Tuesday, April 7, 2015

FF After Boy Before Flower (Ji Hoo Story) Part 2 End









Title : After BBF (Yoon Ji Hoo Story) Part 2 END
Author : Jungna
Genre : Friendship, Family, Romance
Length : Twoshoot | Rating : PG-15
Main Cast :
Kim Hyun Joong as Yoon Ji Hoo
Han Nari (OC)
Lee Min Ho as Gu Jun Pyo
Goo Hye Sun as Geum Jan Di / Ny. Gu Jun Pyo
Kim Bum as So Yi Jung
Kim So Eun as Chu Ga Eul / Ny. So Yi Jung
Kim Joon as Song Woo Bin
Leo as Gu Jun Pyo-Geum Jan Di son’s
Byul (OC) So Yi Jung-Chu Ga Eul daugther’s

Disclaimer :
FF ini aku buat dengan setting waktu 5 tahun setelah drama Boys Before Flowers berakhir (inget di episode terakhir terjadi lompatan waktu 4 tahun dan sekarang lompat lagi 5 tahun kemudian).

--------------------------

Untuk mempermudah memahami cerita, maka saya jelaskan kondisi para cast di FF ini :
-          Gu Jun Pyo dan Geum Jan Di menikah 5 tahun lalu dan saat ini telah memiliki putra bernama Leo Gu yang berumur 4 tahun. Gu Jun Pyo menjadi CEO Shinhwa group menggantikan ibunya dan Geun Jan Di sekarang lebih sering dipanggil dengan sebutan Nyonya Gu telah menjadi dokter ahli bedah dan menjabat sebagai Direktur Shinhwa Hospital.
-          Yoon Ji Hoo saat ini telah menjadi dokter bedah sekaligus dokter specialis anak, dia bersama kakeknya mendirikan sebuah rumah sakit khusus untuk anak-anak yang dikelola dan dipimpin oleh Ji Hoo sendiri. Rumah sakit tersebut bernama “Rainbow Hospital”, rumah sakit ini juga bekerja sama dengan Shinhwa Hospital sehingga Ji Hoo dan Jan Di masih sering bertemu untuk urusan pekerjaan sebagai sesama dokter. Selain mengelola Rainbow Hospital Ji Hoo juga masih aktif mengelola yayasan Suwon milik keluarganya.
-          So Yi Jung dan Chu Ga Eul telah menikah 2 tahun lalu dan dikaruniai seorang putri bernama So Byul yang baru berusia 1 tahun. So Yi Jung masih mejadi seniman tembikar dan meneruskan perusahaan keluarganya, sedang Ga Eul telah menjadi kepala sekolah sebuah TK bertaraf internasiol namun dikhususkan untuk keluarga kelas menengah ke bawah yang didirikan Yi Jung untuk Ga Eul.
-          Song Woo Bin telah menjadi Letnan Polisi dan menduduki jabatan sebagai pimpinan Kepolisian Seoul. Usaha keluarganya telah berubah dari mafia menjadi sebuah perusahaan security yang menyediakan sistem keamanan dan bodyguard untuk perusahaan-perusahaan diseluruh Asia.

PART 2


Ji Hoo dan Nari berada di sebuah restaurant Jepang.
“apa makanannya enak?” tanya Ji Hoo
“dari mana sonsengnim tahu aku menyukai masakan Jepang?”
“hanya menebak”
“sungguh”
“….” Ji Hoo menganggukkan kepalanya
“apa kakakmu sudah kembali ke Seoul?”
“iya, dia kembali kemarin malam”
“besok kau shift apa?”
“saya shift sore di rumah sakit”
“apa siangnya kau ada acara?”
“tidak”
“begitu”
“terima kasih makanannya sonsengnim”
“kau tidak marah lagi”
“saya tidak pernah mengatakan marah pada sonsengnim”
Ji Hoo tersenyum menanggapi jawaban Nari


-----------------------------------------

Keesokan harinya jam 9 pagi….
Nari sedang menjemur pakaian disamping rumahnya, tiba-tiba terdengar klakson mobil didepan rumahnya. Karena klakson mobil tersebut terus berbunyi, Nari memutuskan untuk melihat kedepan rumah. Ketika Nari keluar dari rumah terlihat  mobil Ji Hoo sedang bertengger didepan rumahnya, lalu keluarlah Ji Hoo dan Jung Sook dari dalam mobil.
“nonaaaa” panggil Jung Sook yang langsung mendekati Nari
“Jung Sook-ah, sonsengnim”
“apa kau sudah mandi?” tanya Ji Hoo
“sudah”
“kalau begitu ayo kita pergi” lanjut Ji Hoo
“kemana?”
“cepat ganti baju noona dan ikut kami saja, cepatlahhh” ucap Jung Sook dengan aegyonya
Nari yang masih tidak mengerti langsung masuk kedalam rumah untuk bersiap-siap.

Beberapa menit kemudian Ji Hoo, Nari dan Jung Sook sudah berada didalam mobil.
“kita mau kemana?” tanya Nari yang duduk dibangku depan bersama Ji Hoo.
“Coex Aquarium” jawab Jung Sook antusias
“kenapa kesana, apa kau yang memintanya Jung Sook-ah?”
“tidak, kemarin Yoon sonsengnim yang menjanjikannya padaku” jawab Jung Sook yang membuat Nari menatap Ji Hoo
“apa kau keberatan?” tanya Ji Hoo yang merasa ditatap oleh Nari
“tidak” jawab Nari lirih
.
.
.
.
.
Ketiganya sampai di Coex Aquarium dan langsung berkeliling kedalam. Jung Sook terlihat senang dan antusias, Nari juga terlihat senang. Setelah setengah jam mereka berkeliling, akhirnya mereka bergabung bersama pengunjung lain menonton sebuah pertunjukan didepan aquarium utama. Pertunjukan berlansung sekitar 30 menit setelah pertunjukan selesai para pengunjung saling berpencar kembali, namun Ji Hoo, Nari dan Jung Sook memilih tetap duduk didepan aquarium utama menikmati suasana.
“apa kalian ingin makan sesuatu?” tanya Ji Hoo
“…” Nari dan Jung Sook serempak menggelengkan kepala mereka.
“ingin minum?”
“…” Nari dan Jung Sook kembali menggelengkan kepala.
Ji Hoo tersenyum melihat tingkah kedua orang disampingnya.
“ingin berfoto bersama?”
“…” Nari dan Jung Sook mengangguk dengan antusias
Ji Hoo kembali tersenyum dengan jawaban Nari dan Jung Sook, lalu dia mengeluarkan ponselnya.
Ji Hoo, Nari dan Jung Sook berfoto bersama dengan ceria. Ji Hoo lumayan banyak mengambil foto mereka bertiga bahkan dia sempat diam-diam mengambil foto Nari yang sendiri.

Skip-----

Jam 12 malam Nari baru saja menyelesaikan tugasnya di rumah sakit dan bersiap-siap untuk pulang. Sesampainya didepan rumah sakit, mobil Ji Hoo tiba-tiba berhenti dihadapannya.
“Han Nari-shi, mau kuantar pulang?” tanya si pengemudi yang tak lain adalah Ji Hoo
“Yoon sonsengnim, tidak usah saya bisa pulang sendiri” jawab Nari
“rumahmu satu arah dengan rumahku, masuklah” ucap Ji Hoo
“em__baiklah”
.
.
.
.
“kakakmu tidak menjemput?” tanya Ji Hoo
“tadi sore kakak saya berangkat ke Busan”
“jadi sekarang kau sendirian lagi dirumah?”
“iya”
“kau tidak takut?”
“kenapa takut?”
“banyak tindak kejahatan belakangan ini”
“sejauh ini untungnya lingkungna rumah kami aman”
“hari ini kau tidak ke coffe shop kan?”
“tidak”
.
.
.
Nari dan Ji Hoo telah berada didepan rumah Nari.
“apa sonsengnim mau mampir?” tanya Nari ragu
“apa kau punya teh hijau?”
“iya ada”
Ji Hoo ikut masuk bersama Nari.
Ji Hoo langsung duduk diruang tengah, sedang Nari langsung bergegas ke dapur membuatkan teh.
Nari kemudian menghidangkannya untuk Ji Hoo.
“terima kasih sudah mengantar saya sonsengnim”
“sama-sama” jawab Ji Hoo yang langsung menyeruput tehnya.
“apa rumah sonsengnim jauh dari sini?”
“em yah sekitar setengah jam jika menggunakan mobil”

Stand by me nal parabwajwo...ajik sarangeul morujiman...
Ponsel Nari berbunyi dan dia ijin sebentar pada Ji Hoo untuk mengangkatnya. Nari masuk ke kamarnya dan mengangkat teleponnya.
“yoboseyo oppa”
“dongsaeng-ah kau sudah pulang?” tanya seseorang disebrang yang adalah Jun Ri
“iya baru saja sampai rumah, apa oppa belum tidur?”
“belum, dongsaeng-ah….
“ada apa oppa?”
“mianhae”
“kenapa minta maaf?”
“hanya ingin saja, maafkan oppa yang belum bisa jadi kakak yang baik untukmu”
itu tidak benar, oppa adalah kakak terbaik yang pernah kumiliki”
“benarkah?”
“tentu”
“terima kasih dongsaeng-ah, oppa sangat menyayangimu, kau harus bisa menjaga dirimu”
“kenapa perkataan oppa aneh sekali?”
“tidak apa-apa, aku hanya sedang merasa lelah, ya sudah istirahatlah”
“sungguh tidak apa-apa? Oppa juga harus istirahat”
“percayalah tidak ada apa-apa, oppa juga akan segera istirahat”
“baiklah, sampai besok oppa”
“iya” jawab Jun Ri yang langsung menutup teleponnya.
.
.
Nari keluar dari kamar dan mendapati Ji Hoo yang tertidur disofa, Nari berniat membangunkannya namun tidak tega karena melihat wajah Ji Hoo yang terlihat pulas.

Skipp-----

Keesokan paginya….

“apa kemeja kakak saya kekecilan? Maaf karena kakak saya tidak punya banyak kemeja” ucap Nari setelah  melihat Ji Hoo keluar dari kamar kakaknya.
“ini pas, sepertinya ukuran badan kami sama” jawab Ji Hoo
“benarkah?”
“…” Ji Hoo mengangguk pasti
“mari sarapan dulu sonsengnim, saya sudah menyiapkannya”
.
.
“apa masakan saya enak?” tanya Nari
“ini enak”
“syukurlah”
“ngomong-ngomong kenapa semalam kau tidak membangunkanku, apa kau sengaja ingin aku menginap disini?”
Nari terkejut dengan pertanyaan Ji Hoo dan langsung menggelengkan kepalanya.
“tidak, bukan begitu sonsengnim, semalam saya ingin membangunkan sonsengnim tapi sonsengnim kelihatannya tertidur pulas jadi saya tidak tega, dan juga saya khawatir terjadi sesuatu pada sonsengnim jika menyetir pulang dalam keadaan mengantuk”
“kau khawatir padaku?”
“tentu saja”
“kenapa?”
“ya karena sonsengnim adalah atasan saya”
“apa kau hanya menganggapku sebatas itu?”
“hah?” Nari tidak mengerti pertanyaan Ji Hoo
“tidak apa-apa, lupakan saja”
.
.
.
.
Nari mengantar Ji Hoo sampai didepan mobilnya.
“apa kau masih shift sore?” tanya Ji Hoo
“iya”
“kau akan ke coffe shop?”
“iya mungkin nanti siang saya ke coffe shop”
“jadi kau mau istirahat dulu dirumah?”
“tidak, setelah ini saya akan ke JH Food dulu”
“JH Food?”
“iya sesekali saya ada pekerjaan part time sebagai pencicip makanan”
Ji Hoo tersenyum mendengar perkataan Nari, “apa masih ada lagi pekerjaan part time yang kau lakukan selain di coffe shop dan JH Food?”
“iya ada, tapi saya sudah tidak melakukannya lagi, sekarang saya hanya part time di coffe shop dan sesekali di JH Food”
“kau mengingatkanku pada seseorang” ucap Ji Hoo yang membuat Nari terkejut
“siapa?”
“orang yang pernah kusukai” jawab Ji Hoo
“aku pergi dulu, sampaikan pada kakakmu aku akan segera mengembalikan kemejanya” lanjut Ji Hoo yang langsung membuka pintu pengemudi.
“hati-hati dijalan sonsengnim” ucap Nari


------------------------------------


Jam 3 sore di Rainbow hospital….

