Sunday, January 25, 2015

FF Open Your Heart (Part 1)



Title : Open Your Heart (Part 1)
Author : Jungna
Genre : Romance
Length : Twoshoot | Rating : PG-15
Main Cast : Kim Seok Jin, Jung Mi Na (OC)
Disclaimer : Kim Seok Jin milik dirinya sendiri, orang tuanya, Big Hit Ent dan Tuhan YME, cast OC dan alur cerita murni hasil pemikiran author. Mohon maaf karena ide ceritanya pasaran, happy reading dan mohon saran dan kritiknya, terima kasih ^_^


PART 1
Author POV
Seorang gadis sedang berlari terburu-buru dengan menjinjing beberapa gelas minuman dan sebuah paperbag berisi beberapa hamburger. Gadis itu berlari karena mengejar waktu, dia takut terlambat ketika sampai ditujuannya yaitu sebuah gedung mewah yang menjulang tinggi 26 lantai yang tidak lain adalah tempatnya bekerja. Gedung itu bertuliskan GOLDEN CORP. sebuah perusahaan terbesar ketiga di Korea Selatan. Setelah sampai dipintu utama Golden Corp, gadis berambut coklat bergelombang panjang itupun mempercepat langkahnya masuk menuju lift yang akan membawanya ke lantai 12 tempatnya bekerja, namun lift yang ditujunya sudah penuh sedang waktu menunjukkan 07.58 artinya 2 menit lagi waktu bekerja dimulai, karena tak ingin terlambat dihari ke-100nya bekerja dan takut kena marah dari atasannya maka tanpa berpikir gadis itu menerobos masuk ke lift kedua dan langsung menekan angka 12. Tanpa disadarinya didalam lift tersebut ada 4 orang pria yang memandangnya aneh dan mungkin marah. Gadis itu berusaha menetralkan nafasnya yang masih terengah-engah karena berlari tanpa menengok maupun menghiraukan orang-orang dibelakangnya.
Salah seorang pria akhirnya menepuk pudak kanan gadis itu, “nona” sapa pria bertubuh tinggi tegap dengan tatapan tajam. Merasa ada yang memanggilnya gadis itupun menoleh “ne, ada apa?” jawab si gadis. “apa kau tidak tahu ini lift apa?” tanya si pria.
“memangnya kenapa, bukankah lift ini menuju lantai atas?” si pria terlihat kesal dan menghela nafasnya ingin kembali menegur si gadis, namun salah seorang pria disampingnya menahan tangan pria itu. Melihat pria yang bertanya padanya tadi terlihat kesal, si gadispun mengedarkan pandangannya pada semua orang yang ada di belakangnya, dan gadis itu baru sadar jika dia mengenal wajah dari salah satu pria yang berhadapan dengannya saat ini, yah lift yang ditumpanginya saat ini ternyata adalah lift yang dikhususkan untuk CEO, para Direksi dan tamu VIP Golden Corp, gadis itu membulatkan kedua matanya “maafkan saya sajangnim, saya tidak bermaksud___” ucap si gadis dengan membungkung dan mendekap barang bawaannya.
“tidak apa-apa” jawab seorang pria muda nan tampan yang tadi menahan tangan pria yang tadi menegur si gadis. Bertepatan dengan jawaban pria tersebut yang tidak lain adalah CEO Golden Corp, angka dilayar atas lift menunjukkan angka 12 dan pintu liftpun terbuka. Sadar pintu lift telah terbuka dilantai yang ditujunya si gadis melangkah mundur dengan masih membungkukkan badannya “sekali lagi saya benar-benar minta maaf sajangnim” ucap si gadis yang hanya dijawab dengan anggukan oleh CEO tersebut dan pintu lift pun kembali tertutup.
Gadis itupun meruntuki kebodohan dirinya sendiri sampai tidak disadari seorang temannya datang menghampirinya.
“ya Jung Mi Na, kenapa kau baru sampai, manajer Jang sudang mengomel dari tadi” tegur seorang gadis pada gadis yang masih berdiri didepan lift, gadis itu ternyata bernama Jung Mi Na.
Mi Na menoleh kepada temannya “apa? Owh aku pasti akan kena marah lagi, bagaimana ini Sae Ri-ah”
Teman Mi Na yang bernama Sae Ri itupun mengambil paper bag yang berisi hamburger dan menuntun Mi Na menuju ruang kerja mereka, “bilang saja tadi kau mengantri lama di café, lagi pula kau sudah sampai kenapa masih berdiri didepan lift?”  tanya Sae Ri
“tadi itu aku baru saja melakukan hal bodoh Sae Ri-ah” Mi Na menunduk lesu sambil berjalan mengikuti Sae Ri
“ya sudah kau ceritakan nanti saja, kajja” Sae Ri menarik tangan Mi Na untuk masuk ke ruangan bagian Pemasaran Golden Corp, yah diruangan itulah mereka bekerja.
Jung Mi Na adalah karyawan baru di Golden Corp yang baru bekerja selama 3 bulan, sedang temannya Han Sae Ri telah bekerja di Golden Corp selama 4 tahun dan kini dia telah menjabat sebagai asisten manajer pemasaran. Jung Mi Na bisa masuk ke Golden Corp juga karena bantuan Sae Ri yang memberi informasi adanya lowongan karyawan baru.
Begitu mereka masuk ke ruang bagian pemasaran seperti dugaan mereka seorang manajer yang biasa dipanggil manajer Jang dan beberapa karyawan senior langsung menegur Mi Na.
“Jung Mi Na kenapa kau baru sampai aku sudah kelaparan” tegur seorang pria paruh baya bernama manajer Jang
“maafkan saya manajer Jang tadi di café antri banyak, sekali lagi saya minta maaf” ucap Mi Na membungkan badannya dihadapan manajer Jang.
Sae Ri yang kasihan melihat Mi Na langsung mengambil minuman yang masih dipegang Mi Na dan menaruhnya di meja manajer Jang beserta dengan paper bag isi hamburger.
“silahkan dinikmati manajer Jang dan sunbaedeul” ucap Sae Ri, kemudian menyuruh Mi Na bekerja. Mi Na pun menuju kubikelnya mulai mengerjakan pekerjaannya.

