Tuesday, April 7, 2015

FF After Boy Before Flower (Ji Hoo Story) Part 1





Title : After BBF (Yoon Ji Hoo Story) Part 1
Author : Jungna
Genre : Friendship, Family, Romance
Length : Twoshoot | Rating : PG-15
Main Cast :
Kim Hyun Joong as Yoon Ji Hoo
Han Nari (OC)
Lee Min Ho as Gu Jun Pyo
Goo Hye Sun as Geum Jan Di / Ny. Gu Jun Pyo
Kim Bum as So Yi Jung
Kim So Eun as Chu Ga Eul / Ny. So Yi Jung
Kim Joon as Song Woo Bin
Leo as Gu Jun Pyo-Geum Jan Di son’s
Byul (OC) So Yi Jung-Chu Ga Eul daugther’s

Disclaimer :
FF ini aku buat dengan setting waktu 5 tahun setelah drama Boys Before Flowers berakhir (inget di episode terakhir terjadi lompatan waktu 4 tahun dan sekarang lompat lagi 5 tahun kemudian). Awalnya muncul ide ini karena beberapa waktu yang lalu drama itu diputer lagi di salah satu stasiun tv swasta Indonesia, dan untuk kesekian kalinya aku kembali menonton drama ini. Dan meski sudah bertahun-tahun berlalu setiap kali drama ini ditayangin aku tetep berpihak pada Ji Hoo, akhirnya aku putusin kali ini aku bikin FF yang mengisahkan tentang Ji Hoo dan juga nantinya aku juga mau bikin kisah Song Woo Bin, soalnya diakhir drama BBF dua orang ini gak punya pasangan he he he….
Oke daripada kebanyakan cuap cuap gak jelas langsung aja ke ceritanya, happy reading and please give me RCL, thank you :D

--------------------------

Untuk mempermudah memahami cerita, maka saya jelaskan kondisi para cast di FF ini :
-          Gu Jun Pyo dan Geum Jan Di menikah 5 tahun lalu dan saat ini telah memiliki putra bernama Leo Gu yang berumur 4 tahun. Gu Jun Pyo menjadi CEO Shinhwa group menggantikan ibunya dan Geun Jan Di sekarang telah menjadi dokter ahli bedah dan menjabat sebagai Direktur Shinhwa Hospital.
-          Yoon Ji Hoo saat ini telah menjadi dokter bedah sekaligus dokter specialis anak, dia bersama kakeknya mendirikan sebuah rumah sakit khusus untuk anak-anak yang dikelola dan dipimpin oleh Ji Hoo sendiri. Rumah sakit tersebut bernama “Rainbow Hospital”, rumah sakit ini juga bekerja sama dengan Shinhwa Hospital sehingga Ji Hoo dan Jan Di masih sering bertemu untuk urusan pekerjaan sebagai sesama dokter. Selain mengelola Rainbow Hospital Ji Hoo juga masih aktif mengelola yayasan Suwon milik keluarganya.
-          So Yi Jung dan Chu Ga Eul telah menikah 2 tahun lalu dan dikaruniai seorang putri bernama So Byul yang baru berusia 1 tahun. So Yi Jung masih mejadi seniman tembikar dan meneruskan perusahaan keluarganya, sedang Ga Eul telah menjadi kepala sekolah sebuah TK bertaraf internasiol namun dikhususkan untuk keluarga kelas menengah ke bawah yang didirikan Yi Jung untuk Ga Eul.
-          Song Woo Bin telah menjadi Letnan Polisi dan menduduki jabatan sebagai pimpinan Kepolisian Seoul distrik Gangnam. Usaha keluarganya telah berubah dari mafia menjadi sebuah perusahaan security yang menyediakan sistem keamanan dan bodyguard untuk perusahaan-perusahaan diseluruh Asia.

PART 1

Author POV
@Rainbow hospital
Di sebuah ruangan bagian kanker terlihat seorang gadis berambut hitam lurus sebahu yang dikuncir rapi, mengenakan seragam perawat sedang berdiri di depan beberapa perawat lain.
“annyeonghaseo, naneun Han Nari imnida, mohon bimbingannya” ucap gadis yang bernama Han Nari itu sambil membungkukan sedikit badannya menunjukkan rasa hormatnya pada rekan-rekan seniornya.
“Han Nari adalah perawat pindahan dari rumah sakit Seoul dan dia ditempatkan ke bagian ini, silahkan saling bekerja sama, Han Nari-shi jika ada sesuatu yang kau tidak tahu langsung saja tanyakan pada seniormu disini” ucap seorang wanita paruh baya bernama Lee Sun Mi dia adalah kepala perawat di Raibow Hospital.
“baiklah ibu kepala Lee” jawab Nari dengan senyum ramahnya
“kalau begitu aku pergi dulu, silahkan semuanya bekerja kembali” Kepala perawat Lee pun langsung belalu dari ruang bagian kanker.
Nari langsung diajak seorang perawat lain untuk mengecek kondisi para pasien di bagian kanker.