Nari memasuki rumah sakit sambil berlari dengan wajah cemas, dia terus berlari hingga langkah kakinya sampai di ruang ICU.
Nari menghentikan langkahnya tatkala dia melihat dokter Kim, Ji Hoo, perawat Min dan perawat Lee tengah berkumpul.
“Kim sonsengnim, apa yang terjadi?” tanya Nari cemas
“tadi pagi Jung Sook meminta ijin untuk pulang kerumah agar bisa bertemu dengan keluarganya, ibunya bilang mereka makan siang bersama dan menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama ayah dan kakak Jung Sook tapi satu  jam yang  lalu tiba-tiba Jung Sook merasa kesakitan dibagian kepalanya dan jatuh pingsan, setelah dia dibawa kesini dan aku mengecek keadaannya…..” dokter Kim Hyuk ragu untuk melanjutkan kata-katanya
“keadaannya bagaimana sonsengnim?” tanya Nari
“perawat Han, maaf tapi sepertinya waktu Jung Sook sudah habis….” Ucap dokter Kim lirih
Seketika kedua kaki Nari terasa lemas, air matanya pun jatuh tak terbendung, perawat Min dengan sigap memegangi tubuh Nari agar tidak jatuh.
“kau harus kuat perawat Han, Jung Sook sudah melewati hari-hari yang menyenangkan bersamamu, Tuhan pasti sangat menyayanginya, mungkin Jung Sook akan merasa lebih baik disana”
Nari hanya terdiam tak berkata apapun, Ji Hoo terus menatap Nari dan merasakan kesedihan yang sama.
.
.
“perawat Han kau sudah datang?” ucap ny. Kang saat dia baru keluar dari ruang Jung Sook
Nari dan beberapa orang yang berada di depan ruang  ICU langsung menatap ny. Kang.
“iya nyonya saya disini” jawab Nari
“masuklah, Jung Sook sudah sadar dan dia ingin bicara denganmu dan juga dokter Yoon”
.
.
.
“Jung Sook-ah, apa kau merasa lebih baik?” tanya Nari sambil memegang tangan kanan Jung Sook”
Jung Sook tersenyum lemah menatap Nari dan Ji Hoo.
“Yoon sonsengnim…berikan tanganmu padaku…” ucap Jung Sook
Ji Hoo pun mengulurkan tangannya, Jung Sook meletakkan telapak tangan Ji Hoo diatas telapak tangan Nari.
“Nari noona, Yoon sonsengnim, terima kasih sudah memberikan waktu yang menyenangkan bersamaku, dan terima kasih pula untuk perhatian dan cinta kalian padaku, noona… kau sudah menepati janjimu jadi kau sudah tidak berhutang apa-apa lagi padaku, dan Yoon sonsengnim bisakah aku meminta sesuatu padamu?”
“katakanlah Jung Sook-ah” ucap Ji Hoo
“maukah Yoon sonseng menjaga Nari noona?”
Sontak Nari, Ji Hoo, nyonya dan tuan Kang beserta Kang Ha Neul terkejut mendengar pertanyaan Jung Sook.
“jawab aku Yoon sonseng” ucap Jung Sook
“Jung Sook-ah kenapa kau meminta sesuatu seperti itu pada Yoon sonsengnim” ucap Nari
“aku bersedia, aku akan menjaga perawat Han” ucap Ji Hoo tiba-tiba dan membuat Nari lebih terkejut
Jung Sook tersenyum lega, “kalau begitu Yoon sonseng tidak boleh mengingkarinya, ibu, ayah dan kakakku yang jadi saksinya, jika Yoon sonseng sampai menyakiti Nari noona maka aku akan menghukumu dari surga” ucap Jung Sook sambil menunjukkan kepalan tangan kirinya pada Ji Hoo.
Ji Hoo dan semuanya tertawa dalam kesedihan mendengar ucapan Jung Sook.
Jung Sook melepas kaitan tangannya pada tangan Nari dan Ji Hoo kemudian meminta ayah, ibu dan kakaknya mendekat.
“oemmaaa…aku sangat mencintai oemma, oemma harus hidup bahagia, Kang appa….aku tahu kau mencintai oemma dan juga mencintaiku, terima kasih atas cintamu pada kami, Ha Neul hyung….kau adalah kakak terbaik yang pernah kumiliki, aku mencintaimu, lakukanlah yang terbaik untuk appa dan oemma, dan juga appa…oemma… aku punya permintaan untuk kalian…”
“permintaan apa Jung Sook-ah, katakanlah” ucap tuan Kang
“buatlah adik untukku dan Ha Neul hyung, agar setelah aku pergi Ha Neul hyung tidak kesepian, Ha Neul hyung….”
“iya Jung Sook dongsaeng” jawab Ha Neul
“uljima (jangan menangis) kau harus tumbuh menjadi pria yang bisa menjaga appa dan oemma juga calon adik kita, berjanjilah kau akan menjaga mereka”
“tentu, aku berjanji akan menjaga mereka dongsaeng-ah, aku juga sangat mencintaimu” Ha Neul memeluk Jung Sook erat
“aku tahu… oemma….appa….hyung….Yoon sonseng….Nari noona selamat tinggal, aku mencintai kalian semua…”
Titttttttttttttttttttttttttttttttttttt…………………………..
Garis lurus nampak berjalan dilayar monitor disamping Jung Sook menandakan anak lelaki itu telah pergi selamanya…..


------------------------

3 hari kemudian…..
Jam 10 pagi
Ny. Kang, tuan Kang, Kang Ha Neul, Ji Hoo, Nari, dan puluhan orang lainnya terlihat baru keluar dari area pemakanan setelah proses pemakaman Jung Sook selesai.
Sesampainya ditempat parkir, Ji Hoo langsung menghentikan keluarga Kang, Ji Hoo pergi kemobilnya sebentar untuk mengambil sebuah paper bag.

“nyonya Kang ini untukmu, didalamnya adalah album foto yang berisi foto-foto Jung Sook saat dia pergi ke kebun binatang bersama perawat Han dan saat dia pergi ke aquariaum bersamaku dan perawat Han, dia memintaku untuk mencetak foto-fotonya agar bisa diberikan pada nyonya” jelas Ji Hoo setelah menyodorkan sebuah paper bag pada ny. Kang.
“terima kasih Yoon sonsengnim, perawat Han”
“iya nyonya” jawab Ji Hoo dan Nari bersamaan
“kapan-kapan kalian harus makan malam bersama dirumah kami” ucap tuan Kang
“benar,  jika kami mengundang kalian makan, kalian akan datang kan?” tanya ny. Kang
“tentu” jawab Ji Hoo
“kami akan datang tuan, nyonya”
“baiklah, sampai jumpa Yoon sonsengnim, perawat Han” ucap tuan Kang
“sampai ketemu Nari noona, Yoon sonsengnim” ucap Ha Neul
“iya sampai jumpa” jawab Ji Hoo dan Nari hampir bersamaan
.
.
.
.
“kau shift malam lagi?” tanya Ji Hoo setelah mereka duduk bersama di coffe shop Mae Ri
“iya”
“ambillah libur hari ini”
“saya sudah mengambil libur dihari meninggalnya Jung Sook”
“kalau begitu aku yang akan mengatakan pada kepala perawat Lee” ucap Ji Hoo mengeluarkan ponselnya.
“jangan_____biar saya saja, saya akan meminta ijin tidak masuk”
Nari langsung menelepon perawat Min untuk minta ijin.
“mereka pasti kerepotan karena saya, apa sonsengmin aslinya seperti ini?” ucap Nari
“seperti apa?” tanya Ji Hoo heran
“berbuat seenaknya sendiri”
Ji Hoo langsung teringat perkataan Jun Pyo beberapa waktu lalu saat dia betemu Nari di Shinhwa hotel
“Ji Hoo-ah apa sekarang sifat ‘seenak sendiri’ milikku telah beralih padamu?”
Ji Hoo tersenyum mengingat perkataan Jun Pyo tersebut.
“kenapa sonsengnim tersenyum?” tanya Nari heran
Ji Hoo langsung menyembunyikan senyumnya, “aku hanya sedang teringat pada temanku”
“ayo pergi….” Ucap Ji Hoo yang langsung merarik tangan Nari
Mae Ri dan Ji Sung yang sedari tadi memperhatikan kedua insan itu hanya melambaikan tangannya pada Nari dan Ji Hoo ketika mereka keluar dari Coffe shop.
.
.
.
.
.
3 jam kemudian Ji Hoo dan Nari sampai di pantai Gyeongpo di Gangneung Propinsi Gangwon.
“kenapa sonsengnim membawa saya kemari?” tanya Nari heran setelah Ji Hoo memarkirkan mobilnya didekat pantai.
“sudah jam 2 siang, kita cari makan dulu” Ji Hoo menarik tangan Nari menuju sebuah kedai makanan dekat hutan pinus disekitar pantai.
.
.
.
“kau sudah kenyang?” tanya Ji Hoo setelah mereka selesai makan
“bagaimana tidak kenyang jika sonsengnim meminta saya menghabiskan semua ini” jawab Nari menunjuk piring-piring makanan yang telah mereka habiskan.
Ji Hoo tersenyum melihat reaksi Nari.
“kenapa sonsengnim dari tadi terus tersenyum, hari ini kan hari pemakanan Jung Sook”
“apa Jung Sook meminta kita untuk terus bersedih dan menangis?”
“…..”
“dia sudah tenang dan bahagia disana, lihatlah kelangit dengan hati dan kenanganmu bersama Jung Sook, kau pasti akan melihat wajah Jung Sook yang tersenyum, lagi pula aku harus menepati janjiku padanya”
“menepati janji?”
“janjiku untuk menjagamu” ucap Ji Hoo menatap Nari.
Nari langsung salah tingkah melihat tatapan Ji Hoo, jantungnya juga tiba-tiba berdebar kencang membuat Ji Hoo kembali tersenyum.
“apa kau gugup?” tanya Ji Hoo menggoda
“ti__tidak, gugup kenapa?” ucap Nari menyembunyikan debaran jantungnya.
“apa kau suka suasana disini?”
“em, iya tentu saja, disini indah dan sejuk, terima kasih sudah membawa saya kesini, tapi jika sonsengnim ingin pergi kepantai kenapa tidak ke Eurwangni saja yang dekat, kenapa harus menyetir jauh-jauh kesini, apa sonsengnim tidak lelah?”
“suasana disini lebih tenang” jawab Ji Hoo singkat
.
.
.
.
Ji Hoo dan Nari berjalan-jalan menyusuri pantai dengan menenteng sepatu mereka masing-masing.
“sonsengnim, sudah jam 4, ayo kita pulang” ajak Nari pada Ji Hoo
“tunggu sampai sunset tiba” jawab Ji Hoo memandang pantai dihadapannya
“tapi itu masih sekitar 2 jam lagi, apa sonsengnim tidak akan kelelahan, sonsengnim masih harus menyetir pulang”
Ji Hoo menoleh ke arah Nari dan menarik tangan Nari pergi, “kalau begitu buat agar aku tidak lelah”
.
.
.
Keduanya kembali duduk di meja pantai dibawah deretan pohon pinus, sesaat kemudian Ji Hoo merebahkan kepalanya ke pangkuan Nari lalu memejamkan matanya. Nari terkejut dengan perlakuan Ji Hoo namun tak bisa berbuat apapun selain membiarkan Ji Hoo tidur.
“bangunkan aku jika sunset hampir tiba” ucap Ji Hoo dengan matanya yang terpejam.
Nari hanya diam tidak menjawab, namun dalam hatinya berkata “apa dia memang suka berbuat seenaknya sendiri?”
.
.
.
2 jam kemudian sunset yang ditunggupun tiba.
“sonsengnim, bangun….., sunsetnya sudah tiba” ucap Nari sambil menyentuh bahu Ji Hoo, namun pria itu tidak bergeming.
“sonsengnim…sonsengnim….” Nari mengerakkan bahu Ji Hoo dan bersuara lebih keras.
“bangunlah sonsengnim…”
Ji hoo pun akhirnya terbangun dan memposisikan badannya untuk duduk disebelah Nari. Ji Hoo memandang lurus kedepan menikmati sunset yang sebentar lagi berakhir, sedang Nari memandang Ji Hoo sedikit kesal.
“sunsetnya hampir habis, kau tidak mau lihat?” ucap Ji Hoo dengan tatapan tetap lurus kedepan.
Naripun mengalihkan pandangannya dari Ji Hoo dan ikut memandang sunset.
Beberapa menit kemudian sunsetpun hilang dan kini kegelapan malampun tiba.
“Han Nari-shi” Ji Hoo menoleh pada Nari
“iya sonsengnim” Nari juga menoleh menatap Ji Hoo
“apa yang kau pikirkan tentangku?”
“em, awalnya saya pikir sonsengnim adalah pria yang baik, lembut, bersahaja walau kadang terlihat dingin, tapi sekarang___”
“tapi apa?”
“melihat sikap sonsengnim hari ini, saya pikir sonsengim sedikit egois”
“apa kau marah padaku?”
“saya tidak marah, hanya saja seharusnya sonsengnim bertanya dulu padaku sebelum mengajakku pergi”
“apa kau merasa tidak nyaman bersamaku?”
“bukan begitu, sejujurnya saya senang bisa kesini dan melihat pantai, tapi saya merasa sedikit tidak enak karena sonsengnim adalah atasan saya…..”
“kalau begitu jangan panggil aku sonsengnim jika berada diluar rumah sakit, bukankah itu akan lebih nyaman untukmu”
“lalu saya harus memanggil apa?”
“terserah, dan jangan gunakan bahasa formal lagi padaku jika bukan di rumah sakit”
“sonsengnim….”
“apa kau tahu, aku bukanlah orang yang seperti ini sebelumnya, aku selalu bersikap sesuai aturan, acuh dengan urusan orang lain, tapi sejak bertemu denganmu aku sudah beberapa kali bersikap seenak sendiri seperti yang kau bilang, awalnya aku tidak mengerti kenapa aku seperti ini, tapi setelah kupikirkan selama beberapa hari terakhir kurasa ini semua karena___” Ji Hoo menghentikan ucapannya dan menatap Nari
“Han Nari-shi, apa kau punya pacar?” tanya Ji Hoo
Nari menggelengkan kepalanya, “tidak, saya tidak punya”
“apa ada orang yang kau suka?”
“itu….em….”
“Han Nari-shi, kurasa aku menyukaimu” ucap Ji Hoo tiba-tiba yang membuat jantung Nari terasa meledak karena terkejut, kedua matanyapun membulat memandang mata Ji Hoo.
Belum sempat Nari menetralkan debaran jantungnya, Ji Hoo sudah mendekatkan wajahnya dan….
CUPPP…..
Ji Hoo menempelkan bibirnya pada bibir Nari dan menciumnya lembut, Nari hanya bisa menahan nafasnya dan tidak bisa bergerak sedikitpun karena sekujur tubuhnya terasa tersengat listrik, otaknyapun tidak bisa berpikir apapun dan akhirnya Nari memejamkan matanya merasakan sentuhan yang diberikan Ji Hoo.

