi Na-shi?” ucap Seok Jin antusias yang dijawab Mi Na dengan anggukan pelan.
Seok Jin pun langsung memeluk Mi Na, “aku juga membutuhkanmu Mi Na-shi, aku menyukaimu, benar-benar menyukaimu”
“aku juga menyukaimu Kim Seok Jin sajangnim”
“ah kenapa sajangnim lagi”
Mi Na hanya tekekeh menanggapi komentar Seok Jin.


Keesokan harinya di Golden Corp…
“Mi Na-shi, kita makan siang bersama ya” pinta Seok Jin sambil menyodorkan sebuah map yang baru saja ditanda tanganinya pada Mi Na.
“em, saya tidak bisa sajangnim” jawab Mi Na menerima map dari Seok Jin.
“kenapa?”
“saya ada janji dengan orang”
“siapa?”
“saya tidak bisa mengatakannya”
“kenapa?”
“karena saya tidak ingin memberitahukannya”
“ya! Mi Na-shi, apa kau sedang selingkuh dibelakangku, kenapa tidak mau memberitahu kau mau makan siang dengan siapa?”
“jika memang saya selingkuh, lalu apa yang sajangnim lakukan?”
“Mi Na-shi! Apa kau sedang mengujiku?”
Mi Na menggelengkan kepalanya menanggpi pertanyaan Seok Jin.
“kalau begitu katakan siapa orang itu?”
“Shin Do Hyun” ucap Mi Na singkat
Seok Jin membulatkan matanya dan telah bersiap untuk menegur Mi Na.
“lihatlah, sajangnim pasti akan bereaksi seperti ini, tadi pagi Do Hyun menghubungiku dan kami sepakat untuk bertemu siang ini, saya berniat mengembalikan surat tanah yang kemarin dia berikan padaku karena aku takut pemberiannya itu bertujuan untuk membeliku, sajangnim tidak usah khawatir karena saya bisa menjaga diri, lagipula saya dan Do Hyun memang harus segera menyelesaikan masa lalu kami” jelas Mi Na yang membuat kemarahan yang hampir meledak dikepala Seok Jin reda.
“baiklah, aku mengerti, tapi jika terjadi sesuatu kau harus segera meneleponku”
“ne sajangnim” jawab Mi Na dengan senyum manisnya yang membuat dada Seok Jin bergetar.

Disebuah restaurant…
Mi Na menyodorkan sebuah amplop coklat kepada pria dihadapannya, “ini ambilah kembali”
“kenapa kau mengembalikannya padaku?” tanya pria itu heran
“aku tidak mau menerimanya karena kau mungkin tidak tulus memberikannya, lagipula aku sudah tidak mempermasalahkan apa yang terjadi 4 tahun lalu, aku juga tidak butuh uangmu karena aku ikhlas menjalaninya selama ini, jika kau mau membayar sesuatu kau kembalikan saja uang Kim sajangnim”
Do Hyun tersenyum sinis atas pernyataan Mi Na, “apa pria itu memintamu mengembalikan uangnya, bukankah dia kekasihmu?”
“dia tidak memintaku membayarnya kembali, tapi aku yang ingin mengembalikan uangnya karena masalah kita bukanlah masalahnya”
“baiklah, uang yang dia bayarkan 7 juta won kan?”
“benar tapi aku sudah mengembalikan 2,5 juta won, kau tinggal membayar sisanya”
“Mi Na-ah, apa kau sudah menghitung berapa uang yang sudah kau keluarkan selama 4 tahun ini?”
“iya, kurasa jumlahnya sangat banyak, jika dihitung mungkin sudah bisa membeli sebuah gedung” ucap Mi Na enteng membuat Do Hyun tertawa geli.
“bagaimana bisa uang sebanyak itu kau keluarkan hanya untuk pria brengsek sepertiku, apa kau masih menyukaiku?”
“tidak”
“meskipun sekarang aku berlutut dan melamarmu kau tak akan kembali padaku?”
“tidak”
“apa kau mencintai pria bermarga Kim itu?”
“iya”
“apa kau akan menikah dengannya?”
“entahlah, aku belum tahu”
“kau benar-benar tidak mau mempertimbangkanku lagi?”
“tidak”
“baiklah aku mengalah, aku sudah membuatmu menderita selama 4 tahun akan terasa sangat jahat jika aku memaksamu kembali padaku, aku masih punya hati nurani Mi Na-ah”
“aku tahu, Do Hyun-shi” ucap Mi Na dengan memberikan senyum ramahnya.
“maaf atas apa yang sudah kulakukan Mi Na-ah, surat tanah ini ambilah karena ini adalah hakmu, dan uang yang sudah kau keluarga selama 4 tahun ini akan aku kembalikan”
“kau tidak akan meminta sesuatu dariku atas surat tanah ini kan?”
“tidak, aku tulus memberikannya”
“kalau begitu mengenai uang yang akan kau kembalikan, bagaimana jika kau bangun saja sebuah panti asuhan, itu akan lebih berguna Do Hyun-shi”
“tapi uang itu juga hak mu Mi Na-ah”
“anggap saja kau mengembalikannya dalam bentuk panti asuhan, bukankah itu mudah”
“yah aku mengerti, akan aku lakukan sesuai keinginanmu”
“terima kasih Do Hyun-shi”
“aku  yang seharusnya berterima kasih, em apa kau tahu nomor rekening kekasihmu?”
“karena sekarang aku adalah sekretarisnya jadi aku tahu nomor rekeningnya”
“kalau begitu berikan padaku” ucap Do Hyun menyodorkan ponselnya pada Mi Na.
Mi Na mengambil ponsel Do Hyun dan mengetik nomor rekening Seok Jin yang dia baca di ponselnya sendiri.
“ini” Mi Na mengembalikan ponsel Do Hyun
“aku akan langsung mentransfernya”
Mi Na mengangguk dan tersenyum menanggapi.