Skip----

Seorang perawat berlari menuju meja perawat dengan wajah panik.
“perawat Min!!” teriak perawat tersebut. Perawat Min yang tak lain adalah ketua perawat bagian kanker langsung berdiri dari duduknya menatap kedatangan seorang perawat yang memanggilnya
“ada apa?”
“itu…itu… pasien Kang Jung Sook tidak ada di kamarnya, sepertinya dia kabur lagi” ucap si perawat dengan paniknya
“apa!! Ya sudah cepat cari anak itu, perawat Han tolong bantu perawat Jung mencarinya” perintah perawat Min yang langsung diiyakan oleh Han Nari.

Bebekal petunjuk foto dari perawat Min, Nari menyusuri tiap sudut Rainbow hospital untuk mencari pasien anak laki-laki berumur 8 tahun bernama Kang Jung Sook yang ternyata sudah ke 5 kalinya bocah itu menghilang dari kamar rawatnya.
Setelah 1 jam mencari, Nari dan perawat lain yang juga dibantu tim security tidak berhasil menemukan Kang Jung Sook, maka tim security berinisiatif mencarinya diluar gedung rumah sakit. Nari yang ikut keluar bersama beberapa orang security melihat gedung yayasan Suwon yang berdiri tepat disebelah Rainbow Hospital, maka Nari pun berinisitif mencari Kang Jung Sook ke dalam gedung Suwon.
Gedung itu terlihat sepi karena sedang tidak ada kegiatan kesenian, Nari mencoba menemui beberapa petugas security dan petugas kebersihan untuk menanyakan keberadaan bocah berumur 8 tahun itu namun tidak ada satupun yang melihatnya. Nari tidak menyerah begitu saja, dengan ijin dari tim security Nari langsung menyusuri tiap ruangan didalam gedung itu. Akhirnya Nari sampai disebuah ruangan yang tak lain adalah sebuah studio yang biasa digunakan untuk pertunjukan musik orkestra. Terlihat sebuah piano berdiri kokoh di atas panggung, Nari memasuki studio itu sambil mengedarkan pandangannya pada tiap barisan kursi yang ada dan akhirnya menemukan seorang bocah lelaki yang mengenakan pakaian pasien Rainbow Hospital sedang duduk di barisan kursi paling depan tepat di depan panggung. Nari mendekati bocah itu, “apa kau yang bernama Kang Jung Sook?” ucap Nari sambil memperlihatkan sebuah foto yang diberikan perawat Min diponselnya. Anak tersebut hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Nari. Nari tersenyum lega kemudian berjongkok didepan Kang Jung Sook.
“Kang Jung Sook-ah, kenapa kau pergi dari kamarmu tanpa bilang pada para perawat, apa kau tahu kalau mereka khawatir dan mencarimu?” ucap Nari lembut
“aku tahu mereka khawatir, tapi tidak dengan orang tuaku, mereka tidak memperdulikanku” jawab Jung Sook lemah
“jadi kau kabur karena ingin mendapat perhatian dari orang tuamu?”
Jung Sook hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Nari.
Nari tersenyum hangat pada bocah lelaki didepannya, “ya sudah sekarang ayo kita kembali ke rumah sakit”
“tidak mau! Percuma aku kembali kesana, pada akhirnya aku juga akan mati”
Nari terkejut mendengar pernyataan Jung Sook, dia langsung memeluk bocah lelaki itu sambil mengusap-usap kepalanya.
“siapa yang bilang kau akan mati? Jangan berkata seperti itu Kang Jung Sook-ah”
“aku tahu penyakitku tidak bisa disembuhkan, karena itu orang tuaku tidak peduli padaku dan membiarkanku mati perlahan dirumah sakit, hiks…hiks…hiks…” tangisan Jung Sook akhirnya pecah dalam dekapan Nari. Nari yang berempati pada pasien didekapannya pun tanpa terasa ikut mengeluarkan air matanya.
Setelah dirasa Jung Sook sedikit tenang, Nari perlahan melepas pelukannya, “Kang Jung Sook-ah, bagaimana jika kita membuat janji?”
“janji apa?”
“janji jika kau mau berusaha untuk sembuh dan mentaati semua perintah dokter maka kau boleh menyuruhku melakukan apapun, dan juga aku akan berusaha membuat orang tuamu kembali peduli padamu, bagaimana?”
“tapi penyakitku tidak bisa disembuhkan”
“Kang Jung Sook-ah, didunia ini tidak ada yang tidak mungkin, asal kau mau berusaha Tuhan pasti akan memberikan jalan, kau percaya pada Tuhan kan?”
“iya aku percaya”
“kalau begitu ayo berjanji dengan noona”
“noona?”
“iya, namaku Han Nari, kau bisa panggil aku Nari noona, bagaimana?”
“Nari noona? Apa kau benar-benar akan memenuhi permintaanku?”
“tentu”
“meski aku menyuruhmu untuk berenang menyebrangi sungai Han apa noona mau melakukannya?”
“jika itu permintaanmu aku bersedia, aku lumayan pandai berenang”
“emm____baiklah aku mau berusaha sembuh, tapi aku tidak akan meminta noona menyebrangi sungai Han aku akan memikirkan permintaan lain, boleh kan?”
“tentu, jika kau sudah menemukannya, kau bisa langsung mengatakannya padaku” ucap Nari sambil mengacungkan kelingking tangan kanannya yang langsung disambut senyuman Jung Sook dan bocah itupun langsung mengkaitkan kelingking tangannya pada kelingking tangan Nari.