Skipp------

Ji Hoo menghentikan mobilnya didepan rumah Nari, dilihatnya rumah itu masih gelap tanda tidak ada orang didalam. Ji Hoo menoleh kearah gadis disampingnya yang tertidur pulas. Ji Hoo mengambil tas Nari mencari sesuatu yaitu kunci rumah.
.
.
Ji Hoo menggendong Nari dipunggungnya sampai di kamar gadis itu, kemudian Ji Hoo merebahkan Nari pelan-pelan, melepas sepatunya dan menyelimutinya.
Ji Hoo duduk disamping tubuh Nari dan memandang wajah gadis itu.
Tiba-tiba ponsel Nari bergetar ada sebuah panggilan dari nomer tak dikenal, Ji Hoo mengambil ponsel itu dan memutuskan untuk menerima panggilan itu.
“yoboseyo..” ucap Ji Hoo
“yoboseyo…apa ini nomor adik dari Han Jun Ri?” tanya suara disebrang
Ji Hoo merasa seperti mengenali suara tersebut tapi ingin memastikan lebih dulu.
“iya benar, tapi dia sedang tidak bisa menerima telepon, apa terjadi sesuatu pada Han Jun Ri-shi”
“em begini saya Song Woo Bin kepala kepolisian Gangnam, Han Jun Ri-shi….”
“Woo Bin-ah….” Ucap Ji Hoo yang kini telah yakin jika suara disebrang adalah temannya Woo Bin
“siapa ini, kau…”
“kau tidak mengenali suaraku?” tanya Ji Hoo
“Ji Hoo? Tapi kenapa kau bisa menjawab telepon ini, apa kau mengenal pemilik ponsel ini?”
“iya, ini ponsel Han Nari, aku sedang dirumahnya”
“APAAAA!!!”

Skip-----

Ji Hoo berlari memasuki Shinhwa hospital menuju UGD, langkahnya terhenti saat melihat Woo Bin yang sedang bicara dengan Jan Di di dalam UGD.
“Woo Bin-ah, apa yang terjadi pada kakak Nari?” tanya Ji Hoo dengan nafas yang sedikit terengah-engah
“slow down brother, aku akan menjelaskannya, tapi….dimana Han Nari?” ucap Woo Bin
“dia sedang tidur, aku tidak tega membangunkannya” jawab Ji Hoo yang langsung membuat Woo Bin dan Jan Di menatap heran kearah Ji Hoo
“jangan menatapku seperti itu, sekarang jelaskan apa yang terjadi”
“sebaiknya kita bicara diluar” ucap Jan Di
.
.
.
Ketiganya bicara disebuah ruang santai tidak jauh dari UGD.
“aku tidak tahu jika Han Jun Ri ternyata adalah kakak dari Han Nari, jika aku tahu sebelumnya mungkin aku akan bicara dengan Nari” ucap Woo Bin
“sebenarnya ada apa?” tanya Ji Hoo penasaran
“begini, sebenarnya beberapa hari lalu aku menangkap Han Jun Ri dalam sebuah operasi penyelundupan narkoba di Busan, setelah melakukan intrograsi aku mendapat info jika Han Jun Ri melakukan pekerjaan kotor itu karena dia harus membayar hutang pada seorang mafia, lalu aku dan timku memutuskan menggunakan Han Jun Ri untuk menjebak mafia itu untuk membongkar tempat produksi narkoba mereka, dan Han Jun Ri menyetujuinya, dan hari ini adalah operasi yang kami rencanakan, kami berhasil menemukan gudang tempat produksi dan penyimpanan narkoba serta menangkap mafia itu, tapi Han Jun Ri terluka karena terjatuh dari lantai 2 saat berkelahi dengan tangan kanan mafia itu, begitulah ceritanya”
“lalu bagaimana keadaannya sekarang?”
“Han Jun Ri-shi mengalami patah tulang pada lengan kanannya dan pendarahan di otaknya, kami sudah melakukan operasi dan berhasil menghentikan pendarahannya, mungkin besok dia sudah bisa siuman” jelas Jan Di
“dimana dia sekarang?”
“kami sudah memindahkannya ke ruang perawatan di lantai 3” ucap Jan Di
“dan aku menempatkan 2 anak buahku didepan ruang rawatnya untuk berjaga-jaga”
“begitu, terima kasih atas bantuanmu Jan Di-ah, Woo Bin-ah”
“tidak perlu berterima kasih sunbae, tapi kau belum menjelaskan bagaimana bisa kau ada dirumah Han Nari, apa kalian benar-benar berkencan?”
“katakan yang sejujurnya Ji Hoo-ah”
“sebenarnya tadi kami pergi bersama dan saat aku mengantarnya pulang dia tertidur dan seperti yang tadi kubilang aku tidak tega membangunkannya”
Jan Di dan Woo Bin tersenyum menanggapi jawaban Ji Hoo.
“Jan Di-ah, kurasa sekarang kau tidak perlu menghawatirkan Ji Hoo karena dia sekarang sudah jatuh cinta pada gadis lain” ucap Woo Bin dengan senyum jahilnya.
“sunbae benar, Ji Hoo sunbae cukhae (selamat) aku harap hubungan kalian berjalan lancar” ucap Jan Di dengan senyum cerahnya yang membuat Ji Hoo ikut tersenyum.

-----------------------------

Keesokan paginya di Shinhwa hospital…..
Nari tampak sedang berbicara dengan Woo Bin didepan ruang perawatan Jun Ri.
.
.
“jika kakakku sudah sadar, apa yang akan terjadi padanya letnan Song?” tanya Nari
“jangan memanggilku dengan sebutan seperti itu, panggil saja namaku atau kau juga bisa memanggilku ja-hyoeng (kakak ipar)” ucap Woo Bin
“ja___ja hyoeng?” tanya Nari heran
Woo Bin hanya tersenyum simpul, “nanti kau juga akan tahu apa maksud sebutan ja hyoeng itu, dan mengenai kakakmu, setelah dia sadar dan kondisinya stabil maka kami harus membawanya kembali ke rumah tahanan, meski dia sudah banyak membantu dalam penangkapan Tn.Kim tapi yang namanya kesalahan dan hukum harus tetap berjalan, kau mengerti maksudku kan? Aku hanya bisa membantunya dengan meminta jaksa untuk meringankan tuntutan pada kakakmu, maaf aku tidak bisa membantu lebih banyak” jelas Woo Bin
“iya aku mengerti, aku juga mengerti kenapa kakakku melakukan hal buruk seperti itu, terima kasih atas bantuan dan perhatian letnan Kim pada kakakku, aku tidak tahu harus membalasnya dengan cara seperti apa”
“hey sudah kubilang jangan panggil aku letnan”
“ah iya maaf Song Woo Bin-shi” ucap Nari tersenyum
“itu terdengar lebih baik, dan kau tidak usah bingung untuk membalas apa yang sudah kulakukan, kau berada disamping Ji Hoo itu sudah cukup bagiku, anggap saja itu cara untuk membalasku he he he”
“maksudmu Yoon sonsengnim?”
“tentu, siapa lagi, kau tahu kan kalau aku, Ji Hoo, Jun Pyo dan Yi Jung bukan sekedar sahabat tapi kami adalah saudara dan keluarga, jadi jika Ji Hoo bahagia maka aku juga akan ikut bahagia, aku harus kembali ke kantor sekarang, sampai jumpa lagi  jesushin (adik ipar) Han” ucap Woo Bin tersenyum dan berlalu pergi tanpa memberi kesempatan Nari untuk mempertanyakan sebutan adik ipar dari Woo Bin.
.
.
.