Malam harinya…….
Seok Jin meminta Mi Na membuatkan makan malam di apartementnya dan mereka makan malam berdua.
“tadi siang ada yang menstranfer uang 4,5 juta won padaku, apa dia Do Hyun?” tanya Seok Jin yang sedang membantu Mi Na mencuci peralatan makan dan Mi Na hanya mengangguk menanggapi.
“apa kau yang menyuruhnya?”
Mi Na hanya kembali mengangguk.
“kenapa?”
“karena aku tidak mau berhutang padamu, lagi pula itu kan hutang Do Hyun jadi harusnya memang dia yang mengembalikan padamu”
“tapi aku tidak masalah jika kau tak mengembalikannya”
“aku tahu, tapi hatiku terasa tidak nyaman jika tidak mengembalikannya padamu sajangnim”
“ya! Kau mulai lagi memanggil sajangnim, kita hanya berdua Mi Na-shi” ucap Seok Jin sedikit kesal.

Setelah urusan cuci piring selesai kini dua sejoli itu sedang duduk berdampingan di sofa sambil menonton drama di TV, Seok Jin melingkarkan tangannya ke pinggang Mi Na, sedang Mi Na menyenderkan kepalanya di bahu Seok Jin.
“ah dramanya membosankan, bagaimana jika kita lakukan hal lain saja?” ucap Seok Jin menatap Mi Na
Mi Na mendongakkan kepalanya, “lakukan apa?”
Seok Jin beranjak dari posisinya dan mematikan TV, kemudian berlutut di hadapan Mi Na yang duduk di sofa. Seok Jin mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam dari saku celananya dan membukanya yang isinya ternyata adalah sebuah cincin berlian.
“Jung Mi Na-shi, maukah kau menikah denganku?” ucap Seok Jin menatap lekat gadis dihadapannya.
“……..” Mi Na terdiam mencerna perkataan Seok Jin.
“Jung Mi Na-shi, aku berjanji akan menjadi pria yang selalu menyayangimu, menjagamu, memperhatikanmu dan bersamamu”
“apa kau serius Kim sajangnim”
“aku sangat serius Mi Na-shi”
“tapi kurasa ini terlalu cepat, bagaimana dengan tuan dan nyonya Choi?”
“oemoni sangat setuju bila aku menikah denganmu, kalau aboeji___ jangan terlalu memikirkannya, beliau merestui atau tidak, aku akan tetap menikah denganmu”
“sajangnim”
“jangan memanggilku seperti itu, jawab saja pertanyaanku Jung Mi Na-shi”
Mi Na terdiam sejenak sambil menatap kedua mata pria dihadapannya itu.
“baiklah, aku mau Kim Soek Jin sajangnim”
“ya kenapa ada kata sajangnim? Ah tapi yang penting jawabanmu adalah mau, kau harus pakai ini” Seok Jin memasangkan cincinnya ke jari manis Mi Na, kemudian keduanya saling berpelukan bahagia.