Disisi lain Yoon Ji Hoo yang baru kembali setelah melakukan operasi di Shinhwa Hospital langsung diberi kabar bahwa Kang Jung Sook menghilang. Ji Hoo pun berlari memasuki gedung Suwon untuk mencari Kang Jung Sook. Langkah Ji Hoo terhenti tatkala dia melihat Kang Jung Sook yang berjalan keluar dari studio orkestra sambil digandeng oleh seorang perawat. Melihat ada senyuman diwajah Jung Sook membuat Ji Hoo juga tersenyum lega dan langsung mendekati pasiennya itu.
“Kang Jung Sook!! Apa kau bermain petak umpet lagi?” ucap Ji Hoo yang langsung berjongkok beberapa langkah dari hadapan Jung Sook.
Jung Sook yang melihat ada Ji Hoo langsung tersenyum senang, “Yoon sonsengnim!!” Jung Sook berlari kecil dan memeluk Ji Hoo.
Nari pun tersenyum melihat tingkah Jung Sook, dia juga sedikit mengamati sosok dokter pria dihadapannya dan membuat Nari sedikit terperangah dengan ketampanan Ji Hoo.
Jung Sook melepas pelukannya pada Ji Hoo, “sonsengnim, mulai sekarang aku janji tidak akan kabur lagi”
Ji Hoo tersenyum mendengar pernyataan Jung Sook, “benarkah? Apa yang membuatmu berjanji seperti itu?”
Jung Sook menggeser tubuhnya kemudian tangan kanannya menunjuk ke arah Nari, “karena perawat Han Nari noona, aku telah membuat perjanjian dengannya”
Ji Hoo langsung menatap sosok perawat yang ditunjuk Jung Sook. Melihat pandangan Ji Hoo padanya membuat Nari sedikit salah tingkah dan hanya bisa tersenyum kaku kemudian memberanikan diri memperkenalkan dirinya, “annyeonghaseo nama saya Han Nari, ini adalah hari pertama saya bekerja di Rainbow Hospital, mohon bimbingannya sonsengnim”
Ji Hoo berdiri sambil masih memegang tangan Jung Sook dan tersenyum ramah pada Nari “aku Yoon Ji Hoo, selamat bekerja di Rainbow Hospital”
“owh berarti tuan adalah direktur Rainbow hospital? terima kasih Yoon Ji Hoo sajangnim, mohon bimbingannya”
“sajangnim? Panggil aku dengan sebutan sonsengnim seperti dokter yang lain”
“ah baiklah Yoon Ji Hoo sonsengnim” ucap Nari sambil tersenyum
“ya sudah, ayo kita kembali ke rumah sakit”
“baiklah” ucap Nari dan Jung Sook berbarengan membuat Ji Hoo kembali tersenyum.

Kang Jung Sook memasuki ruangan kanker dengan digandeng Ji Hoo dan Nari, membuat beberapa perawat merasa iri pada Nari yang bisa berdampingan dengan Ji Hoo.
“Jung Sook-ah sekarang kau kembalilah ke kamarmu aku harus memeriksa pasien lain, perawat Han tolong bantu dokter Kim mengecek kondisi Jung Sook” ucap Ji Hoo
“baiklah sonsengnim, Jung Sook-ah ayo kekamarmu” ucap Nari yang langsung berlalu dari hadapan Ji Hoo sambil menggandeng Jung Sook diikuti dokter Kim.