“oppa….kau sudah sadar?” tanya Nari ketika melihat Jun Ri membuka matanya
“oh…dimana aku?” ucap Jun Ri dengan mengerjap-ngerjapkan matanya
“oppa dirumah sakit, Kim Woo Bin-shi yang membawamu kesini, dia sudah menceritakan semuanya”
Jun Ri terdiam menatap Nari
“oppa…kau merasa pusing? Aku akan panggilkan dokter dulu ya” Nari beranjak dari duduknya ingin keluar tapi tangannya ditahan Jun Ri.
“mianhae dongsaeng-ah” ucap Jun Ri lirih
“oppa tidak perlu minta maaf, aku mengerti kenapa oppa melakukan ini semua, aku justru sangat bangga pada oppa karena oppa berani mengambil keputusan untuk bekerja sama dengan polisi” Nari tersenyum menenangkan Jun Ri
“benarkah? Kau tidak marah padaku?”
“aku akan marah jika oppa benar-benar menjadi orang jahat”
“tidak akan, aku akan selalu jadi oppa yang baik untukmu” ucap Jun Ri tersenyum

------------------------------



3 hari kemudian….
Jam 1 siang di Rainbow hospital….
Ji Hoo mendatangi ruang bagian kanker mencari Nari.
“perawat Min, dimana perawat Han?” tanya Ji Hoo yang langsung membuat heran perawat Min dan perawat lainnya di lobi ruang kanker
“perawat Han sedang di kamar no. 6” jawab perawat Min
“terima kasih” ucap Ji Hoo seraya melangkah menuju kamar no. 6
.
.
Ji Hoo masuk ke kamar no. 6, dilihatnya Nari yang sedang menyuapi seorang pasien perempuan berumur 6 tahun.
Beberapa menit kemudian Nari selesai menyuapi pasien tersebut.
“woah Nana-ah kau hebat sekali bisa menghabiskan makananmu, nah sekarang minum obatnya ya” ucap Nari tersenyum dan mengambil 3 butir tablet dari nakas sebelah ranjang pasien tersebut
“jika aku minum obat apa ibuku akan segera datang?” ucap si pasien yang bernama Nana
“tentu, tadi ibumu sudah menelepon katanya akan tiba sebentar lagi”
“apa unnie akan menemaniku sampai ibuku datang?”
“tentu saja, sekarang kau minum obatnya dulu ya”
Nana akhirnya menimum obat yang diberikan Nari, dia lalu tak sengaja memandang ke arah pintu kamar dimana Ji Hoo masih berdiri disana mengamati Nari.
“woah dokter itu tampan sekali” celetuk Nana sambil menunjuk ke arah Ji Hoo, Nari pun langsung menengok ke arah yang ditunjuk Nana dan langsung terkejut karena Ji Hoo sedang berdiri memandangnya.
Merasa dia sudah ketahuan maka Ji Hoo melangkah masuk dan menyapa Nana.
“annyeong, apa kau pasien baru disini?” tanya Ji Hoo ramah
“iya, namaku Jung Nana, aku baru dirawat disini sejak kemarin” jawab Nana ceria
“namamu bagus sekali Nana-ah, perkenalkan namaku Yoon Ji Hoo, aku rasa kita akan sering bertemu”
“Yoon Ji Hoo, sonsengnim kau tampan sekali” ucap Nana tersenyum lebar menatap Ji Hoo
Ji Hoo pun tersenyum menanggapi pujian Nana, “benarkah? Tapi kurasa hanya kau yang bilang seperti itu” jawah Ji Hoo
“tidak mungkin, apa tidak ada orang lain yang bilang kalau sonsengnim tampan? Menurutku kau bahkan mirip dengan tokoh anime di komik-komik yang kubaca”
Ji Hoo kembali tersenyum denga celotehan Nana, “aku pernah mendengar orang lain bilang aku tampan, tapi kurasa unnie disebelahmu ini tidak sependapat” ucap Ji Hoo menunjuk Nari dan Nari hanya menatap terkejut pada ucapan Ji Hoo
“benarkah itu unnie? Menurutmu Yoon sonsengnim ini tidak tampan?” tanya Nana pada Nari
“bukan begitu, Yoon sonsengnim tentu saja tampan” jawab Nari salah tingkah
“kalau aku tampan berarti kau menyukaiku juga kan?” ucap Ji Hoo menggoda Nari
Nana menatap Ji Hoo dan Nari bergantian, “sonsengnim….apa kau menyukai Nari unnie?”
“iya, aku menyukainya tapi kurasa dia tidak menyukaiku, apa kau tahu cara agar dia menyukaiku juga?” tanya Ji Hoo menatap Nana
“Yoon sonsengnim…” ucap Nari menegur Ji Hoo
“unnie…kenapa kau tidak menyukai Yoon sonsengnim? Apa dia tidak baik padamu?” tanya Nana polos
“bukan begitu Nana-ah, Yoon sonsengnim kau tidak boleh mengatakan hal seperti ini dihadapan anak-anak”
“kalau begitu apa kau mau jika kita bicara berdua?” ucap Ji Hoo menunjuk pintu kamar
“saya harus menemani Nana sampai ibunya datang”
“Nana-ah!!! Oemma datang!!!” ucap seorang wanita berumur 35 tahunan yang baru saja memasuki kamar
“oemmaaa!!!” teriak Nana senang
Wanita yang dipanggil ‘oemma’ oleh Nana langsung memberi hormat pada Ji Hoo dan Nari.
“selamat siang dokter, perawat Han” ucap wanita tersebut ramah
“nyonya, tadi Nana sudah makan dan minum obat” ucap Nari
“baguslah, terima kasih sudah menjaga putriku, perawat Han bisa istirahat dulu, aku akan menjaga Nana” ucap ibunya Nana
“baiklah, sampai nanti nyonya, saya permisi” ucap Nari
“saya juga permisi” ucap Ji Hoo yang langsung meraih tangan Nari dan keluar dari kamar rawat Nana.
.
.
.
.
.
.
Ji Hoo dan Nari berada di kantin rumah sakit. Nari menyantap makan siangnya ditemani Ji Hoo yang terus menatapnya dan membuat orang-orang di kantin menatap kearah mereka berdua karena bagi para pekerja di Rainbow hospital baru kali ini Ji Hoo berduaan dengan wanita.
“sonsengnim berhentilah menatapku seperti itu” ucap Nari
“kenapa?”
“mereka sepertinya terus melihat kesini” jawab Nari menengok ke arah orang-orang yang menatap mereka
“biarkan saja, habiskan makananmu” ucap Ji Hoo sambil terus menatap Nari
“sonsengnim, sebenarnya ada apa denganmu? Apa kau tidak takut ada rumor tentang kita dirumah sakit ini?”
“rumor? Bukankah ini adalah kenyataan?”
“kenyataan? Maksud sonsengnim…”
“apa kau lupa dengan yang kukatakan tempo hari, apa kau menganggap kata-kataku adalah candaan?”
“sonsengnim, …. Kenapa sonsengnim menyukaiku?” tanya Nari
“jika kau bertanya seperti itu, aku juga tidak tahu jawaban pastinya, aku memikirkan alasannya selama beberapa hari sebelum aku mengatakannya padamu tapi hasilnya aku tetap tidak tahu pasti apa alasannya, mungkin karena senyumanmu, cara bicaramu, sikapmu, entahlah”
“…..” Nari terdiam dan hanya menatap Ji Hoo sejenak

Skipp------

Di Shinhwa hospital : kamar rawat Han Jun Ri

“apa kau menyukai adikku?” tanya Jun Ri pada seorang pria yang duduk disamping ranjangnya
“iya, aku menyukainya” jawab si pria
Jun Ri tersenyum, “apa yang membuat Yoon sonsengnim menyukai adikku? Kalian berasal dari kalangan yang berbeda bisa dikatakan perbedaan kalian bagai langit dan bumi, kau pasti mengerti  maksudku kan?” ucap Jun Ri pada pria yang ternyata adalah Ji Hoo
“pertanyaanmu sama persis dengannya, Han Nari-shi juga menanyakan hal yang sama, maka aku akan memberikan jawaban yang sama yaitu aku tidak tahu alasan aku menyukainya, yang bisa kukatakan adalah aku merasa nyaman saat bersamanya, aku tersenyum tanpa sadar ketika melihatnya tersenyum, aku bersedih ketika melihatnya bersedih dan jantungku berdebar kencang ketika didekatnya, aku bahkan merasa aku bukan diriku ketika bersamanya” jelas Ji Hoo yang kembali membuat Jun Ri tersenyum
“Yoon sonsengnim, ketika besok aku sudah kembali ke dalam tahanan maka semua orang diluar sana akan tahu bahwa aku adalah seorang narapidana, apa kau tidak masalah memiliki kekasih yang kakaknya adalah seorang narapidana? Kau juga belum tahu sepenuhnya tentang kehidupan kami, pekerjaan apa saja yang pernah dia jalani, apa yang dia sukai dan apa yang dia benci kau pasti belum mengetahui semuanya, jujur saja aku bahagia ada seorang pria sepertimu yang menyukai adikku, tapi disisi lain aku juga merasa khawatir apabila dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan pria sekelas dirimu, aku takut dia terluka, aku takut jika tiba-tiba kau meninggalkannya atau membencinya, aku tidak melarangmu berkencan dengan adikku, tapi bisakah kau mencoba mengetahui banyak hal lebih dulu tentangnya, tentang kami, agar kau tidak menyesal belakangan, apa kau mengerti maksudku?”
“iya, aku mengerti” jawab Ji Hoo
“OPPAAAA!! Aku datang” ucap Nari yang tiba-tiba saja masuk ke kamar rawat Jun Ri tanpa mengetuk pintu
“Yoon sonsengnim?” ucap Nari kemudian ketika dia mendapati Ji Hoo sedang bersama kakaknya
“kau sudah datang, apa kau sudah makan?” ucap Jun Ri
“em belum, tapi aku membawa makanan, apa oppa sudah makan?” ucap Nari
“NARI-AH!! Kenapa kau tidak menungguku?” ucap seorang pria yang baru saja masuk ke kamar rawat Jun Ri, dia adalah Lee Soo Hyun
“owh, siapa ini?” tunjuk Soo Hyun pada Ji Hoo
“dia pemilik Rainbow hospital namanya dokter Yoon Ji Hoo” jawab Jun Ri memperkenalkan Ji Hoo,
Ji Hoo berdiri dari duduknya dan memberi salam perkenalan pada Soo Hyun
“kenapa dia bisa disini?” tanya Soo Hyun heran
“dia kekasih Nari” jawab Jun Ri asal yang langsung membuat Nari memelototkan matanya pada kakaknya
“kekasih? Yah Han Nari kenapa kau tidak cerita padaku kalau kau sudah punya kekasih?” ucap Soo Hyun
“apa itu penting untukmu?” ucap Nari datar
“tentu saja, kau kan sahabatku”
“sudah, sudah, Soo Hyun-ah kau kesini untuk menjengukku kan?” tanya Jun Ri
“iya hyungnim”
“kalau begitu temani aku disini dan biarkan Nari pergi makan malam dengan Yoon sonsengnim”
“ok ok, Nari-ah dan Yoon Ji Hoo sonsengnim silahkan” ucap Soo Hyun mempersilahkan Nari dan Soo Hyun keluar
Nari masih tetap diam berdiri dan menatap kakaknya.
“Han Jun Ri-shi, Lee Soo Hyun-shi, kami permisi dulu” ucap Ji Hoo yang langsung menarik tangan Nari untuk ikut dengannya.
Jun Ri dan So Hyun pun hanya melambaikan tangannya pada Nari.
.
.
.
.
Ji Hoo mengajak Nari makan malam disebuah kedai tidak jauh dari Shinhwa hospital.
Hidangan telah tersedia dihadapan Ji Hoo dan Nari, namun Nari tidak langsung menyantapnya melainkan dia memilih memandangi Ji Hoo.
“kenapa kau memandangku seperti itu” ucap Ji Hoo sambil mengambil sendok dan mulai menyantap hidangan sub daging sapi dihadapannya.
“sonsengnim, mungkin saya akan mengudurkan diri dari Rainbow hospital” ucap Nari mengejutkan Ji Hoo
“apa kau tidak nyaman jika menjalin hubungan di tempat kerja? Atau kau sedang menolakku?”
“sonsengnim saya___”
“mari kita berkencan Han Nari-shi” ucap Ji Hoo memotong perkataan Nari
“…..”
“kau pernah berkencan sebelumnya?” lanjut Ji Hoo
“…..” Nari menggelengkan kepalanya
“aku juga belum pernah berkencan, jadi mari kita berkencan saja”
“sonsengnim belum mengenalku sepenuhnya”
“tapi aku menyukaimu, apa itu tidak cukup menjadi alasan?”
“…..”
“apa kau punya pemikiran seperti kakakmu?”
“kakakku?”
“Han Nari, jangan memikirkan hal-hal yang tidak penting, lakukan saja apa yang kutakan”
“baiklah, Yoon Ji Hoo sonsengnim kita berkencan” ucap Nari sambil menatap lekat pada Ji Hoo