Sedang di lantai yang lain tepatnya dilantai 24, empat orang pria yang tadi satu lift dengan Mi Na telah duduk di sebuah ruangan yaitu ruangan CEO, mereka membicarakan sesuatu mengenai pekerjaan, tidak lama kemudian dua orang pria diantaranya pamit pergi pada CEOnya.
Setelah hanya berdua sang CEO langsung menyenderkan punggungnya ke kursi singgasananya.
“sekretaris Kang, gadis tadi apa karyawan baru?” tanya sang CEO
“sepertinya iya sajangmin” jawab seorang pria muda yang dipanggil dengan sebutan sekretaris Kang, dia adalah pria yang tadi hampir menegur Mi Na.
Sang CEO tiba-tiba tersenyum sendiri membuat sekretaris Kang mengernyitkan alisnya, “ada apa sajangnim?”
“em hanya lucu saja mengingat kejadian tadi, gadis itu sepertinya benar-benar tidak menyadari telah masuk lift VIP”
“mungkin gadis itu memang sedang terburu-buru, tapi akan saya pastikan kejadian tadi tidak terulang lagi”
“tidak usah, tidak apa-apa kau tidak perlu mempermasalahkannya”
“baiklah sajangnim”
Author POV end

Mi Na POV
Waktu menunjukkan jam 12.00, ini adalah waktunya istirahat makan siang bagi seluruh karyawan Golden Corp, ah kurasa bukan hanya Golden Corp tapi juga bagi seluruh karyawan di korea. Kulihat Im Sae Ri berdiri kemudian berjalan mendekatiku dengan menenteng sebuah kotak makan siang, aku pun langsung mengambil bekal makan siangku di tas.
“kajja Mi Na-ah” Sae Ri menggandeng tanganku keluar dari ruangan bagian pemasaran dengan dipandangi manajer Jang dan karyawan lain, aku tahu apa arti pandangan mereka.
Beberapa saat kemudian aku dan Sae Ri telah berada di atap gedung Golden Corp, kami duduk disebuah bangku dan membuka bekal makan siang kami.
Sejak aku masuk sebagai karyawan Golden Corp, Sae Ri selalu mengajakku makan siang disini alasannya simple saja yaitu agar aku terbebas dari manajer Jang dan para karyawan senior yang akan memberiku perintah-perintah tidak penting di jam makan siang. Aku beruntung sekali karena ada Sae Ri yang selalu membantuku, jujur aku memang mengalami banyak kesulitan sejak awal masuk ke Golden Corp, meskipun sebelumya aku juga bekerja dibagian pemasaran namun Golden Corp sangat berbeda dengan perusahaan tempat bekerjaku yang lama. Tempat kerjaku yang lama hanyalah sebuah perusahaan industri menengah yang 6 bulan lalu akhirnya bangkrut dan mem-PHK-kan semua karyawanya termasuk aku, padahal aku telah bekerja disana selama hampir 5 tahun dan sudah mencapai jabatan sebagai asisten manajer pemasaran tapi mau berkata apa lagi, mungkin ini memang sudah takdir. Setelah 3 bulan menganggur akhirnya aku mendapat informasi dari sahabatku Sae Ri yang sudah mengenalku sejak SMA jika Golden Corp membutuhkan karyawan baru dibagian pemasaran, dan dengan bantuan Sae Ri akupun bisa diterima di perusahaan besar ini, sungguh Sae Ri adalah keberuntunganku.
“Mi Na-ah, mulai besok kau jangan mau disuruh membeli sarapan ataupun hal-hal konyol lagi” ucap Sae Ri sambil menikmati makan siangnya.
“kenapa?” tanyaku yang membuat Sae Ri menghentikan makannya
“kenapa? Tentu saja karena ini sudah 3 bulan, jadi kau tidak perlu lagi menerima perintah-perintah tidak penting dari manajer Jang maupun karyawan lain, apa kau mengerti?”
“tapi kau tau kan aku tipe orang yang tidak enak menolak permintaan orang lain, dan apa kau yakin kalau mereka akan berhenti memerintahku?”
“ya Jung Mi Na, kenapa kau masih tidak berubah, inilah yang membuatku dari dulu tidak bisa jauh-jauh darimu, aku takut kalau kau diperalat orang, dulu kau juga diperalat oleh____” Sae Ri menggantungkan kata-katanya, aku mengerti apa yang akan dia katakan tapi aku tidak ingin dia melanjutkan kata-katanya.
“terima kasih Sae Ri-ah karena kau selalu ada untukku” aku meletakkan sumpit dan tempat makanku kemudian menggeser tubuhku untuk memeluk sahabat tercintaku ini.
“kau tidak perlu berterima kasih, kita kan sahabat he he he” Sae Ri menepuk-nepuk pundakku.
Mi Na POV end

Satu minggu kemudian….
Author POV
Mi Na dan Sae Ri sedang makan malam bersama disebuah restaurant.
“apa? Jadi kau akan pindah ke Jepang menyusul suamimu?” ucap Mi Na terkejut karena mendengar Sae Ri yang akan pergi ke Jepang bersama suaminya.
“ne, maaf karena baru memberitahumu sekarang Mi Na-ah” jawab Sae Ri dengan nada lesu.
“kapan?”
“minggu depan”
“minggu depan? Cepat sekali…” Mi Na menundukkan kepalanya karena menyembunyikan matanya yang hampir menangis
“apa kau marah Mi Na-ah? Aku sungguh minta maaf, suamiku mendapatkan jabatan Direktur dari perusahaannya tapi untuk kantor cabang di Tokyo, dan karena kami sedang berusaha untuk segera memiliki anak  maka aku tidak boleh tinggal terpisah dengan suamiku, Mi Na-ah aku____” Sae Ri menghentikan ucapannya karena melihat Mi Na yang menangis.
“jangan menangis Mi Na-ah, aku janji akan sering menghubungimu dan jika ada waktu libur aku akan pulang mengunjungimu” Sae Ri menggenggap tangan kanan Mi Na erat.
“aku__hiks hiks mengerti hiks Sae Ri-ah hiks hiks” ucap Mi Na sambil sesenggukan karena tangisannya.
Sae Ri berdiri dari tempat duduknya dan memeluk Mi Na, “jaga dirimu baik-baik Mi Na-ah, hingga hari keberangkatanku minggu depan aku akan usahakan kau terbebas dari pembullian manajer Jang”
“itu tidak hiks hiks.. penting” ucap Mi Na memeluk erat Sae Ri.
Author POV end