Skip--------

“Kang Jung Sook adalah pasien pengidap Rabdomiosarkoma stadium akhir, dia telah menjalani beberapa kali operasi sejak awal dia divonis mengidap penyakit mematikan itu, namun tidak ada perkembangan sama sekali ditambah lagi anak itu tidak punya semangat untuk sembuh jadi kami juga tidak punya terlalu banyak harapan untuk menyembuhkannya” jelas perawat Min pada Nari keesokan harinya ketika Nari meminta berkas Kang Jung Sook.
“lalu bagimana dengan kemoterapi atau  radioterapi apa sudah dilakukan?” tanya Nari
“bagaimana bisa kami melakukan kemoterapi kalau pasien dan keluarganya tidak menyetujuinya? Anak itu benar-benar sudah pasrah pada penyakitnya, akan sangat beresiko jika melakukan kedua metode penyembuhan itu jika tidak ada semangat sembuh dari pasien, lagipula keluarganya….”
“keluarganya kenapa sunbaenim? Apa kedua orang tuanya benar-benar tidak pernah menjenguknya?”
“sebenarnya tidak seperti itu, ayah kandung Jung Sook meninggal ketika dia berusia 2 tahun, setahun kemudian ibunya Lee Mi Na menikah dengan duda kaya beranak 1 bernama Kang Dong Seuk, tuan Kang memiliki putra berumur 2 tahun lebih tua dari Jung Sook, mereka hidup bahagia dan harmonis bahkan marga Jung Sook dirubah menjadi marga ‘Kang’ atas permintaan tuan Kang Dong Seuk sendiri, sampai 2 tahun lalu Jung Sook divonis positif mengidap Rabdomiosarkoma, awalnya baik nyonya Lee maupun tuan Kang berusaha sekuat tenaga menyembuhkan Jung Sook sampai mereka membawa anak itu ke Amerika, namun operasi yang dilakukan tidak membuahkan hasil, tuan Kang telah mengeluarkan banyak biaya untuk operasi dan perawatan Jung Sook selama di Amerika, hingga setahun yang lalu mereka akhirnya memindahkan Jung Sook dirawat disini, ada rumor yang mengatakan bahwa perusahaan tuan Kang mengalami masalah sehingga beliau tidak sanggup membiayai pengobatan Jung Sook di Amerika, dan bagai cerita di film-film, sikap tuan Kang dan nyonya Lee yang adalah ibu kandungnya berubah 180 derajat pada Jung Sook, sejak anak itu dipindahkan kesini tidak sekalipun tuan Kang menjenguknya, sedang nyonya Lee beberapa kali kesini namun hanya untuk membawakan baju ganti anaknya, dia tidak pernah mengajak Jung Sook mengobrol apalagi bermain, melihat anak yang begitu kesepian dan tidak punya semangat hidup maka Yoon sonsengnim lebih memperhatikan Jung Sook dibanding pasien kanker yang lain” jelas perawat Min panjang lebar pada Nari
“jadi begitu….”
“perawat Han, sepertinya kau juga tertarik pada Jung Sook, kenapa?”
“aku tidak tahu kenapa, tapi saat kemarin aku menemukannya di gedung Suwon aku bisa merasakan betapa kesepian dan putus asanya dia, mungkin karena aku sudah tidak punya orang tua sehingga bisa berempati padanya, sunbaenim apa boleh jika aku yang merawat Kang Jung Sook?”
“tentu saja boleh, perawat Jung sepertinya juga sudah lelah merawat Jung Sook yang sering kali kabur, aku akan menanyakannya lebih dulu pada perawat Jung”
“tidak perlu sunbaenim” ucap seorang perawat yang tiba-tiba datang mendekati perawat Min dan Nari.
“perawat Jung?” ucap Nari terkejut
“tanpa bertanya padaku aku pasti setuju jika perawat Han yang menggantikanku merawat Jung Sook”
“benarkah?” Nari tampak senang dengan peryataan dari perawat Jung
“benar, lagipula saat kemarin melihatmu kembali bersama Jung Sook aku merasa sepertinya anak itu menyukaimu, aku harap kau benar-benar bisa merawatnya perawat Han” jawab perawat Jung sambil memegang tangan kanan Nari.
“tentu saja perawat Jung, aku akan merawatnya dengan baik, terima kasih” Nari membungkukkan sedikit badannya tanda rasa terima kasihnya pada perawat Jung. Sedang dua orang dihadapannya hanya bisa bersenyum senang melihat semangat Nari.