-------------------------------



2 minggu kemudian Han Jun Ri disidang atas kesalahannya terlibat dalam pengedaran dan penyelundupan narkoba, dia mendapat keringanan karena bersikap kooperatif selama penyelidikan dan telah membantu kepolisian dalam penangkapan kelompok Mr. Kim, dan Han Jun Ri akhirnya diberi hukuman 1 tahun penjara.
Berita terpidananya Han Jun Ri pun sampai ke telinga para pekerja di Rainbow hospital, ditambah hubungan Ji Hoo dan Nari yang telah diketahui pekerja Rainbow hospital membuat iri para perawat, dokter dan pekerja Rainbow hospital sehingga Nari pun mulai dijauhi oleh rekan-rekannya.
.
.
.
.
.
“jadi, sekarang apa rencanamu?” tanya Mae Ri pada Nari yang sejak sejam lalu berkunjung ke Mae Ri coffee shop
“sebenarnya aku sudah berencana mengundurkan diri dari Rainbow hospital, tapi Yoon sonsengnim melarangku, menurut unnie dan Ji Sung oppa bagaimana?” ucap Nari lesu
“lalu apa Yoon sonsengnim mengatakan sesuatu padamu?” tanya Ji Sung
“aku belum sempat bicara dengannya, dia ada seminar di Shanghai sejak 3 hari lalu dan baru kembali besok”
“kau pasti benar-benar mengalami kesulitan karena dia tidak ada” ucap Mae Ri
“aku tidak mau mempersulitnya unnie, bagaimana jika aku mengundurkan diri saja, karena urusan dengan Mr. Kim sudah beres jadi tidak masalah jika aku menjadi penganguran sementara waktu kan”
“dari pada jadi pengangguran sebaiknya kau part time disini saja sampai kau mendapatkan pekerjaan di rumah sakit lain” ucap Mae Ri
“benar, aku lebih terbantu jika kau disini” sambung Ji Sung
“baiklah kalau begitu, aku akan menunggu Yoon sonsengnim kembali besok dan baru menyerahkan surat pengunduran diriku”
“apapun yang terjadi, kami akan ada untukmu Nari-ah” ucap Mae Ri yang disambut anggukan oleh Ji Sung
“aku tahu” jawab Nari dengan senyumannya.
.
.
.
Jam 9 malam…..
Setelah turun dari bus, Nari berjalan menuju rumah sewanya dan melawi jalan yang cukup sepi.
Saat hampir sampai dirumahnya, tiba-tiba Nari dihadang oleh 4 orang pria dari club yang tempo hari berkelahi dengan Ji Hoo.
“selamat malam nona Han, apa kabarmu, apa kau sendirian, kudengar kakakmu sedang dipenjara” ucap pria 1
“apa urusanmu?” ucap Nari ketus
“tidak ada urusannya, tapi kau ada urusan dengan kami nona”
“aku sudah keluar dari club jadi aku sudah tidak punya urusan dengan kalian, kenapa kalian terus mencariku”
“bukankah sudah kujelaskan bahwa sejak kau keluar dan penari lain ikut keluar pendapatan club kami jadi menurun jadi kami ingin memintamu kembali menari, ikut kami sekarang selagi kami masih bersikap baik padamu” ucap pria 2
“jika aku tidak mau apa kalian akan menggunakan kekerasan?”
“tentu saja” jawab pria 1
“CHAGIYAAAAA!!! Sudah berapa kali oppa bilang jangan pulang sendiri” terdengar suara seorang pria yang berjalan dari arah belakang Nari.
Nari dan 4 pria itupun menengok kearah suara tersebut.
“sonsengnim!” ucap Nari saat melihat bahwa pria tersebut ternyata adalah Ji Hoo
“jika kau pulang malam kau harus menelepon oppa, kenapa pulang sendiri?” ucap Ji Hoo yang berjalan mendekati Nari dan langsung merangkul pundak gadis itu.
“bukankah kau pria yang tempo hari berkelahi dengan kami?” tanya si pria 2
“kalian lagi? Kenapa kalian suka sekali mengganggu kekasihku?”
“jadi pria ini adalah kekasihmu? Apa dia sudah tahu kalau kita saling kenal nona Han?” ucap pria 1
“…..” Nari hanya diam menatap tajam si pria 1
“hey flower boy ayo kita berduel lagi, aku yakin kali ini kau tak akan selamat” ucap pria 1
“tidak masalah” ucap Ji Hoo seraya melepas rangkulan tangannya pada Nari dan bersiap bertarung.
“hentikan, sonsengnim sebaiknya kita pergi saja dari sini” ucap Nari memegang lengan Ji Hoo
“jika kita pergi maka mereka akan mengejar, kau tenang saja” jawab Ji Hoo
“nona Han sebaiknya kau minggir” ucap pria 2
.
.
.
Sesaat kemudian perkelahian Ji Hoo melawan 4 pria kekar pun terjadi. Keempat pria tersebut saling bergantian menyerang Ji Hoo. Ji Hoo dengan sigap terus menghindari pukulan dan balas memukul.
Disaat Ji Hoo lengah, salah seorang pria berhasil mendaratkan pukulan keperut Ji Hoo disusul tendangan di tulang kering kaki kanannya dan Ji Hoo pun terjatuh. Disaat itulah ketiga pria lain memukul wajah Ji Hoo bergantian.
“HENTIKAN!! KU MOHON HENTIKAN!!” ucap Nari sembari berlari mendekati Ji Hoo, namun salah seorang pria medorong Nari dengan keras hingga Nari jatuh tersungkur dan siku tangannya terluka.
Melihat hal itu Ji Hoo mengumpulkan kekuatannya untuk berdiri.
3 orang pria flower boy lain datang …. Mereka tidak lain dan tidak bukan adalah Gu Jun Pyo, So Yi Jung dan Song Woo Bin.
“Ji Hoo-ah kau butuh bantuan?” tanya Woo Bin
“hey beraninya kalian berkelahi 4 lawan 1, dasar pecundang” ucap Jun Pyo
“Han Nari-shi kau tidak apa-apa?” tanya Yi Jung yang membantu Nari berdiri
“iya saya tidak apa-apa” jawab Nari
“hah jadi kau memanggil teman-temanmu?” ucap pria 1
“ayo kita berduel 1 lawan 1” lanjutnya
Dan perkelahianpun berlanjut menjadi 1 lawan 1, Ji Hoo berkelahi dengan si pria 1. Ji Hoo berhasil memukul pria 1 dan pukulannya terus berlanjut hingga pria tersebut jatuh, Ji Hoo menendang dan terus menghajar pria 1.
Beberapa saat kemudian keempat pria club sudah tak berdaya melawan F4. Woo Bin mengeluarkan borgol dari balik jaketnya lalu menelepon anak buahnya.
Selang beberapa menit 2 mobil polisi tiba di tempat tersebut dan langsung meringkuk keempat pria club yang sudah babak belur. Sebelum si pria 1 ikut masuk ke mobil polisi dia lebih dulu menengok ke arah Nari dan berkata “aku akan membalasmu nona Han, tunggu saja”
Nari hanya diam tak menanggapi ucapan si pria 1, gadis itu hanya fokus medekap tubuh Ji Hoo yang penuh luka.
.
.
.
.
.
Nari dan F3 membawa Ji Hoo ke Shinhwa hospital untuk mengobati luka-lukanya.
Ji Hoo pun disuruh menginap di salah satu kamar rawat inap VVIP oleh F3.
“kenapa kalian tidak membawaku pulang saja, kakekku akan khawatir” ucap Ji Hoo pada ketiga sahabatnya
“aku sudah menelepon beliau dan menyuruhmu untuk istirahat saja” ucap Jun Pyo
“Han Nari-shi kau temani dia disini, aku yakin dia akan cepat sembuh jika kau bersamanya” ucap Yi Jung
“baiklah” ucap Nari tersenyum
“mengenai 4 pria club itu akan aku urus, kau tidak usah menghawatirkan apapun Han Nari-shi” ucap Woo Bin
“iya, terima kasih Song Woo Bin-shi” ucap Nari
“Woo Bin-ah apa kau sudah merayunya, kenapa dia bisa memanggilmu dengan sebutan shi?” tanya Yi Jung yang juga mewakili perkataan yang akan dilontarkan Ji Hoo
“itu rahasia kami, iya kan Nari-shi?” ucap Woo Bin yang diiyakan oleh Nari
Ji Hoo hanya menatap heran dan juga sedikit kesal pada Nari dan Woo Bin.
.
.
.
.
“kenapa menatapku seperti itu, aku tidak bisa tidur jika kau terus menatapku seperti itu” ucap Ji Hoo
“sonsengnim, kau bilang akan pulang besok tapi kenapa sekarang kau sudah pulang?” tanya Nari
“apa berbohong sedikit pada kekasihku tidak boleh?”
“jadi sonsengnim bohong?”
“kau marah?”
“tidak”
Keduanya kembali terdiam…
“Nari-shi… kau tidak sedang berpikiran buruk kan?” tanya Ji Hoo
“berpikiran buruk?”
“iya, berpikir untuk putus dariku karena kau merasa aku terluka seperti ini karena kau”
“kenapa sonsengnim bisa tahu apa yang kupikirkan?”
“jadi tebakanku benar, itu tertulis jelas didahimu” canda Ji Hoo
“benarkah, kalau begitu aku akan menutup dahiku” Nari menyibakkan sedikit rambutnya untuk menutup dahinya dan Ji Hoo tersenyum dengan tingkah Nari.
“Nari-shi… kemarilah” Ji Hoo meminta Nari berbaring disampingnya
“sonsengnim…” Nari mencoba menolak
“kemarilah” rajuk Ji Hoo
Nari akhirnya mengalah dan berbaring disamping Ji Hoo, Ji Hoo menyibakkan selimutnya untuk menyelimuti tubuh Nari dan tubuhnya. Tangan kiri Ji Hoo menjadi bantalan kepala Nari dan tangan kanannya mendekap tubuh Nari lembut.
“Nari-shi…jangan berpikir aku terluka karenamu, aku melakukan ini karena diriku sendiri, aku ingin berada disampingmu dan melindungimu, jangan pernah berpikir untuk pergi dariku”
“maafkan aku….dan terima kasih Yoon sonsengnim” ucap Nari membalas dekapan Ji Hoo

-------------------------------------



3 hari kemudian….
Ji Hoo menjemput Nari untuk berangkat bersama ke Rainbow hospital.
Sesampainya mereka di depan rumah sakit, Ji Hoo membukakan pintu mobil untuk Nari, bersamaan dengan itu ponsel Ji Hoo berdering ada panggilan masuk dari Shinhwa hospital.
Ji Hoo mengangkat teleponnya sebentar.
“Nari-shi mianhae aku harus ke Shinhwa ada operasi mendadak, kau masuklah dulu, nanti kita makan siang bersama” ucap Ji Hoo memegang lengan Nari lembut
“iya sonsengnim, hati-hati” jawab Nari dengan senyumannya.
.
.
Nari berjalan masuk ke bagian Kanker….
“perawat Han…” panggil perawat Min
“iya sunbaenim”
“kau disuruh menghadap kepala perawat Lee Sun Mi ke ruangannya”
“memangnya ada apa sunbaenim?”
“apa kau tidak tahu?” tanya perawat Min heran
“tahu tentang apa?”
“hey perawat Han kau tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, dasar gadis munafik benar-benar tidak tahu malu” celetuk salah seorang perawat disamping perawat Min
“perawat Kim! Jaga ucapanmu” tegur perawat Min
“tapi aku bicara kenyataan” bela perawat Kim
“perawat Han cepat pergilah ke ruang perawat Lee” ucap perawat Min
“baiklah”
Nari pun berjalan menuju ruang kepala perawat Lee Sun Mi.
.
.
.
“kau tahu ini apa!! Ini sudah melewati batas perawat Han!!” ucap kepala perawat Lee sambil memperlihatkan sebuah foto dilayar laptopnya.
Foto tersebut adalah foto Nari yang sedang menari striptis di Paradise Club dengan tulisan “SEORANG PERAWAT DI RUMAH SAKIT “R” ADALAH ANGGOTA PENARI STRIPTIS DI PARADISE CLUB” disertai sebuah foto Nari memakai seragam perawat.
“ini sungguh memalukan, aku tidak memperdulikan tentang masalah kakakmu yang masuk penjara, tapi ini…..aku tidak bisa mentolelirnya perawat Han”
“ibu kepala saya tidak bekerja disana lagi, saya hanya bekerja disana 2 minggu dan itupun karena saya butuh uang untuk membayar hutang mendiang orang tua saya” ucap Nari berusaha menjelaskan pada atasannya
“meski kau membutuhkan uang kenapa harus pekerjaan seperti ini, mempertontonkan lekuk tubuhmu didepan banyak pria mabuk, dimana harga dirimu perawat Han! Apa kau tidak malu? Apa yang akan dikatakan orang jika tahu kekasih dari direktur Rainbow Hospital adalah mantan penari striptis, apa kau tidak memikirkan posisi Yoon sonsengnim? Apa yang kau lakukan ini sudah mencoreng nama baik Rainbow Hospital, apa kata para orang tua pasien jika tahu masalah ini?”
“….” Nari hanya terdiam tak bisa berkata apapun
“ini! Cepat tulis pengunduran dirimu, aku akan memprosesnya ke bagian HRD dan mentransfer gaji terakhirmu” Perawat Lee menyodorkan sebuah blangko surat pengunduran diri pada Nari.