Mi Na POV
Aku berjalan pelan menuju halte bus setelah makan malam dengan Sae Ri, aku sengaja menolak tawarannya mengantarku pulang karena aku ingin menenangkan pikiranku. Im Sae Ri adalah satu-satunya sahabat dekatku, dia selalu ada bersamaku sejak kami SMA, dia tidak pernah meninggalkanku, dia selalu menjagaku. Terlebih sejak kedua orang tuaku meninggal karena musibah kebakaran ketika aku kelas 2 SMA, Im Sae Ri dan keluarganya menjadi tempat untukku bernaung dan bersandar. Karena itulah aku tidak pernah berpikir jika kami akan berpisah.
Yah aku mengerti posisinya, karena dia sudah menikah sudah barang tentu dia harus mengikuti suaminya. Aku sedih bukan karena aku akan kehilangan perlindungan Sae Ri namun aku sedih karena nanti tidak ada lagi tempat untukku mencurahkan isi hatiku.
Mungkin ini sudah saatnya aku berjalan sendiri, menguatkan diriku sendiri, Sae Ri juga harus menikmati kehidupanya sendiri bersama suaminya tanpa diriku, aku ingin dia bisa hidup bahagia dan tidak terus-terusan menghawatirkanku.
Tidak terasa aku sampai ditepi perempatan jalan untuk menyebrang menuju halte bus. Banyak orang yang berdiri didekatku dengan tujuan sama yaitu menyebrang jalan. Aku memandang lurus kedepan dengan pikiran kosong hingga aku tidak menyadari lampu sudah berganti hijau untuk menyebrang. Aku baru menyadarinya setelah semua orang melangkah untuk menyebrang, aku pun berjalan perlahan.
BRUKK….
Aku melihat seseorang jatuh pingsan didepanku, akupun langsung mendekati orang tersebut yang ternyata seorang wanita berumur sekitar 50 tahunan.
“TOLONG!! TOLONG!! nyonya bangun nyonya…nyonya….” Aku berusaha menyadarkan wanita itu, kemudian beberapa pria membantuku mengangkat tubuhnya untuk diamankan ke pinggir jalan, aku langsung merogoh ponselku di saku celana dan menelepon 911.
Beberapa menit kemudian sebuah ambulans datang, petugas 911 langsung memasukkan tubuh wanita itu ke ambulans.
“apa salah satu diantara kalian adalah walinya?” tanya salah seorang petugas 911
“mungkin gadis ini” tiba-tiba salah seorang pria menunjukku
“apa nona adalah walinya?” tanya petugas 911 tersebut kepadaku
“bukan, beliau pingsan didepanku jadi aku berusaha menolongnya, tapi aku akan ikut kalian ke rumah sakit dan mengurus administrasinya” ucapku
“baiklah mari ikut kami” petugas tersebut mengarahkanku untuk ikut masuk kedalam ambulans.
Tidak butuh lama untuk kami sampai ke rumah sakit. Wanita tersebut langsung dibawa ke ruang UGD untuk  ditangani.
Aku menunggu dengan cemas takut jika terjadi sesuatu dengan wanita paruh baya itu, aku jadi teringat hari dimana kedua orang tuaku meninggal.
Sekitar 45 menit kemudian seorang dokter menemuiku.
“nona, apa kau yang membantu membanya Nyonya Choi kesini?” tanya dokter itu padaku, dia seorang pria yang sudah tua berusia sekitar 50 tahunan dengan nametag ‘Lee Ho Sang’ tertempel dijas dokternya.
“ne benar dokter, apa ada sesuatu yang harus kulakukan?”
“tidak, kebetulan aku adalah dokter keluarganya dan aku sudah menghubungi keluarganya”
“apa nyonya itu sudah siuman?”
“ne dia baru saja siuman, terima kasih sudah membantu membawanya kesini, nona bisa pulang sekarang, putranya akan datang sebentar lagi”
“oh syukurlah, baiklah saya akan pulang tapi bolehkah saya melihatnya sebentar?” tanyaku hati-hati pada dokter Lee
“tentu, silahkah masuk saja, dia masih di ruang UGD” ucap dokter Lee dengan senyum ramahnya.
Aku pun bergegas masuk ke UGD untuk melihat sosok wanita yang tadi dipanggil dengan sebutan nyonya Choi, aku melihatnya masih terbaring lemah disalah satu ranjang, aku berjalan mendekatinya. Beliau melihat kearahku, aku tersenyum padanya dan sedikit membungkuk memberikan hormat.
“apa nyonya sudah merasa lebih baik?”
“ne, apa kau yang membawaku kesini?” tanya nyonya Choi dengan tersenyum ramah.
“em saya hanya membantu petugas 911 membawanya nyonya kesini”
“apapun itu, terima kasih nona, siapa namamu?”
“nama saya Jung Mi Na”
“namaku Choi Sung Tae, kenapa kau tidak membiarkan petugas 911 saja yang membawaku?”
“itu karena___saya teringat dengan mendiang orang tua saya, jadi saya merasa khawatir kalau terjadi sesuatu yang buruk pada nyonya”
“apa kau yatim piatu?”
“begitulah, em karena nyonya sudah siuman saya pamit pulang dulu”
“ah ne, terima kasih Jung Mi Na-shi” ucap nyonya Choi sambil menyalami tanganku.
“oemoni… oemoni… kau baik-baik saja?” seorang pria yang kurasa adalah putra dari nyonya Choi tiba-tiba datang. Pria ini entah kenapa tidak asing.
“ne aku baik-baik saja Soek Jin-ah”
‘Soek __Jin’ nama itu kan___
Pria yang dipanggil Soek Jin ini menoleh kearahku dan___ benar saja aku memang mengenal pria ini.
“sa….jang….nim?” ucapku terkejut dan membulatkan kedua mataku, pria ini juga sepertinya terkejut.
“kau___ bukankah kau karyawan yang waktu itu dilift?” ucapnya bersamaan dengan telunjuk tangan kanannya yang mengarah padaku.
“ne sajangnim”
“apa kau yang menolong ibuku?”
“ah…..ne…”
“terima kasih sudah menolong ibuku”
“ne, em saya permisi pulang dulu sajangnim dan nyonya Choi”
“oh ne, hati-hati dijalan” ucap CEO ku itu dengan senyum manisnya, ah senyumannya itu sungguh mempesona.
Akupun membungkukan badanku memberi hormat pada CEO Kim dan ibunya dan beranjak pergi.
Yah pria tadi adalah CEO Golden Corp namanya adalah Kim Seok Jin pria muda dan tampan berusia 24 tahun, ah aku baru sadar tadi nyonya Choi bilang bahwa namanya ‘Choi’ Sung Tae, tapi kenapa CEO ku itu namanya ‘Kim’ Soek Jin? Ah pasti suami nyonya Choi itu bermarga ‘Kim’ tentunya sehingga CEO ku bermarga ‘Kim’, ah kenapa aku jadi memikirkan nama mereka, lebih baik aku segera pulang dan tidur, aku tidak mau besok terlambat masuk kerja.
Mi Na POV end

3 hari kemudian….
Seok Jin POV
Aku  sedang makan malam bersama dengan oemoni dan aboeji di rumah mereka.
“Soek Jin-ah…” ucap oemoni
“ne oemoni” jawabku
“gadis yang bernama Jung Mi Na itu sepertinya adalah gadis yang baik”
Aku bingung dengan perkataan oemoni siapa itu Jung Mi Na?
“yoebo siapa Jung Mi Na?”tanya aboeji yang ternyata bisa mewakili pertanyaanku juga.
“Jung Mi Na adalah gadis yang menolongku tempo hari yoebo” jelas oemoni yang hanya ditanggapi “owh” oleh aboeji.
“jadi gadis itu bernama Jung Mi Na?” ucapku, oemoni sepertinya tertegun dengan pertanyaanku
“ne…. bukankah dia karyawanmu? Apa kau baru tahu namanya Jung Mi Na?”
Aku tersenyum kikuk pada oemoni, “ne aku tidak tahu namanya oemoni, kami hanya pernah tidak sengaja bertemu dilift itupun hanya sekali”
“ah kukira kau sudah cukup mengenalnya” ucap oemoni dengan raut muka kecewa
“memangnya kenapa oemoni?”
“em tadinya aku pikir jika kau cukup dekat dengannya, maka tidak ada salahnya jika kau____”
“yoebo sudahlah, habiskan saja makananmu dan lekas minum obatmu” ucapan oemoni terpotong oleh teguran aboeji padahal oemoni sepertinya ingin mengatakan sesuatu.
“ne yoebo” jawab oemoni akhirnya.
“Soek Jin-ah, apa kau akan menginap?” tanya aboeji padaku
“iya aku akan menginap aboeji”
“jika kau merasa bosan tinggal sendirian dirumahmu tidak apa jika kau tinggal disini” ucap aboeji
“aku takut merepotkan kalian”
“merepotkan apanya bukankah kami sudah seperti orang tua kandungmu, lagipula rumah ini juga terasa sepi karena kami hanya tinggal berdua” aboeji menjelaskan dengan mimik wajah sedih, yah aku tahu apa yang membuatnya sedih karena aku juga sedih jika mengingat ‘dia’ yang dulu tinggal disini, dirumah pasangan yang ku panggil aboeji dan oemoni ini.
“ne aboeji, aku akan lebih sering datang kesini, aku janji” ucapku berusaha menenangkan hati aboeji dan kulihat oemoni yang memandangku dengan tatapan yang tidak bisa kujelaskan.
Seok Jin POV end