Skip-------

Tok…tok…tok…
Nari mengetuk ruang dokter Kim Hyuk seorang dokter ahli kanker, dia adalah salah satu dokter penting di Rainbow hospital, selang beberapa detik Nari pun dipersilahkan masuk oleh si empunya ruangan.
“apa Kim sonsengnim sudah mau pulang?” tanya Nari pada pria berumur 35 tahun dihadapannya
“ya sebentar lagi, apa ada yang ingin kau tanyakan perawat Han?”
“iya sonsengnim”
“duduklah, apa kau ingin menanyakan tentang pasien Kang Jung Sook?”
“bagaimana sonsengnim tahu, iya saya ingin menanyakan tentang Kang Jung Sook” ucap Nari sembari duduk pada kursi didepan meja kerja dokter Kim.
“sejak bertemu denganmu tempo hari ketika Jung Sook kabur aku tahu kau tertarik pada anak itu, katakanlah apa yang ingin kau tanyakan” ucap dokter Kim dengan senyum ramahnya
“seberapa banyak kesempatan Jung Sook untuk bertahan sonsengnim? Jika sekarang dia bersedia menjalani kemoterapi atau radioterapi apa ada kesempatan untuknya?”
“aku tahu kau akan menanyakan ini, em… Kang Jung Sook diprediksi kesempatan hidupnya tinggal 2 bulan lagi, saat ini kankernya sudah menyebar sampai ketulangnya karena itulah kemarin tangannya tidak bisa digerakkan, mengenai kemoterapi…aku tidak bisa menjamin akan berdampak positif pada Jung Sook, hanya saja jika memang anak itu dan keluarganya menyetujui untuk memulai kemoterapi ada kemungkinan kesempatan hidupnya lebih panjang”
“apa kankernya benar-benar sudah tidak bisa disembuhkan?”
“dengan berat hati aku mengatakan itu memang benar, kankernya sudah stadium akhir dan  sudah menyebar ke seluruh tubuhnya, tidak ada jalan untuk menyembuhkannya, jika kau memang ingin merawatnya kau cukup menjaganya dan membuat dia merasa lebih bahagia”
Nari terdiam mendengar penjelasan dokter Kim.

Tok…tok…tok…
Terdengar kembali ketukan dipintu ruangan dokter Kim dan kali ini datang adalah Yoon Ji Hoo.
“owh Ji Hoo sonseng” sapa dokter Kim
“apa aku mengganggu?” tanya Ji Hoo setelah dilihatnya ada Nari dihadapan meja kerja dokter Kim, sedangkan Nari yang menyadari kehadiran Ji Hoo langsung berdiri memberi hormat pada Ji Hoo.
“tidak juga, kami hanya mengobrol tentang  pasien, apa kau sudah mau ke Shinhwa hospital?” jawab dokter Kim
“iya, apa sunbae mau berangkat bersama kesana?”
“baiklah, em perawat Han maaf aku harus ke Shinhwa hospital ada pasien yang harus aku periksa disana, jika kau ada kesulitan kau bisa katakan padaku kapan saja” ucap dokter Kim sambil melepas jas dokternya.
“iya sonsengnim, terima kasih atas waktunya, saya permisi” jawab Nari pamit pada dokter Kim dan Ji Hoo.

Skipp------

“sepertinya mulai sekarang kau bisa merasa lebih tenang Ji Hoo-shi” ucap dokter Kim dalam perjalanannya bersama Ji Hoo ke Shinhwa hospital  menggunakan mobil Ji Hoo.
“apa maksud sunbae?” jawab Ji Hoo dengan fokus menyetir
“perawat Han yang tadi, dia sepertinya benar-benar menyukai Kang Jung Sook, aku yakin dia akan merawat anak itu dengan baik, jadi kau akan merasa lebih tenang karena sudah ada orang yang benar-benar peduli pada pasien seperti Kang Jung Sook”
“begitukah?” ucap Ji Hoo datar, namun pikirannya melayang pada sosok Han Nari yang baru dikenalnya 4 hari lalu.
“ya”


------------------------------------------------

Nari tengah menemani Jung sook dan pasien kanker lain bermain di tempat bermain Rainbow hospital, terlihat Nari tertawa bahagia bersama anak-anak dihadapannya, bahkan sesekali dia melucu membuat anak-anak itu tertawa melihat tingkah Nari. Pemandangan itu tak sengaja terlihat oleh Ji Hoo dan dokter Kim yang sedang berjalan melewati ruang bermain. Mendengar gelak tawa anak-anak membuat Ji Hoo menghentikan langkahnya sejenak dan melihat ke ruang bermain diikuti dokter Kim. Ji Hoo tepat melihat ketika Nari sedang mengajari seorang anak perempuan menari balet dengan ekpresi lucu Nari pura-pura terjatuh dan membuat anak-anak tertawa. Tak disadari ada seutas senyum tersungging dibibir Ji Hoo membuat dokter Kim yang berdiri disampingnya ikut tersenyum.
“ternyata ada juga gadis yang bisa membuatmu tersenyum seperti itu” ucap dokter Kim lirih dan langsung berlalu meninggalkan Ji Hoo.
Ji Hoo yang tersadar dengan ucapan dokter Kim langsung beranjak pergi mengikuti dokter Kim.