Skipp-----

Nari pulang kerumah dengan langkah gontai, dia mencoba menghubungi Ji Hoo namun tidak ada jawaban karena Ji Hoo sedang melakukan operasi.
Nari sampai didepan rumahnya, namun dia mendapati 2 koper pakaian dan beberapa barang-barangnya berada diluar rumah. Lalu munculnya seorang wanita paruh baya dari dalam rumah Nari.
“nyonya ada apa ini, bukankah saya sudah membayar sewa sampai 2 bulan kedepan?” tanya Nari pada wanita dihadapannya yang tidak lain adalah pemilik rumah yang disewa Nari dan kakaknya.
“ini! Aku kembalikan uang sewa dan uang jaminanmu, sekarang pergilah dari sini” ucap si pemilik dengan nada ketus sembari memberi uang pada Nari
“tapi kenapa?”
“kenapa? Kau tidak tahu kalau fotomu sudah beredar di internet?”
“foto?”
“iya fotomu yang sedang menari striptis, aku masih bisa mentolerir mengenai status kakakmu yang dipenjara, tapi tidak dengan ini, aku merasa malu rumahku disewa oleh wanita murahan sepertimu, pergilah! Bawa barang-barangmu sekarang juga!!” ucap si pemilik yang kemudian berlalu pergi meninggalkan Nari.
.
.
.
.
.
Nari terpaksa membawa koper dan barang-barangnya ke Mae Ri coffee shop.
“unnie, maaf aku terpaksa membawa barang-barangku ini kesini, aku tidak tahu harus membawanya kemana” ucap Nari pada Mae Ri
“tidak masalah, lalu kau akan tidur dimana? Bagaimana jika kau menginap dirumahku sementara waktu?”
“tidak unnie aku tidak enak jika tinggal dirumahmu, bagaimana jika aku tinggal di café ini sampai aku menemukan tempat tinggal baru, bukankah diruang belakang ada selimut dan bantal?”
“tapi ruangan itu kecil, kau juga mungkin akan kedinginan”
“tidak apa-apa, hanya untuk beberapa hari unnie”
“baiklah, kalau begitu nanti aku akan pulang dan mengambil selimut lagi untukmu”
“terima kasih unnie”
“sayangnya aku tidak bisa menawarimu untuk tinggal dirumahku Nari-ah” ucap Ji Sung
“siapa yang mau tinggal dirumahmu!!” ucap Nari dan Mae Ri bersamaan
“kalian kompak sekali, tapi Nari-ah kau tidak takut menginap disini?” ucap Ji Sung
“apa yang harus ditakutkan?”
“yah mungkin saja kau takut, apa kau sudah bilang pada dokter Yoon mengenai pengunduran dirimu?” tanya Ji Hoo
“dia sedang ada operasi di Shinhwa hospital jadi aku belum bisa menghubunginya, lagi pula aku rasa hubungan kami akan sampai disini saja, aku tidak bisa jika terus membebaninya seperti ini, aku ingin menjalani hidupku seperti dulu sebelum bertemu dengannya”
“aku bisa mengerti perasaanmu Nari-ah, kau istirahatlah saja ke belakang biar kami yang melayani pelanggan” ucap Mae Ri
“em unnie aku ingin mengunjungi Jun Ri oppa sebentar, boleh kan?”
“tentu saja boleh, pergilah dan hati-hati dijalan”
“terima kasih unnie, Ji Sung oppa sampai nanti”
“sampai nanti” jawab Ji Sung dan Mae Ri bersamaan
.
.
.
.
.
Ji Hoo baru saja menyelesaikan operasinya dan mengecek ponselnya, ada 4 panggilan dari Nari, 2 panggilan dan 1 pesan dari Woo Bin. Ji Hoo yang khawatir pada Nari langsung menghubungi Nari namun ponsel Nari tidak aktif, akhirnya Ji Hoo memutuskan membuka pesan dari Woo Bin yang ternyata pesan tersebut adalah kiriman foto Nari menari striptis disertani pertanyaan dari Woo Bin “Ji Hoo-ah apa benar ini adalah Han Nari?”
Ji Hoo sangat terkejut dengan foto yang dilihatnya, diapun teringat beberapa waktu lalu saat dirinya dan Woo Bin pergi ke Paradise club dan melihat seorang penari striptis yang mirip dengan Nari.
Ji Hoo segera mengganti pakaiannya, setelah itu sambil berjalan keluar dari Shinhwa hospital Ji Hoo terus mencoba menghubungi Nari.
.
.
.
Ji Hoo sampai di Rainbow hospital dan langsung mencari Nari ke ruang Kanker.
“tadi pagi kepala perawat Lee memanggil perawat Han ke ruangannya dan tidak lama setelah itu ada pemberitahuan jika perawat Han telah mengundurkan diri” ucap perawat Min memberi penjelasan pada Ji Hoo
“kepala perawat Lee?” tanya Ji Hoo
“iya sonsengnim”
.
.
Ji Hoo pergi keruangan kepala perawat Lee.
“apa kepala perawat Lee yang meminta Nari mengundurkan diri?” tanya Ji Hoo dengan wajah kesal
“benar Yoon sonsengnim” jawab perawat Lee
“siapa yang menyuruhmu melakukan itu?”
“saya hanya melakukan tugas saya sebagai kepala perawat untuk menjaga nama baik rumah sakit ini sonsengnim”
“tapi aku tidak memintamu mengeluarkan Nari!!” ucap Ji Hoo dengan nada keras hingga perawat Lee terkejut setengah mati dengan sikap kasar Ji Hoo yang baru dilihatnya
“ma__maafkan saya sonsengnim”
Ji Hoo tidak menjawab dan langsung pergi begitu saja.
.
.
Ji Hoo menghubungi Woo Bin, “Woo Bin-ah aku butuh bantuanmu” ucapnya ditelepon
.
.
Ji Hoo pergi ke rumah Nari namun rumah tersebut kosong dan tidak ada orang disekitar yang bisa ditanyai. Akhirnya Ji Hoo memutuskan mengecek keberadaan Nari ke Mae Ri coffe shop.
.
.
.
“jadi Nari tadi kesini?” tanya Ji Hoo pada Ji Sung dan Mae Ri
“iya, dia juga membawa ba___”
“Nari membawa tasnya, kemungkinan dia berniat pergi keluar kota” ucap Mae Ri memotong perkataan Ji Sung
“ah iya benar, kalau tidak salah tadi Nari bilang akan menjenguk Jun Ri ke rumah tahanan dan setelah itu mungkin dia akan menenangkan dirinya dulu untuk beberapa hari” lanjut Ji Sung yang mengerti kode Mae Ri untuk tidak menceritakan kondisi sebenarnya
“ke rumah tahanan?”
“iya” jawab Mae Ri dan Ji Sung bersamaan
.
.
.
.
Ji Hoo langsung menuju ke Penjara Taeyang untuk menemui Nari.
Sesampainya disana Ji Hoo langsung masuk tapi dia tidak mendapati keberadaan Nari, maka Ji Hoo pun meminta petugas untuk mempertemukannya dengan Han Jun Ri.
.
.
“Han Jun Ri-shi apa Nari tadi kesini?” tanya Ji Hoo dengan wajah khawatirnya
“iya” jawab Jun Ri singkat
“apa dia mengatakan akan pergi kemana?”
“Yoon Ji Hoo-shi…..bisakah kau membiarkan adikku hidup tenang?”
“apa maksudmu?”
“seperti yang pernah kukatakan padamu kalian adalah 2 orang dari dunia yang berbeda,  meski Nari menyukaimu tapi jika dia hanya akan terluka maka lebih baik jika kalian putus hubungan, jujur saja aku lebih suka dia mendapat pria yang sekelas dengan kami dibanding dengan pria kaya sepertimu”
.
.
.
Ji Hoo berjalan lesu setelah bertemu dengan Han Jun Ri, dia mengambil ponsel disakunya dan mencoba menghubungi Nari kembali namun ponsel Nari masih tidak aktif.


-----------------------------



Keesokan harinya Ji Hoo mengunjungi Mae Ri coffe shop untuk mencari informasi tentang Nari, tapi sesampainya didepan café dia melihat Nari yang sedang bekerja melayani pelanggan.
Ji Hoo berdiri diluar pintu café memandangi Nari yang sedang mengantar pesanan pelanggan dengan senyum ramahnya.
Hampir 1 jam Ji Hoo hanya memandangi Nari dari luar coffe shop, selama itu dia terus melihat Nari yang selalu tersenyum ramah dan bersikap ceria pada pelanggan, sama sekali tidak terlihat kesedihan diwajah Nari.
.

.
.
Jam 10 malam Ji Hoo kembali ke Mae Ri coffe shop untuk mengecek keberadaan Nari kembali.
Sesampainya disana Ji Hoo tidak melihat keberadaan Nari, maka dia memutuskan untuk masuk kedalam dan menanyakannya pada Ji Sung.
“Ji Sung-shi dimana Nari?”
“Nari___dia___”
“Ji Sung oppa aku mau keluar sebentar mencari makanan” ucap Nari dari arah dapur
Nari terkejut tatkala dia melihat ada Ji Hoo di hadapan Ji Sung.

Skipp---


Ji Hoo membawa Nari ke sebuah restaurant tidak jauh dari coffe shop.
“ini sudah lewat jam 10 malam, apa kau baru sempat makan?” tanya Ji Hoo
“….” Nari diam tak menjawab
“makanlah, aku tidak akan mengganggu” ucap Ji Hoo
.
.
.
.
1 jam kemudian sepasang kekasih itu berjalan pulang menuju Mae Ri coffe shop. Mereka berjalan berdampingan tanpa sepatah kata pun hingga mereka melewati sebuah taman, Ji Hoo memutuskan membuka percakapan, “Woo Bin sudah menyelesaikan masalah di Paradise club dan juga foto-fotomu telah dihapus di internet” ucap Ji Hoo
Seketika Nari menghentikan langkahnya dan menatap Ji Hoo.
“sonsengnim saya___”
“aku tahu apa yang ingin kau katakan” ucap Ji Hoo memotong perkataan yang akan Nari sampaikan.
Ji Hoo memegang kedua tangan Nari, “apa ini sangat berat untukmu Nari-shi? Apa aku terlalu membebanimu? Apa kau tidak bahagia bersamaku?”
Nari menatap lekat wajah Ji Hoo, “saya bahagia, hanya saja ini___menyakitkan, apalagi mengetahui jika saya menimbulkan masalah bagi sonsengnim, saya merasa hanya menjadi beban untuk sonsengnim, maafkan saya, tapi biarkan hubungan kita sampai disini saja sonsengnim…” ucap Nari menahan air mata yang sudah hampir jatuh dari kedua matanya.
Seketika itu juga Ji Hoo memberikan ciuman lembut dibibir Nari, saat itulah Nari tak bisa menahan tangisannya hingga dia memejamkan matanya dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya.
Beberapa saat kemudian Ji Hoo melepaskan bibirnya dari Nari.
“pergilah jika kau memang ingin pergi, aku hanya ingin kau bahagia” ucap Ji Hoo melepas kedua tangan Nari yang sedari tadi dipegangnya.
Nari menatap Ji Hoo dengan masih berlinang air mata, “mianhae Yoon Ji Hoo sonsengnim”
Nari pun melangkah meninggalkan Ji Hoo.