Author POV
Dua hari kemudian….
Seperti biasa dipagi hari setelah Mi Na sampai dikantor, dia langsung diperintah membelikan sarapan untuk manajer Jang dan beberapa pegawai senior di bagian Pemasaran, tanpa bisa menolak Mi Na pun pergi membeli sarapan.
Seperti dejavu pagi itu jam menunjukkan jam 07.58, Mi Na berlari terburu-buru menuju lift, sesampainya dilift saat akan masuk lift dia justru melangkah mundur dan meneliti lift yang akan dimasukinya, tiba-tiba salah satu orang yang berada didalam lift langsung menarik tangan Mi Na untuk masuk lift.
“apa kau takut salah masuk lift lagi nona?” tanya orang yang menarik Mi Na tadi, orang itu juga langsung memencet angka 12 untuk Mi Na dan dia ternyata adalah Kim Soek Jin, para karyawan lain yang berada di belakang Soek Jin memandang ke arah Mi Na.
“em ne, maafkan saya sajangnim” ucap Mi Na sedikit takut.
“tidak apa-apa, lift VIP sedang rusak jadi hari ini aku ikut menggunakan lift umum ini” ucap Soek Jin sambil mengambil alih paper bag yang dibawa Mi Na, melihat perlakuan Soek Jin yang pasti membuat karyawan lain akan bergosip maka Mi Na berusaha mengambil lagi paper bag itu namun Soek Jin sudah menggenggamnya erat.
“sajangnim, saya bisa membawanya sendiri” ucap Mi Na sambil masih menyentuh paper bag ditangan Soek Jin.
Soek Jin tersenyum dan menyingkirkan tangan Mi Na dengan pelan, “apa kau tiap hari selalu membeli sarapan sebanyak ini? Siapa yang menyuruhmu?” tanya Soek Jin
Mendengar pernyataan Soek Jin, Mi Na sedikit menoleh ke belakang melihat pandangan karyawan lain terhadapnya.
“tidak ada yang menyuruh, saya hanya ingin membelikan sarapan, itu saja” ucap Mi Na dengan sedikit menunduk.
Soek Jin heran melihat reaksi Mi Na yang seperti menutupi sesuatu, namun dia tidak mengatakan apa-apa lagi karna pintu lift terbuka untuk beberapa karyawan yang turun dilantai 9, beberapa detik kemudian pintu lift pun kembali berjalan hingga sampailah lift di lantai 12, pintu lift terbuka, Seok Jin memberikan paper bag yang tadi digenggamnya pada Mina.
“terima kasih sajangnim” ucap Mi Na sebelum pintu lift kembali tertutup, Soek Jin pun hanya merespon dengan anggukan.
Mi Na langsung berlari kecil menuju ruangannya dan langsung menuju meja manajer Jang untuk memberikan beberapa bungkus sarapan dan minuman yang tadi dibelinya.
“ah Jung Mi Na kenapa beberapa hari ini kau semakin lelet saja, aku sudah LAPARRR!!!” ucap manajer Jang dengan sedikit membentak Mi Na yang hanya terdiam dihadapannya.
“maaf manajer Jang” ucap Mi Na akhirnya.
“manajer Jang!! Bisakah anda berhenti menyuruh Mi Na membeli sarapan, juga perintah-perintah lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan? Anda kan bisa menyuruh OB” ucap Sae Ri yang tiba-tiba telah ada dihadapan manajer Jang dengan nada keras.
“ya Im Sae Ri, kenapa kau berani berbicara keras padaku?” ucap manajer Jang beranjak berdiri dari kursinya.
“tentu saja berani, hari ini adalah hari terakhirku bekerja dan aku sudah tidak sanggup lagi melihat manajer Jang dan para sunbae dalam memperlakukan karyawan magang dan karyawan baru seperti Mi Na”
“Im Sae Ri, kau benar-benar___” manajer Jang menghela nafasnya, “sudahlah kau kembali kemejamu, kau juga Mi Na, cepat!”
Mi Na pun berbalik menuju kubikelnya, sedang Sae Ri masih memandang kesal manajer Jang namun diapun akhirnya kembali ke meja kerjanya.