Skipp------

Pukul 8 malam Nari terlihat keluar dari kamar Jung Sook mengenakan pakaian bebas karena jam kerjanya sudah berakhir satu jam lalu namun dia tak langsung pulang karena ingin membacakan buku untuk Jung Sook agar tertidur.
Ji Hoo yang juga akan pulang tak sengaja melihat Nari yang keluar dari kamar Jung Sook. Nari menyadari kehadiran Ji Hoo dan langsung memberi hormat.
“Jung Sook sudah tidur?” tanya Ji Hoo
“iya sonsengnim”
“baguslah” ucap Ji Hoo yang langsung berlalu
Nari memandangi punggung Ji Hoo yang berlalu dihadapannya kemudian ikut berjalan dibelakang Ji Hoo menuju pintu keluar rumah sakit.

Sesampainya didepan rumah sakit Ji Hoo berniat menuju mobilnya, namun langkanya terhenti sejenak mendengar suara Nari.

“opaaaa!” panggil Nari pada sosok seorang pria yang sedang berdiri disamping sebuah motor sport hitam, dan si pria melambaikan tangannya pada Nari dengan senyumannya.
Nari berlari kecil mendekati pria yang dipanggilnya oppa. Setelah melihat Nari berlari mendekati seorang pria yang mungkin menjemputnya Ji Hoo pun langsung kembali melangkahkan kakinya menuju mobilnya.
“apa oppa sudah lama menungguku?”
“baru sekitar 15 menit, ini cepat pakai” ucap si pria sambil menyodorkan sebuah helm pada Nari
“oppa…”
“apa?”
“bisakah aku berhenti dari pekerjaan ini, aku….”
“oppa tahu kau lelah, tapi apa kau sudah menemukan pekerjaan part time lain yang hasilnya setara dengan bayaranmu di club? Bertahanlah sebulan saja, kita harus segera melunasi hutang-hutang itu, oppa juga bekerja keras mengumpulkan uang, kau hanya perlu menari tidak menjual diri, oppa tidak akan mungkin menjerumuskanmu pada hal-hal buruk karena itu oppa selalu menjadi bodyguardmu ketika kau ke club, sudahlah ayo pergi” si pria langsung menaiki motornya dan menstaternya.
Nari memakai helmnya dan langsung membonceng kemudian motor itupun melesat cepat menuju sebuah club didaerah gangnam.

Skipp-----

Dentuman musik yang keras disertai sorakan para pengunjung club mengiringi Nari yang mulai meliuk-liukkan tubuhnya sensual sambil berpegangan pada sebuah tiang diatas paggung. Pengunjung club yang kebanyakan adalah pria-pia hidung belang sangat semangat menonton pertunjukkan tarian striptis yang dilakukan Nari dan seorang gadis lain diatas panggung ditengah lantai dansa sebuah club bernama Paradise (pinjem nama club di drama Kill Me Heal Me). Nari sebenarnya sangat enggan melakukan pekerjaan hina seperti itu  jika bukan karena butuh uang untuk membayar hutang-hutang mendiang kedua orang tuanya, beruntung Nari memakai wig warna merah hati dan pakaian yang tidak sepenuhnya mengekspos tubuhnya dengan make up tebal yang membuat dia sulit dikenali oleh orang yang mungkin mengenalnya. Pria yang dipanggil oppa oleh Nari berdiri tak jauh dari panggung tempat Nari menari, dia berjaga-jaga agar tidak ada pria yang menyentuh tubuh Nari. Tentu saja pria itu tak mau Nari sampai disentuh sembarangan karena pria itu adalah kakak kandung Nari yang bernama Han Jun Ri.