-----------------------------



5 hari kemudian….
Jam 8 malam di Mae Ri coffe shop
Kakek Yoon datang berkunjung dan memesan kopi favoritnya pada Nari.
Tidak lama kemudian Nari menyuguhkan segelas Kopi dan sepotong kue kehadapan kakek Yoon.
“makanlah ini haraboeji, saya membuatnya sendiri dengan gula rendah kalori”
Kakek Yoon tertawa kecil menanggapi perkataan Nari, “aku tahu kau tidak pernah menggunakan gula biasa untuk kopi dan kue yang kau berikan”
“NARI-AH!!!” panggil Ji Sung yang baru saja masuk ke coffe shop
Nari pun langsung menengok ke arah pintu masuk
“ada apa oppa?” tanya Nari
“aku sudah menemukan tempat tinggal untukmu, letaknya berjarak 1 blok dari rumah sewaku” ucap Ji Sung senang
“benarkah? Berapa biaya sewanya?” tanya Nari antusias
“tidak mahal hanya 200 ribu won per bulan, depositnya hanya 1 juta won”
“memangnya tempatnya seperti apa?”
“tempatnya cukup besar ada kamar mandi dan dapurnya juga, tempatnya juga bersih, kebetulan aku mengenal pemiliknya jadi dia mau memberi harga khusus untukmu, jika kau mau sekarang juga kita bisa bawa barang-barangmu kesana” jelas Ji Sung
“tidak, tidak, Nari-ah sebaiknya kau lihat dulu tempatnya seperti apa, jika cocok baru kau pindah kesana” ucap Mae Ri
“Nari-ah apa kau pindah rumah?” tanya kakek Yoon menyela pembicaraan mereka
“ah iya, haraboeji”
“kenapa pindah?” tanya kakek Yoon kembali
“dia diusir pemilik rumahnya” celetuk Ji Sung yang langsung mendapat pukulan dikepalanya oleh Mae Ri
“apa terjadi sesuatu hingga kau diusir Nari-ah?”
“em, itu___”
.
.
.
.
Nari akhirnya menceritakan semua masalahnya pada kakek Yoon.
“jadi pemilik rumah mengusirmu karena kau pernah jadi penari stiptis, kau juga putus dengan pacarmu?” tanya kakek Yoon yang ditanggapi anggukan oleh Nari
“memangnya siapa pacarmu itu, apa dia sangat tampan dan kaya hingga kau merasa tidak sebanding dengannya”
“haraboeji pernah bertemu dengannya disini” ucap Mae Ri
“benarkah, siapa?”
“direktur Rainbow hospital, Yoon Ji Hoo” jawab Mae Ri
“ap___apa Yoon Ji Hoo? Pria yang pernah kau kenalkan padaku waktu itu?”
“iya haraboeji, tapi haraboeji tidak usah memikirkannya, saya sudah tidak apa-apa”
“tidak apa-apa bagaimana, tiap hari kau sering melamun, kau bahkan hanya makan jika aku atau Ji Sung menyuruhmu, keadaannya menyedihkan, haraboeji jika kau punya cucu laki-laki atau kenalan pria yang masih single kenalkan saja pada Nari” cerocos Mae Ri
“unnie!!” bantah Nari
“Nari-ah, bagaimana jika kau tinggal saja dirumahku, kau tidak usah menyewa apartement” ucap kakek Yoon
“bukankah haraboeji tinggal bersama cucu haraboeji, saya tidak mau merepotkan kalian”
“merepotkan apanya, asal tahu saja aku hanya bertemu cucuku saat sarapan dan malam hari ketika dia pulang, jika kau tinggal bersamaku setidaknya aku akan punya teman, bagaimana?”
“haraboeji, apa cucu haraboeji itu pria dan masih single?” tanya Mae Ri
“iya”
“woah daebak, cocok sekali, Nari-ah kau tinggal saja dirumah kakek Yoon, kau bisa berkenalan dengan cucunya, siapa tahu bisa jadi jodohmu, bukan begitu haraboeji?”
“benar, aku akan mengenalkannya padamu Nari-ah, aku rasa dia tidak kalah tampan dengan Direktur Rainbow hospital itu” ucap kakek Yoon sembari tertawa kecil.
.
.
.
Ditempat lain, tepatnya disebuah pub elite yang berada di Shinhwa hotel….
“Ji Hoo-ah berhentilah minum dan pulanglah, ini benar-benar bukan style-mu” ucap Jun Pyo mengambil gelas anggur dari tangan Ji Hoo.
“jika kau seperti ini sebaiknya kau pergi ke gadis itu dan tarik tangannya kembali, kenapa kau melepasnya jika kau menjadi gila seperti ini” ucap Woo Bin
“apa perlu kami turun tangan seperti dulu saat Jun Pyo mendapatkan Jan Di?” tanya Yi Jung
“tidak perlu, jangan pikirkan masalahku, biarkan aku minum satu gelas lagi”
Ji Hoo mengambil gelasnya kembali namun ditahan oleh Jun Pyo
“aku akan mengantarnya pulang, kalian juga pulanglah” ucap Jun Pyo yang langsung menarik tubuh Ji Hoo dan memapahnya.
.
.
.
Dalam perjalanan pulang Jun Pyo menghentikan mobilnya didepan sebuah minimarket dan membeli minuman penghilang mabuk.
“ini minumlah, tidak baik jika haraboeji melihatmu mabuk saat pulang” Jun Pyo menyodorkan sebotol minuman pada Ji Hoo.
Dengan patuh Ji Hoo pun meminumnya, setelah dirasa Ji Hoo tidak terlalu mabuk Jun Pyo melanjutkan laju mobilnya menuju rumah Ji Hoo.
.
.
Selang 15 menit Jun Pyo dan Ji Hoo sampai dirumah keluarga Yoon.
“istirahatlah, aku tidak bisa mampir karena Jan Di pasti akan mencariku, aku akan menelponmu besok” ucap Jun Pyo sebelum Ji Hoo masuk kedalam rumahnya.
.
.
Ji Hoo masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapur untuk mengambil air mineral.
.
.
Kakek Yoon sampai dirumah bersama Nari.
“ayo masuklah,  jangan sungkan” ucap kakek Yoon membantu membawa koper pakaian Nari
“biar saya saja haraboeji”
“aku masih cukup kuat jika hanya menarik satu koper seperti ini” ucap kakek Yoon dengan tawa khasnya
“rumah haraboeji ternyata besar sekali, apa haraboeji sangat kaya?” ucap Nari melihat-lihat keadaan rumah kakeh Yoon (bayangin aja rumah Ji Hoo di BBF)
“ini semua milik cucuku” jawab kakek Yoon
Keduanya masuk kedalam rumah dan terkejut saat melihat Ji Hoo yang keluar dari arah dapur.
“Yoon sonsengnim?” ucap Nari terkejut
“Han Nari, bagaimana kau bisa___” ucap Ji Hoo tak kalah terkejut
“dia akan tinggal disini” ucap kakek Yoon
“bagaimana bisa?” ucap Nari dan Ji Hoo bersamaan dan membuat keduanya saling bertatapan
“haraboeji, kenapa tidak bilang jika cucu haraboeji adalah Yoon sonsengnim, saya tidak bisa tinggal disini” lanjut Nari
“aku tidak bermaksud membohongimu Nari-ah, bukankah tadi Mae Ri bilang kalau Ji Hoo adalah kekasihmu, jadi tidak ada salahnya jika kau tinggal disini”
“tapi haraboeji kami sudah____”
“jangan membantah, ayo aku tunjukkan kamarmu” ucap kakek Yoon memotong perkataan Nari dan langsung menarik koper Nari menuju sebuah kamar.
.
.
Kakek Yoon membawa Nari memasuki sebuah kamar diikuti Ji Hoo dibelakang mereka.
“Nari-ah kau bisa tidur dikamar ini” ucap kakek Yoon
“tapi ini kamarku haraboeji” sela Ji Hoo
“kamar sonsengnim?” tanya Nari terkejut
“haraboeji bagaimana bisa__” lanjut Nari mencoba protes
“hey….aku bukanlah orang tua yang kolot, tidak masalah jika kalian tidur disatu kamar, siapa tahu kalian bisa cepat menikah ha ha ha”
“haraboeji!!!” ucap Nari dan Ji Hoo bersamaan
Tiba-tiba dada kakek Yoon terasa sakit dan hampir terjatuh, untungnya Nari dan Ji Hoo dengan sigap menahan tubuh kakek Yoon.
“haraboeji, kau tidak apa-apa? Kita kerumah sakit sekarang” ucap Ji Hoo
“untuk apa kerumah sakit jika ada dokter dan perawat disini” jawab kakek Yoon.
.
.
.
.
Kakek Yoon telah tertidur dikamarnya dengan selang infus yang dipasang Nari dan Ji Hoo memantau detak jantung kakeknya melalui monitor yang diletakkan di nakas samping tempat tidur.
“kau tidurlah, aku akan menjaga haraboeji” ucap Ji Hoo
“tidak apa-apa, saya akan ikut menjaga haraboeji” jawab Nari
.
.
.
Pagi harinya kakek Yoon terbangun dan mendapati Nari dan Ji Hoo yang tertidur di pinggir kanan dan kiri ranjangnya.
“Tuhan….jangan ambil nyawaku dulu sebelum melihat kedua anak ini menikah” ucap kakek Yoon lirih
Nari perlahan membuka matanya dan melihat kakek Yoon yang sudah terbangun.
“haraboeji sudah bangun? Apa haraboeji membutuhkan sesuatu? Saya akan buatkan sarapan untuk haraboeji” ucap Nari
“buatkan juga untuk Ji Hoo” jawab kakek Yoon tersenyum
Mendengar suara kakek Yoon, Ji Hoo pun terbangun dari tidurnya dan menatap kakeknya.
“baiklah haraboeji” ucap Nari yang langsung keluar dari kamar dan menuju dapur.