Jam 11.30, manajer Jang mendapat telepon dari bagian HRD, bersamaan dengan itu ada seseorang yang datang ke ruangan bagian pemasaran untuk memasang sebuah pengumuman di dekat pintu masuk ruangan. Semua karyawan pun langsung beranjak untuk membaca pengumuan itu. Ternyata pengumuan itu berisi tentang “LARANGAN MEMERINTAH KARYAWAN BARU DAN KARYAWAN MAGANG UNTUK URUSAN DILUAR PEKERJAAN”
Telepon yang diterima manajer Jang juga tentang hal yang serupa dengan pengumuman yang baru saja ditempel, sontak manajer Jang langsung menuju meja Sae Ri.
“Im Sae Ri, apa tadi kau melaporkan sesuatu pada CEO?” cecar manajer Jang diikuti beberapa karyawan yang ikut mengerubungi meja Sae Ri.
“apa maksudmu manajer Jang?” ucap Sae Ri dengan muka innocent, karena dia memang tidak tahu apa yang terjadi.
“pengumuman itu, kau lihat, apa kau yang melakukannya?” manajer Jang menunjuk ke arah pengumuman yang tertempel. Sae Ri pun beranjak dari kursinya dan menuju tempelan pengumuman itu dan langsung membacanya. Selesai membacanya Sae Ri hanya tersenyum, “akhirnya CEO kita bisa melihatnya, bukankah ini bagus manajer Jang?”
“jadi kau yang benar-benar melakukannya?” tanya manajer Jang
“tidak, bukan aku sama sekali, aku tidak mengenal CEO Kim secara pribadi jadi mana mungkin aku melaporkan sesuatu padanya” jawab Sae Ri yang langsung kembali duduk ke mejanya.
Kemudian salah satu karyawan berucap, “aku dengar dari salah satu karyawan bagian keuangan pagi tadi Mi Na dan CEO Kim berada di satu lift dan sepertinya CEO Kim mengenal Mi Na karena CEO Kim membantu membawakan barang bawaan Mi Na”
Mendengar ucapan salah satu karyawannya membuat manajer Jang langsung menengok ke arah kubikel Mi Na. Mi Na yang juga mendengar perkataan salah satu rekan kerjanya pun telah berdiri bersiap mendapat pertanyaan dari manajer Jang.
“jadi, kau yang melaporkannya pada CEO Kim?” tanya manajer Jang pada Mi Na
“bukan, saya tidak mengatakan apa-apa pada CEO Kim, beliau membantu saya karena berliau melihat saya kerepotan, bukan karena kami saling mengenal, saya mengatakan hal yang sebenarnya manajer Jang”
“baiklah, kita lihat saja nanti apa benar yang kau katakan, atau justru sebenarnya kau adalah karyawan baru yang sedang menggoda CEO Kim”
“JAGA UCAPANMU MANAJER JANG!!” ucap Sae Ri mendekati Mi Na dan manajer Jang
“anda tidak pantas mengeluarkan kata-kata seperti itu pada Mi Na, aku sahabatnya dan aku tahu Mi Na bukan tipe gadis seperti itu” Sae Ri memandang kesal pada manajer Jang.
“Im Sae Ri, waktunya disini tinggal setengah hari lagi, seharusnya kau gunakan waktumu untuk membereskan barang-barangmu, bukan repot-repot membela sahabatmu, SEMUANYA!! KALIAN BISA PERGI MAKAN SIANG SEKARANG!!” ucap manajer Jang sambil berlalu keluar ruangan untuk pergi makan siang bersama karyawan lainnya.
Sae Ri menghela nafasnya kesal, “Mi Na-ah, kajja kita makan siang diatap, kau bawa bekal kan?”
“ne, kajja” ucap Mi Na dengan senyuman yang dipaksakan.
15 menit kemudian…
Sae Ri dan Mi Na tengah duduk di salah satu bangku panjang di atap gedung Golden Corp, mereka berdua belum membuka bekal makan siang mereka. Mi Na menceritakan perihal pertemuannya dengan CEO Kim.
“apa, jadi kau pernah salah masuk lift VIP? Lalu kau tidak sengaja menolong ibunya yang pingsan?” tanya Sae Ri terkejut mendengar cerita Mi Na.
“ne, dan aku tidak menyangka hari ini bisa satu lift dengannya lagi” jawab Mi Na
“hemm jadi begitu, pantas saja jika CEO Kim bersikap baik padamu tadi, mungkin dia ingin membalas budi padamu karena kau sudah pernah menolong ibunya”
“tapi, aku merasa tidak enak dengan pandangan karyawan lain tadi dilift, padahal aku benar-benar tidak memiliki hubungan apapun dengan CEO Kim dan tentang pengumuman itu aku tidak tahu sama sekali”
“aku tahu, mereka saja yang sok tahu, apalagi manajer Jang itu, pria tua itu bisa-bisanya berkata kasar padamu, ini hari terahirku kerja tapi sesuatu yang buruk terjadi padamu, maafkan aku Mi Na-ah aku tidak bisa bersamamu lagi” Sae Ri beranjak memeluk Mi Na
“tidak apa-apa Sae Ri-ah, aku bisa menjaga diriku, aku akan berusaha yang terbaik untuk diriku sendiri, kau nikmatilah kehidupanmu di Jepang nanti, yang penting kau harus sering menghubungiku” Mi Na balas memeluk Sae Ri erat.
Tiba-tiba ponsel Sae Ri berdering, suaminya menelepon untuk mengajaknya makan siang bersama dengan atasan suaminya.
“Mi Na-ah bagaimana ini? suamiku memintaku ikut dengannya makan siang bersama atasannya karena ini juga hari terahirnya bekerja di kantor pusat” ucap Sae Ri dengan wajah bersalah.
“ya sudah kau pergi saja, aku akan makan disini, cepatlah jangan biarkan suamimu menunggu”
“lalu bagaimana bekal makan siangku?”
“nanti biar aku yang memakannya saja, cepat pergilah”
“apa kau serius mau makan 2 porsi?”
Mi Na menanggapi pertanyaan Sae Ri dengan anggukan.
Beberapa saat setelah Sae Ri pergi, Mi Na hanya memandangi 2 kotak makan siang di hadapannya. Cukup lama Mi Na seperti itu hingga tidak menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya.
“apa kau sedang bingung mau makan kotak yang mana?” ucap orang itu.
Mi Na mendongakkan kepalanya, dia membulatkan kedua matanya karena orang yang dihadapannya adalah Kim Soek Jin.
“sajangnim” ucap Mi Na pelan
“kenapa kau tidak makan dikantin?” tanya Soek Jin sembari duduk di samping Mi Na.
“em saya biasa makan siang disini bersama teman saya”
“lalu dimana temanmu?”
“dia tadi baru saja pergi karena diajak makan siang suaminya”
“jadi salah satu dari kotak ini tidak ada yang memakannya?” tanya Seok Jin antusias melihat kedua kotak bekal tersebut.
“ne”
“apa aku boleh memakan salah satunya?”
“apa sajangnim mau memakannya?”
“tentu saja jika boleh”
“em boleh saja, sajangnim mau makan yang mana?” Mi Na membuka kedua kotak bekal itu dan memperlihatkan isinya pada Seok Jin.
“wah makanan rumahan, aku suka….. em bagaimana kalau aku makan yang kotak biru ini” tunjuk Seok Jin pada kotak berwarna biru.
“ne?”
“kenapa, apa ini punyamu?”
Mi Na menanggapi dengan anggukan.
“kau yang masak sendiri?”
Mi Na kembali menanggapi dengan anggukan
“kalau begitu aku boleh kan mencicipi masakanmu?”
“baiklah, silahkan, tapi jangan menyesal jika rasanya tidak sesuai selera sajangnim” Mi Na menyodorkan kotak bekalnya pada Seok Jin.
Seok Jin menerimanya dengan senyum cerah, “terima kasih, aku tidak akan menyesal”
“selamat makan sajangnim” Mi Na tersenyum dan mulai memakan bekal milik Sae Ri.
Seok Jin pun mulai memakan jatah makanannya.
“ini enak, kurasa kau bakat memasak Jung Mi Na” ucap Seok Jin sambil mengunyah makanannya.
Mi Na menoleh menatap Seok Jin yang menikmati makanannya.
“terima kasih pujiannya sajangnim, tapi dari mana sajangnim tahu nama saya?”
“dari ibuku”
“owh, apa ibu sajangnim sudah sembuh?”
“yah beliau sudah lebih sehat, terima kasih atas bantuanmu waktu itu”
“sajangmin sudah mengatakannya ketika dirumah sakit, saya hanya melakukan hal yang biasa dilakukan orang lain”
“tapi karena ‘hal yang biasa’ itu  aku jadi lebih tahu keadaan ibuku, jadi aku sangat berterima kasih padamu”
“apa ibu sajangnim sakit parah?”
“ne, ibuku sedang memiliki gangguan di jantungnya, karena kejadian waktu itu aku jadi lebih memperhatikannya dan juga lebih sering mengunjunginya”
“mengunjungi? Apa ibu sajangnim masih dirawat dirumah sakit?”
“tidak, aku tidak tinggal satu rumah dengan ibuku”
“owh begitu, kenapa sajangnim tidak tinggal satu rumah dengan orang tua sajangnim?”
“ne?”
“aku lihat di negara ini banyak sekali anak yang sengaja tinggal terpisah dengan orang tuanya karena pekerjaannya maupun karena ingin lebih bebas, kenapa mereka tidak berusaha tetap bersama orang tua mereka? Bukankah kita tidak pernah tahu umur manusia, bagaimana jika orang tua kita tiba-tiba meninggal disaat kita tidak disamping mereka?” Mi Na menghela nafasnya menatap langit.
Seok Jin menghentikan makannya dan menatap wajah Mi Na.
“Jung Mi Na-shi, apa kau______ orang tuamu____”
“kedua orang tua saya meninggal ketika saya kelas 2 SMA, maafkan atas kata-kata saya tadi sajangnim, saya tidak bermaksud___”
“tidak apa-apa Jung Mi Na-shi, ayo lanjutkan makannya”
“ne sajangnim”
Merekapun kembali memakan makanan mereka.
Beberapa saat kemudian keduanya telah selesai makan, Mi Na merapikan kedua kotak bekalnya dan berdiri pamit pada Seok Jin.
“sajangnim, saya duluan” setelah memberi hormat Mi Na pun membalikkan badannya untuk pergi, namun panggilan Seok Jin menghentikan langkahnya.
“Jung Mi Na-shi, apa lain kali aku bisa makan bekalmu lagi?”
Mi Na membalikkan badannya menatap Seok Jin.
“em bisa saja, tapi saya tidak bisa berjanji, permisi sajangnim” ucap Mi Na yang langsung berbalik pergi.
Seok Jin bingung dengan jawaban Mi Na, “apa maksudnya tadi adalah menolak?” gumam Seok Jin.
Author POV end