Ditengah-tengah pertunjukan Nari dan seorang temannya, terlihat 2 orang pria tampan memasuki club itu, kedua pria itu tidak lain adalah Woo Bin dan Ji Hoo. Woo Bin yang melihat pertunjukan Nari terlihat antusias sambil menikmati dentuman musik, sedang Ji Hoo terlihat enggan menonton pertunjukan murahan seperti itu, namun tak sengaja Ji Hoo menangkap sosok Nari yang sedang menari, entah kenapa Ji Hoo pun terus menatap Nari. Woo Bin yang menoleh ke arah Ji Hoo terkejut karena baru kali ini dilihatnya Ji Hoo seperti tertarik pada pertunjukan dilantai dansa club.
“woi! Ji Hoo-ah apa kau mulai tertarik pada tempat ini?” ucap Woo Bin menepuk bahu Ji Hoo pelan
Ji Hoo yang tersadar dengan tepukan Woo Bin langsung mengalihkan pandangan matanya pada Woo Bin.
“tidak, aku hanya merasa seperti pernah melihat gadis itu” ucap Ji Hoo sambil mengarahkan telunjuk tangannya pada sosok Nari.
Woo Bin mengikuti arah telunjuk tangan Ji Hoo pada salah satu penari.
“owh itu, dia adalah rising star diclub ini” ucap Woo Bin
“gadis itu baru bekerja seminggu yang lalu, sejak hari pertamanya menari omset club ini meningkat 30%, sehingga hanya dalam waktu beberapa hari gadis itu sudah menjadi penari striptis yang ditunggu-tunggu penampilannya oleh pengunjung pria disini, aku akui tariannya itu sangat emmm menggoda ha ha ha” lanjut Woo Bin
Ji Hoo hanya terdiam menanggapi penjelasan Woo Bin.
“apa kau tertarik pada penari itu, mau kuberitahu namanya?” tanya Woo Bin mencoba menggoda Ji Hoo
“lupakan!” jawab Ji Hoo
“oke oke maaf, dan maaf juga sudah membawamu kesini, aku tidak akan lama, tunggu sebentar” Woo Bin langsung melesat pergi meninggalkan Ji Hoo.

Woo Bin ternyata sedang menyelidiki seorang tersangka pengedar narkoba yang disinyalir sering datang ke club itu. Woo Bin menemui seorang bawahannya yang menyamar sebagai pengunjung dan bawahannya itu terlihat memberikan sesuatu semacam usb data pada Woo Bin. Setelah dirasa urusannya selesai Woo Bin langsung kembali menuju tempat Ji Hoo berdiri.
Bersamaan dengan itu pertunjukan Nari dan temannya telah selesai, Nari pun langsung turun dari panggung dan Jun Ri langsung memberi sebuah mantel untuk menutup tubuh Nari. Nari langsung mengenakan mantel dari Jun Ri, pandangannya tak sengaja mendapati sosok Ji Hoo yang sedang berdiri dilantai 2 club.
“Yoon sonsengnim” gumam Nari ragu
“Nari ada apa? ayo pergi!” ucap Jun Ri menarik tangan Nari, Nari yang tersadar langsung mengikuti Jun Ri dengan masih memandang ke arah Ji Hoo, dan Ji Hoo yang tak sengaja kembali memandang ke arah lantai dansa juga melihat pandangan mata Nari padanya. Melihat Ji Hoo yang menatapnya reflek Nari langsung menundukkan wajahnya dan memeluk erat lengan Jun Ri. Ji Hoo yang masih menatap ke arah Nari langsung menatap pria yang berjalan dengan Nari dan mengingat jika wajah pria itu mirip dengan pria yang dipanggil oppa oleh Nari ketika didepan rumah sakit. Ji Hoo terus memperhatikan kedua orang itu hingga keduanya masuk ke sebuah lorong club.

“hey Ji Hoo! Ayo pergi, aku sudah selesai” panggil Woo Bin pada Ji Hoo yang masih terdiam menatap kepergian sosok Nari.
“ada apa?” tanya Woo Bin menepuk pundak Ji Hoo yang langsung membuat siempunya tersadar.
“eh? Em tidak___tidak ada apa-apa, kau sudah selesai?” ucap Ji Hoo
“iya, ayo pergi”
Ji Hoo pun mengikuti Woo Bin keluar dari club.