1 bulan kemudian…..
Disebuah gereja, dua sejoli sedang saling mengucap janji suci disaksikan oleh puluhan tamu undangan. Setelah dinyatakan secara resmi mereka adalah pasangan suami istri, maka keduanyapun saling meautkan bibir mereka diiringi sorakan bahagia dan tepuk tangan dari para tamu undangan.

“Mi Na-ah, selamat atas pernikahanmu, aku benar-benar tidak menyangka kau menjadi istri Kim sajangnim” ucap Sae Ri sambil memeluk Mi Na seusai gadis itu melaksanakan sesi lempar bunga.
“terima kasih Sae Ri-ah, o ya kau bilang kau sedang hamil, sudah berapa bulan?” ucap Mi Na
“baru 7 minggu, aku bahagia sekali kau menikah dan juga aku akan menjadi ibu, kau harus segera menyusulku agar kelak anak-anak kita bisa menjadi sahabat seperti kita”
“kenapa tidak jadi besan saja” ucap Seok Jin yang tiba-tiba menghampiri kedua gadis itu bersama suami Sae Ri.
“apa Kim sajangnim mau berbesanan dengan kami?” ucap suami Sae Ri.
“tentu saja, kenapa tidak, iya kan Mi Na chagiya” jawab Seok Jin sambil merangkul mesra gadis yang telah menjadi istrinya. Mi Na hanya mengangguk sambil menyikut pelan pinggang suaminya.
“kalian serasi sekali” ucap Sae Ri yang diiyakan suaminya.
Ditengah-tengah pembicaraan hangat mereka, datanglah tuan dan nyonya Choi mendekati Seok Jin dan Mi Na.
“Seok Jin-ah, Mi Na-ah, selamat atas pernikahan kalian, ibu berdoa semoga kalian hidup bahagia dan segera memiliki keturunan” ucap nyonya Choi menggenggap tangan Seok Jin dan Mi Na.
“terima kasih oemoni” ucap Seok Jin
“terima kasih nyonya Choi” Mi Na memeluk nyonya Choi.
“mulai sekarang panggil aku oemoni saja, kau mau kan Mi Na-ah”
“baiklah, oemoni” ucap Mi Na sambil melepas pelukannya.
“Mi Na-ah, maaf atas kata-kataku waktu itu, jadilah istri yang baik untuk Seok Jin dan hiduplah berbahagia bersamanya agar putriku disurga juga ikut bahagia” ucap tuan Choi
“tidak perlu minta maaf tuan, saya sudah melupakannya, saya janji akan menjadi istri yang baik untuk Kim sajangnim” tuan Choi mengangguk dan tersenyum, sedang Seok Jin memprotes perkataan Mi Na, “ya kenapa masih memanggilku sajangnim, ganti saja dengan chagi atau yoebo”
“kenapa kau selalu mempermasalahkan sebuah panggilan?” jawab Mi Na
“karena itu penting bagiku, ayo panggil aku yoebo, yoebooooo” rajuk Seok Jin
“tidak mau sajangnim” ucap Mi Na sambil sedikit menjauh dari suaminya.
“ya kau tidak mau, kalau begitu aku akan menghukummu”
“menghukumku?”
“iya, aku akan menghukummu malam ini” ucap Seok Jin yang menarik tubuh Mi Na dan menggendongnya kemudian pamit pergi, sedangkan Sae Ri dan suaminya beserta tuan dan nyonya Choi hanya tertawa melihat tingkah Seok Jin.
“ya lepaskan aku sajangnim, ah baiklah Kim Soek Jin aku akan memaggilmu yeobo” pinta Mi Na yang berusaha turun, namun Seok Jin tetap berjalan ke arah mobilnya, “aku sudah terlanjur marah padamu chagiya” Seok Jin mengerlingkan matanya menggoda Mi Na.

----End----

NB : terima kasih buat para reader yang sudah sudi meluangkan waktunya membaca FF gaje ini, mohon maaf atas segala kekurangannya, sampai jumpa di FF berikutnya :D