Satu minggu kemudian…
Mi Na POV
Jam 11.00
Hari ini adalah hari sabtu, aku pergi ke supermarket berbelanja kebutuhan dapur untuk satu minggu kedepan, biasanya aku pergi bersama Sae Ri tapi karena dia telah berangkat 5 hari yang lalu jadi mulai minggu ini aku akan berbelanja sendiri. Keranjang belanjaanku sudah terisi penuh dengan sayur, daging, buah dan beberapa bumbu dapur, aku pun bergegas menuju kasir untuk membayar belanjaanku ini. Seorang kasir tengah menghitung belanjaanku hingga kurasakan sebuah sentuhan dipundak kiriku, akupun menoleh dan mendapati 2 orang dihadapanku.
“Nyonya Choi, sajangnim” ucapku menyapa mereka.
“kau habis belanja juga Jung Mi Na-shi?” tanya nyonya Choi dengan senyum keibuannya.
“ne, apa nyonya juga baru selesai belanja?”
“ne dan hari ini kebetulan Seok Jin mau menemaniku” ucap nyonya Choi sambil memeluk lengan anaknya yang tampan itu. ‘tampan’ yah CEO ku itu memang tampan bahkan sangat tampan menurutku, dia juga ramah pada setiap orang, karena itulah dia sangat dicintai karyawan Golden Corp terutama yang berjenis kelamin wanita.
“nona, total semuanya 35.000 won” ucapan kasir menyadarkan lamunanku.
“ah iya, ini” aku menyodorkan beberapa lembar uang pada kasir itu.
“jangan!” ucap nyonya Choi tiba-tiba.
“biar belanjaanmu sekalian kubayar Jung Mi Na-shi” nyonya Choi melanjutkan ucapannya membuatku terkejut dan merasa tidak enak.
“ah tidak usah nyoya terima kasih, nona ini uangnya” ucapku sambil kembali menyodorkan uangku pada kasir. Kasir itupun menerima uangku dan menghitungnya kemudian memberiku kembalian bersama struk belanjaannya. Kemudian kasir itu mulai mengeluarkan belanjaan nyoya Choi dan menghitungnya.
“saya duluan nyonya Choi, sajangnim” ucapku sambil menundukkan kepalaku.
“apa kau ada acara lain setelah ini?” tanya nyonya Choi menghentikan niatku yang akan melangkah pergi.
“tidak, saya mau langsung pulang”
“kalau begitu ikutlah makan siang bersama kami” ajak nyonya Choi yang disambut senyuman Kim sajangnim padaku menunjukkan kesetujuannya dengan tawaran ibunya.
“tapi saya___”
“tidak apa-apa Jung Mi Na-shi, ini diluar kantor jadi kau tidak usah sungkan padaku” ucap Kim sajangmin
“kau mau kan Jung Mi Na-shi?” ucap nyonya Choi kembali mengajakku.
“em baiklah”
“oke, tunggu sebentar aku akan membayar ini dulu” nyonya Choi menunggu kasir menyelesaikan perhitungannya kemudian membayar belanjaannya.
Satu jam kemudian…
Kami bertiga telah berada disebuah restoran dan beberapa makanan juga telah tersaji dimeja kami.
“ayo makan Jung Mi Na-shi” nyonya Choi mempersilahkanku makan.
“ah iya nyonya” akupun mulai menyantap makanan yang telah disajikan.
“oemoni, aku rasa masakan Jung Mi Na-shi lebih enak dari ini” ucapan Kim sajangnim menghentikan kegiatan makanku sejenak.
“ne? apa kau sudah pernah makan masakan Jung Mi Na-shi?” tanya nyonya Choi pada anaknya.
“ne minggu lalu aku kebetulan memakan bekal makan siang Jung Mi Na-shi” jawab Kim sajangnim.
“ne? yah bagaimana bisa kau memakan bekal makan siang karyawanmu?” nyonya Choi kembali terkejut atas ucapan anaknya.
“he he he….itu sungguh kebetulan oemoni, nanti kuceritakan lebih lanjut” ucap Kim sajangnim dengan tersenyum.
“jadi kau pandai memasak Jung Mi Na-shi?” tanya nyonya Choi padaku
“tidak juga nyonya, saya hanya bisa memasak makanan rumahan” jawabku merendah.
“hemm sepertinya kau calon istri idaman Jung Mi Na-shi” ucap nyonya Choi
Uhuk uhuk…… aku melihat Kim sajangnim tersedak dengan ucapan nyonya Choi, ‘apa ada yang salah’ batinku.
“kau kenapa Soek Jin-ah?” nyonya Choi memberi segelas air putih pada Kim sajangnim.
“tidak___apa___apa” ucap Kim sajangnim sambil memimum air putihnya.
“apa karena aku mengucapkan kata ‘calon istri’?’ nyonya kembali bertanya pada anaknya yang masih berusaha menetralkan rasa sakitnya karena tersedak, dan Kim sajangnim hanya menggeleng-gelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan ibunya.
“Jung Mi Na-shi, apa aku boleh memanggilmu Mi Na saja?” ucap nyonya Choi mengejutkanku, kami baru bertemu 2 kali tapi nyonya Choi seolah ingin lebih dekat denganku dengan memanggil namaku tanpa margaku.
“tentu saja boleh nyonya” jawabku.
“kalau begitu kau juga jangan panggil aku nyonya lagi, panggil saja ahjuma atau oemoni”
“ne?” aku membulatkan kedua mataku karena terkejut dengan permintaan nyonya Choi
“kenapa?”
“em saya merasa tidak nyaman memanggil nyonya dengan kedua sebutan itu” ucapku jujur
“apa karena kita baru mengenal?”
“ne”
“kalau begitu mari kita lebih saling mengenal Mi Na-shi, berikan ponselmu padaku” nyonya Choi menengadahkan tangan kanannya padaku, akupun memberikan ponselku padanya. Nyonya Choi mengetikan nomor di ponselku, setelah selesai beliau mengembalikan ponselku.
“itu adalah nomor ponselku, kau harus mau bertemu denganku jika aku menghubungimu oke”
“baiklah nyonya”
“oemoni, kenapa kau sembarangan memerintah Jung Mi Na-shi seperti itu?” ucap Kim sajangnim
“kenapa, aku hanya ingin lebih dekat dengannya itu saja, oh iya nanti aku akan dijemput supir Han, jadi tolong kau mengantar Mi Na pulang ya”
“ne?” Kim sajangnim terlihat terkejut dengan permintaan ibunya.
“tidak usah nyonya, saya bisa pulang sendiri” ucapku.
“ya Mi Na-shi jangan menolak permintaanku, kumohon” ucap nyonya Choi dengan senyuman khasnya membuatku hanya merespon dengan anggukan.