“Ji Hoo-ah….kau menyukai gadis itu kan?” tanya kakek Yoon
“haraboeji aku___”
“menikahlah dengannya” ucap kakek Yoon membuat Ji Hoo membulatkan kedua matanya terkejut
“kakek sudah sangat tua dan bisa meninggal sewaktu-waktu, sebelum hal itu terjadi aku ingin melihatmu menikah, Han Nari kurasa adalah gadis yang cocok untukmu”
“haraboeji, kami baru saja putus”
“kalian putus karena hal yang kecil, kalian terlalu mendramatisir situasi sehingga hubungan kalian berakhir begitu saja”
“haraboeji ingin aku bagaimana?” tanya Ji Hoo
“cincin peninggalan ibumu yang pernah kuberikan padamu, berikan pada Nari” ucap kakek Yoon

Skipp-----

2 hari kemudian…..
Ji Hoo mengajak Nari ke gedung Suwon. Kedua sejoli itu masuk ke sebuah ruang yang biasa digunakan untuk pertunjukan orkestra.
Ji Hoo menyuruh Nari duduk dibangku penonton, sedangkan Ji Hoo melangkah menuju panggung yang kemudian memainkan piano yang ada disana.
Ji Hoo menyanyikan sebuah lagu untuk Nari berjudul ‘Making a lover’ (ost BBF by SS501) yang dibuat piano version :

(Sesange sori jilleo)
Ingin berteriak pada dunia
(I love you neol saranghandago)
Aku mencintaimu, aku mencintaimu
(Naui yeojaga dwaeeo dallago)
Aku telah memilikimu sebagai wanitaku
(Nunbusyeo always you're my star)
Selalu bersinar kaulah bintangku
(Naega neol jikhyeojulke)
Aku akan melindungimu
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggumu

(Jichin haruui kkeutheseo)
Di akhir hari yang melelahkan
(Nal utge han yuilhan saram)
Hanya seorang yang bisa membuatku tertawa
(Himgyeoun nae salmui kkeutheseo)
Di akhir hidupku yang melelahkan
(Nal bangyeojun dan han saram)
Hanya seorang yang mencerahkannya

(Dasi harureul sijakhae)
Memulai hari lagi
(Neoui yeppeun miso tteoollyeo)
Aku mengingat senyumanmu yang cantik
(Nan nuguboda haengbokhae)
Aku lebih bahagia dari siapapun
(Neoman nae gyeothe isseomyeon)
Jika kau berada di sisiku

(Jeo hanuere I promise you)
Di bawah langit aku berjanji padamu
(Nae modeungeol neoege julge)
Aku akan memberikan segalanya padamu

(Sesange sori jilleo)
Ingin berteriak pada dunia
(I love you neol saranghandago)
Aku mencintaimu, aku mencintaimu
(Naui yeojaga dwaeeo dallago)
Aku telah memilikimu sebagai wanitaku
(Nunbusyeo always you're my star)
Selalu bersinar kaulah bintangku
(Naega neol jikhyeojulke)
Aku akan melindungimu
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggumu

(Wae ijeseoya ongeoni)
Mengapa baru sekarang kita lakukan
(On sesangeul gajingeot gatha)
Aku merasa seperti memiliki seluruh dunia
(Gomaweo namanui cheonsa)
Terima kasih hanya menjadi malaikatku
(Cheoeum cheoreom neol saranghae)
Aku mencintaimu seperti pertama kali

(Jeo haneure I promise you)
Di bawah langit aku berjanji padamu
(Neoui modeungeol gatgo sipheo)
Aku ingin memiliki segalanya tentangmu

(Sesange sori jilleo)
Ingin berteriak pada dunia
(I love you neol saranghandago)
Aku mencintaimu, aku mencintaimu
(Naui yeojaga dwaeeo dallago)
Aku telah memilikimu sebagai wanitaku
(Nunbusyeo always you're my star)
Selalu bersinar kaulah bintangku
(Naega neol jikhyeojulke)
Aku akan melindungimu
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggumu

(Uri hanaman yaksokhae)
Kita hanya membuat satu janji
(Haneureul geolgo maengsehae)
Aku bersumpah di bawah langit
(Thaeyangi bultha eobseojil)
Hingga matahari tak membakar
(Geunalkkaji neol saranghae oh my love)
Hingga hari itu aku mencintaimu oh cintaku

(Gidohae nal heorakhaejugil)
Aku berdoa kau akan mengabulkannya
(Neoui namjaro nal badajugil)
Kau akan menerimaku sebagai lelakimu
(Yaksokhae jukneun nalkkaji nae maeum byeonchi anha)
Aku berjanji hingga hari terakhirku, hatiku tak akan berubah
I can always waiting for you
Aku dapat selalu menunggu untukmu
Baby I will forever with you
Sayang aku akan selamanya denganmu
(Yeongweonhi neomaneul)
Selamanya hanya dirimu
(Saranghae)
Aku mencintaimu



Nari tepukau dan terpaku mendengar lagu yang dinyanyikan Ji Hoo.
.
.
Ji Hoo turun dari panggung dan berjalan menuju Nari yang duduk di deretan bangku paling depan.
Ji Hoo berlutut dihadapan Nari, kemudian melepas kalung yang selalu dipakainya. Kalung itu berbandulkan sebuah cincin warisan dari nenek dan ibunya yang dulu pernah dia tawarkan pada Jan Di (flashback ke episode 24 BBF).
“cincin ini adalah peninggalan nenekku yang diberikan pada mendiang ibuku, aku pernah memberikan cincin ini pada seorang gadis tapi dia langsung menolaknya” ucap Ji Hoo
“gadis itu….Geum Jan Di sonsengnim?” ucap Nari yang langsung membuat Ji Hoo menatap Nari dengan ekspresi terkejut
“aku mendengar dari seseorang kalau Yoon sonsengnim pernah menyukai seorang hobae (junior/adik kelas), dan hobae itu Geum Jan Di sonsengnim kan?”

Flasback on….
Beberapa waktu lalu ketika Nari menjenguk kakaknya di Shinhwa hospital, dia bertemu dengan Jan Di dan kemudian keduanya mengobrol di kantin rumah sakit.
“aku dengar kau berkencan dengan Ji Hoo sunbae?” ucap Jan Di dengan senyumannya
Wajah Nari memerah mendengar pertanyaan Jan Di, “darimana Geum sonsengnim mendengar hal seperti itu”
Jan Di kembali tersenyum melihat ekspresi Nari, “kau pasti sangat menyukainya kan? Ji Hoo sunbae bukanlah pria yang mudah jatuh cinta, selama ini kami selalu khawatir padanya, tapi saat dia bilang telah berkencan denganmu aku dan yang lain sangat gembira mendengarnya, ini seperti sebuah keajaiban”
“kenapa Geum sonsengnim menyebutnya seperti keajaiban?”
“dulu….Ji Hoo sunbae pernah menyukai seorang wanita sejak dia kecil, wanita itu pergi ke Paris lalu Ji Hoo sunbae menyusulnya kesana untuk memperjuangkan cintanya, tapi ternyata wanita tersebut memilih untuk tidak bersama Ji Hoo sunbae, saat itu Ji Hoo sunbae langsung pulang ke Seoul dan menjadi pribadi yang berbeda dari biasaya, awalnya kami heran dengan perubahan sikapnya tapi setelah mengetahui situasi yang sebenarnya aku, Jun Pyo, Yi Jung sunbae dan Woo Bin sunbae akhirnya mengerti, tidak berselang lama Ji Hoo sunbae kembali ke pribadinya semula, waktu terus berjalan hingga suatu saat aku yang putus asa terhadap hubunganku dan Jun Pyo memutuskan pulang ke kampung halamanku dan Ji Hoo sunbae menyusul kesana, disaat itulah aku baru mengetahui bahwa Ji Hoo sunbae ternyata telah jatuh cinta pada seorang hobaenya, namun hobae itu tidak bisa menerima perasaan Ji Hoo sunbae karena hobae itu sudah terlanjur mencintai pria lain, sejak saat itu aku dan yang lain tidak pernah melihat Ji Hoo sunbae menyukai seorang gadis manapun dan sekarang mendengarnya telah menyukai dan berkencan denganmu itu sungguh hal yang menggembirakan, Han Nari-shi….Ji Hoo sunbae adalah orang yang sangat baik aku yakin kau akan bahagia bersamanya”
“apa___hobae itu adalah Geum Jan Di sonsengnim?” tanya Nari
Jan Di tersenyum menanggapi pertanyaan Nari, “itu hanya bagian dari masa lalu, yang terpenting sekarang adalah Ji Hoo sunbae hanya menyukaimu, jadi….berbahagialah dengannya Han Nari-shi”
Flasback off…

“Han Nari-shi aku tidak bermaksud memberikan barang bekas padamu, tapi….cincin ini adalah sesuatu yang berharga bagiku dan ingin aku berikan padamu, apa kau mau menerimanya?” ucap Ji Hoo menatap Nari
“kenapa dari begitu banyak gadis didunia ini, Yoon sonsengnim memberikannya padaku?”
“karena aku menyukaimu Han Nari, aku….mencintaimu” ucap Ji Hoo
“maukah kau menikah denganku?” lanjut Ji Hoo
“Yoon sonsengnim”
“tempat ini adalah tempat dimana kau pertama kali bertemu dengan Jung Sook dan juga denganku kan, aku ingin tempat ini bukan sekedar tempat pertemuan kita tapi juga saksi bahwa kau menjadi milikku, apa kau bersedia Han Nari-shi? Aku tidak peduli dengan masa lalumu yang aku butuhkan hanya kau selalu disampingku”
Nari tidak langsung menjawab pertanyaan Ji Hoo, dia menatap mata Ji Hoo cukup lama.
“jika Yoon sonsengnim tidak akan menyesali keputusanmu ini, maka aku akan bersedia” ucap Nari akhirnya
“iya, aku tidak akan menyesalinya, saranghae Han Nari” ucap Ji Hoo tegas
“nado saranghae Yoon Ji Hoo sonsengnim” jawab Nari tersenyum
CHUUUU…..
Ji Hoo langsung mengecupkan bibirnya pada bibir Nari.

---**Fin**---


Epilog…..

Ji Hoo dan Nari mengadakan pesta pernikahan di gedung Suwon dengan dihadiri rekan dan kerabat dekat tak terkecuali F3 dan keluarganya.
Waktu untuk pelemparan buket bunga telah tiba…
Nari bersiap melemparkan buket bunga ditangannya didampingi oleh Ji Hoo, para tamu undangan yang masih single langsung berkerumun dibelakang Nari dan Ji Hoo.
Melihat kerumuman tersebut Jun Pyo dan Yi Jung langsung mendorong Woo Bin untuk ikut kedalam kerumunan.
“Woo Bin-ah maju sana kau harus dapatkan buket itu” perintah Jun Pyo
“cepatlah!! tinggal kau yang belum menikah” tambah Yi Jung
“benar sunbae, ayo dapatkan buket bunga Han Nari” ucap Jan Di
“ayo kakak ipar majulah” ucap Ga Eul
“hah kalian apa-apan, aku tidak mau” tolak Woo Bin
Mendengar jawaban Woo Bin, Jun Pyo dan Yi Jung pun langsung menarik Woo Bin ikut ke dalam kerumnan.
“Yi Jung-ah kita harus bantu Woo Bin mendapatkannya” ucap Jun Pyo
“baiklah aku siap!” jawab Yi Jung
“ADIK IPAR!! Cepat lembar bungamu” teriak Jun Pyo
Ji Hoo dan Nari yang mendengar teriakan Jun Pyo langsung menoleh ke arah Jun Pyo
“lemparkan kesini!!” ucap Yi Jung memberi kode pada Nari
“cepat kau lempar chagiya” ucap Ji Hoo tersenyum pada istrinya
“baiklah” jawab Nari dengan senyumannya
“bersiaplah semuanya!!” teriak Nari
Maka semua orang bersama-sama berhitung “SATU….DUA….TIGA!!!”
Wussshhhhh………..buket bunga telah dilempar oleh Nari ke arah belakang tubuhnya.
Jun Pyo dan Yi Jung dengan sengaja mengarahkan Woo Bin untuk menangkapnya….dan akhirnya
HAPPPP….
Buket bunga itu berhasil ditangkap oleh tangan kanan Woo Bin, namun sedetik kemudian Woo Bin, Jun Pyo dan Yi Jung menyadari bahwa bukan hanya tangan Woo Bin yang memegang buket bunga itu melainkan ada tangan orang lain juga.
F3 tersebut langsung menatap ke arah orang tersebut yang ternyata seorang gadis, dengan kompak ketiga pria itu langsung berucap “KAU!!!!” dan si gadis dihadapan mereka hanya tersenyum.

---***---

Akhirnya selesai juga FF ini, sekarang tinggal nyari ide cerita buat FF Song Woo Bin story.
Menurut kalian siapakah gadis tersebut?????
Aku kepikiran sama tokoh Ha Jae Kyung yang diperankan sama Lee Min Jung unnie, tapi ada ide juga buat ngambil OC aja, gimana menurut readers??....
Sampai jumpa di FF berikutnya :D