Beberapa saat kemudian sebuah mobil datang menjemput nyonya Choi, supir yang menjemput nyonya Choi juga memindahkan belanjaan nyonya Choi dari bagasi mobil Kim sajangnim menyisakan 2 kantong kresek belanjaanku.
“baiklah aku pulang dulu Mi Na-shi, Seok Jin-ah antar Mi Na sampai rumahnya” ucap nyonya Choi lalu masuk kedalam mobilnya.
Setelah mobil nyonya Choi pergi, Kim sajangnim menyuruhku masuk kedalam mobilnya.
Mi Na POV end



Seok Jin POV
Oemoniku itu entah apa tujuanya menyuruhku mengantar Jung Mi Na, aku bukannya keberatan hanya merasa canggung karena sudah lama aku tidak berduaan dengan seorang gadis di mobilku, walau tujuanku hanya mengantarnya pulang. Entah kenapa aku menjadi salah tingkah didekatnya, jantungku juga berdetak lebih cepat dari biasanya. Kulihat Jung Mi Na juga hanya terdiam sambil sesekali memandang ke arah jendela.
“dimana rumahmu Jung Mi Na-shi?” ucapku memulai pembicaraan.
Mi Na menjawab alamat rumahnya yang ternyata satu arah dengan apartementku.
“kau tinggal sendirian?” tanyaku kembali
“ne” jawabnya singkat, membuatku bingung harus bertanya apa lagi.
“sajangnim” Mi Na akhirnya memanggilku
“ne”
“sajangnim antarkan saja saya ke halte dekat rumah saya”
“kenapa? Apa kau tidak suka jika aku tahu apartementmu?”
“bukan begitu, saya hanya tidak mau merepotkan sajangnim, dan juga mengenai ibu sajangnim saya__” Mi Na menggantungkan kata-katanya.
“maafkan sikap ibuku, beliau sepertinya sangat menyukaimu hingga dia terlalu bersemangat untuk menjalin hubungan yang lebih dekat denganmu” ucapku menenangkan gadis ini.
“ne, saya mengerti”
Tidak berapa lama kemudian kami sampai didepan sebuah bangunan apartement kecil 6 lantai, Jung Mi Na bilang dia tinggal di lantai paling atas yaitu lantai 6, yang membuatku tertegun adalah tidak ada lift dibangunan sederhana itu jadi Jung Mi Na harus naik tangga 6 lantai itu, bukankah itu melelahkan untuk melakukannya tiap hari? Gadis ini keluar dari mobilku dan akupun menyusulnya keluar untuk mengambilkan belanjaannya yang tertinggal dibagasi.
“terimakasih sajangnim” dia mengambil kantong belanjaannya dari tanganku
“ne, apa kau tidak menawariku untuk mampir” ucapku sambil menunjuk bangunan dihadapan kami
“ne?” Jung Mi Na terlihat terkejut dengan ucapanku.
“ah maaf, aku hanya bercanda” ucapku menenangkannya.
“nona Jung!!” panggilan seseorang mengejutkan kami, kulihat dua orang pria berumur sekitar 30 tahunan mengenakan pakaian serba hitam tiba-tiba mendekat ke arah kami. Aku melihat kearah Jung Mi Na yang terlihat terkejut dengan kedatangan kedua orang itu.
“tuan Do” ucap Jung Mi Na pada salah satu pria yang memanggilnya tadi.
“nona Jung maaf kami datang lagi, bisakah kita bicara” ucap seorang pria yang mungkin bernama tuan Do itu.
“baiklah, kita bicara di rumahku saja” ucap Jung Mi Na
“ayo” jawab pria itu yang langsung berjalan bersama temannya menuju ke rumah Jung Mi Na.
“sajangnim, sekali lagi terima kasih, saya permisi dulu” ucap Mi Na yang kemudian buru-buru mengikuti kedua orang yang sudah berjalan lebih dulu menaiki tangga bangunan dihadapan kami.
Aku terus memperhatikan gelagat Jung Mi Na dan yang kulihat ada rasa ketakutan dan gelisah diwajahnya, entah kenapa aku menghawatirkannya, sebenarnya siapa 2 orang itu, dari penampilan mereka aku rasa mereka itu seperti mafia atau semacamnya. ‘Haruskah aku mengikuti mereka’ pikirku sesaat, tapi kedua kakiku telah melangkah menaiki tangga bangunan ini, ah haruskah aku berbuat seperti ini, bagaimana jika Jung Mi Na tahu dan marah padaku? ‘marah’ aku rasa dia tidak berani marah pada CEOnya kan. Sudahlah aku ikuti saja mereka siapa tahu Jung Mi Na memang dalam masalah.
Seok Jin POV end

Author POV
Mi Na mempersilahkan dua orang berpakain serba hitam itu duduk disebuah bangku panjang di teras rumahnya, rumah Mi Na yang berada dilantai paling atas gedung atau biasa disebut atap gedung membuatnya memiliki teras cukup luas.
“kalian ingin minum apa?” ucap Mi Na
“tidak usah nona Jung, duduklah” jawab salah seorang pria yang bernama tuan Do
Mi Na pun duduk disamping orang yang dipanggilnya tuan Do, usia pria itu sebenarnya hanya terpaut 5 tahun dari Mi Na.
“nona Jung kau pasti tahu alasan kami datang kemari, bos kami tuan Lee ingin kau segera melunasi hutang itu”ucap tuan Do
“iya aku tahu aku harus melunasinya, tapi bukankah deadlineku masih 3 bulan lagi, aku sedang mengumpulkan uangnya”
“aku tahu kau tidak akan mengingkari perkataanmu, tapi tuan Lee menginginkan kau untuk membayar sisa hutangnya 3 hari lagi”
“apa? 3 hari lagi, bagaimana mungkin aku mendapatkan uang dalam 3 hari” Mi Na memandang tuan Do dengan tatapan memelas.
“maafkan kami nona Jung, dari semua orang yang berurusan dengan tuan Lee hanya kau yang kami perlakukan dengan baik karena kami tahu orang yang sebenarnya berhutang adalah mantan kekasihmu yang brengsek itu, tapi kami benar-benar tidak bisa membujuk tuan Lee lagi” tuan Do hanya bisa menatap nanar pada Mi Na.
Author POV end

Seok Jin POV
‘mantan kekasihmu yang brengsek’ aku mendengar kata-kata yang diucapkan pria bernama tuan Do itu, apa yang dimaksud orang itu adalah Jung Mi Na menanggung hutang dari mantan kekasihnya? Jika benar maka pria seperti apa yang tega meninggalkan hutangnya pada gadis seperti Jung Mi Na? aku lihat Mi Na benar-benar terkejut dan tidak berkata apa-apa lagi pada tuan Do itu, orang itu sepertinya memang tidak berniat jahat pada Jung Mi Na, dia hanya melakukan tugas dari bosnya.
Aku melihat tuan Do dan temannya pamit pergi, dan akupun langsung berlari menuruni tangga dengan berusaha tidak menimbulkan suara yang akan terdengar oleh mereka, dan aku memutuskan untuk berhenti dilantai 4 menunggu dua orang itu turun. Hanya selang beberapa detik kulihat dua orang itu turun dan mereka melihatku yang berdiri disini.
“maaf tuan, bolehkan aku tahu ada urusan apa kalian dengan Jung Mi Na?” ucapku menghentikan langkah mereka yang akan melewatiku begitu saja.
“memangnya apa hubunganmu dengan nona Jung?” tanya orang yang bernama tuan Do itu.
“aku___em aku adalah kekasihnya” kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku.
“kekasih nona Jung, yang aku tahu dia tidak pernah memiliki kekasih sejak lama” pria ini terlihat mengetahui kebohonganku.
“kami baru saja menjalin hubungan jadi tidak banyak yang tahu, aku ingin tahu apa kekasihku itu punya masalah, jika iya biarkan aku mengetahuinya” ucapku sambil menetralkan mimik wajahku agar tidak mencurigakan.
“jika kau ingin tahu kenapa tidak bertanya sendiri dengan kekasihmu, kami tidak berhak untuk menjawab pertanyaanmu, permisi” kedua orang itu langsung melangkah menuruni tangga lagi dan akupun berusaha mengejar mereka hingga kami bertiga sampai di depan gedung.
“baiklah, aku akui aku bukan kekasih Jung Mi Na, aku adalah atasannya di tempatnya bekerja, jadi kumohon katakan apa masalahnya, jika bisa aku ingin membantu, aku janji tidak akan mengatakan pada siapapun, kumohon” ucapku panjang lebar sambil memegang lengan tuan Do.
Pria ini menatapku sejenak berusaha mencari tahu adakah kebohongan dimataku, tapi kali ini aku tidak lagi berbohong entah kenapa aku memang ingin membantu Jung Mi Na.
Seok Jin POV end

Author POV
Beberapa saat kemudian Seok Jin, tuan Do dan temannya berada disebuah coffe shop tidak jauh dari rumah Mi Na.
“jadi yang berhutang itu mantan kekasih Jung Mi Na, tapi yang harus membayar adalah gadis itu, kenapa kalian tidak mencari keberadaan pria itu kenapa harus menagihnya pada Mi Na?” tanya Soek Jin
“karena pria itu menjadikan Jung Mi Na sebagai jaminannya” ucap teman tuan Do yang dari tadi memang hanya diam, tapi dia akhirnya angkat bicara ketika melihat tuan Do malas untuk menjawab pertanyaan dari Seok Jin.
“apa? Bagaimana bisa ada pria sebrengsek itu?”
“tadinya tuan Lee bahkan berniat menjual Jung Mi Na ke tempat hiburan, tapi Jung Mi Na menyerahkan surat rumah peninggalan orang tuanya untuk melunasi hutang mantan kekasihnya meskipun itu tidak cukup, melihat usaha gadis itu akhirnya kami berusaha meyakinkan tuan Lee untuk mempercayai Jung Mi Na akan membayar sisa hutang mantan kekasihnya, dan selama 4 tahun ini gadis itu selalu menyicil tiap bulan tapi kemarin tuan Lee tiba-tiba menginginkan agar sisa hutangnya segera dilunasi” jelas teman tuan Do panjang lebar, sedang tuan Do hanya diam menikmati kopinya.
“memangnya berapa sisa hutang yang masih harus dibayar Jung Mi Na?” tanya Seok Jin, membuat teman tuan Do memberi kode pada tuan Do untuk menjawabnya.
“setelah dikurangi dengan hasil penjualan rumah nona Jung ditambah cicilannya selama 4 tahun ini, sisa hutangnya masih 7 juta won”
“baiklah berikan nomor rekening tuan Lee itu aku akan melunasinya sekarang juga” ucap Seok Jin mengeluarkan ponselnya bersiap mentransfer uang, membuat tuan Do dan temannya terkejut.
“apa niatmu yang sebenarnya tuan Kim?” ucap tuan Do curiga pada kebaikan Soek Jin
“aku hanya ingin menolongnya itu saja, sungguh tidak ada niatan apa-apa, dia pernah menolong ibuku jadi aku juga ingin menolongnya, percayalah padaku” jawab Seok Jin dengan menyakinkan.
Akhirnya tuan Do memberikan nomor rekening tuan Lee dan Seok Jin langsung mentransfer uang sejumlah 7 juta won ke rekening itu.
“jangan katakan pada Jung Mi Na jika aku yang melunasinya, dan aku juga mau meminta tolong pada kalian”
“apa?” tanya teman tuan Do.
“tolong cari keberadaan mantan kekasih Jung Mi Na itu, aku akan memberi kalian imbalan jika bisa menemukannya”
“kami sudah mencarinya selama 4 tahun ini tapi tidak pernah ketemu, terahir kami dengar dia berada di Amerika tapi kami belum sempat memastikannya kesana” jelas teman tuan Do
“lakukan apapun untuk menemukannya, aku akan membayar berapapun”
“memangnya apa yang akan kau lakukan jika menemukannya tuan Kim?” tanya tuan Do
“aku juga belum tahu, aku hanya ingin tahu seperti apa pria pengecut itu”
“baiklah aku mengerti” jawab tuan Do.
Author POV end

TBC…….

NB : part 2 nya udah aku bikin, mohon saran dan kritiknya^^

No comments:

Post a Comment