Woo Bin dan Ji Hoo berada dimobil menuju rumah Gu Jun Pyo.
“Woo Bin-ah, penari yang tadi kau ceritakan siapa namanya?” tanya Ji Hoo pada Woo Bin yang sedang fokus menyetir.
Woo Bin heran dengan pertanyaan Ji Hoo karena tidak biasanya seorang ice prince seperti Ji Hoo tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan club malam.
“yah Ji Hoo-ah apa kau tertarik pada penari itu, lupakan saja, dia sama sekali bukan stylemu”
Ji Hoo diam memandang wajah Woo Bin, Woo Bin yang tersadar dengan pandangan Ji Hoo langsung angkat bicara kembali, “em yang kutahu hanya nama panggungnya, namanya ‘Thunder girl’ karena dia hanya datang ke club untuk perform menari dan setelah tariannya selesai dia akan pergi entah kemana seperti petir yang hanya datang sekilas namun membuat terkejut, apa kau benar-benar tertarik padanya?”
“tidak, aku hanya merasa tidak asing dengan wajahnya, mungkin perasaanku saja”
“apa kau ingin aku mencari tahu nama aslinya?”
“tidak usah, lupakan saja”

-------
Ditempat lain…..
Jun Ri mengantar pulang Nari kerumah mereka.
“istirahatlah, taruh uang ini ketempat biasa, minggu depan akan kusetorkan ke tuan Kim” Jun Ri memberikan sejumlah uang honor penampilan Nari tadi diclub kemudian berlalu pergi.
“oppa mau kemana?” panggil Nari sebelum Jun Ri hampir meraih knop pintu keluar
“ada balapan di dekat hongdae, kunci pintunya, oppa sudah bawa kunci cadangan” ucap Jun Ri yang langsung pergi.
Nari hanya terdiam melihat kepergian kakaknya, Nari tahu apa yang akan dilakukan kakaknya adalah mengikuti balapan liar untuk mendapatkan hadiah uang, gadis itu sebenarnya khawatir jika terjadi sesuatu dengan kakaknya tapi diapun tak bisa melarang karena mereka memang harus mengumpulkan banyak uang saat ini.


------------------------------------------------------


Keesokan harinya….
Nari berjalan memasuki sebuah gedung JH Food (pinjem nama perusahaan di drama Surpluss Pincess). Beberapa menit kemudian Nari telah berada disebuah ruangan yang biasa digunakan untuk mencicipi makanan menu baru.
“tumben kau bisa datang pagi hari Nari-ah” ucap seorang pria seumuran Nari yang memakai seragam chief
“hari ini aku tugas malam di rumah sakit, jadi aku bisa datang pagi”
“ya sudah makanlah, kemudian tuliskan komentarmu dilembar kertas ini seperti biasa, komentarmu selalu berguna untuk kemajuan menu yang aku buat” si pria menyodorkan selembar kertas pada Nari
“oke chef Lee So Hyun” jawab Nari dengan senyumannya.

Skipp---

“ini honormu hari ini, maaf karena aku tidak bisa memberimu pekerjaan setiap hari, kakakmu bilang kau sudah menemukan kerja part time dengan honor yang lumayan, kau bekerja dimana?” ucap So Hyun dengan menyodorkan sebuah amplop putih pada Nari.
“terima kasih So Hyun-ah, justru aku yang minta maaf karena selalu merepotkanmu, pekerjaan part time yang kudapatkan memang honornya lumayan, tapi aku tidak bisa mengatakannya padamu”
“kenapa?”
“em itu___aku___aku takut jika kau tahu kau akan berpikiran buruk tentangku”
“yah Han Nari! Kita ini sudah bersahabat sejak kelas 2 SMP, aku tahu bagaimana dirimu, cepat katakan dimana kau bekerja part time!”
“………”
“hei! Kenapa diam, katakanlah, aku berjanji tidak akan berkomentar buruk, percayalah”
“em__aku bekerja part time di___Para___dise__club” ucap Nari terbata
“Paradise___club? Dimana itu? Kau bekerja apa disana, apa meracik minuman?”
“aku menari striptis”
“APA!!! Yah Nari-ah apa kau gila?”
“aku benar-benar terpaksa melakukannya, honornya 3 kali lipat dari ini” Nari menunjuk amplop pemberian So Hyun
“yah bagaimana bisa kau____”
“aku hanya menari tidak menjual diri”
“apa kakakmu yang menyuruhmu mengambil pekerjaan itu?”
“bukan, temannya yang menawariku dan aku bersedia karena kami harus mengumpulkan banyak uang, kau tahu kan deadline kami tinggal 1 bulan lagi”
“sudah berapa lama kau bekerja diclub itu?”
“baru 1 minggu”
“kalau begitu keluarlah, aku akan mencarikan uang untukmu”
“tidak!! So Hyun-ah aku sudah sering merepotkanmu, lagi pula kau harus menyiapkan banyak uang untuk pernikahanmu, aku dan kakakku bisa mencari uang sendiri, jangan khawatir, aku bisa jaga diri”
“aku percaya kau bisa jaga diri apa lagi ada Jun Ri hyung bersamamu, tapi tetap saja pekerjaan itu___”
“So Hyun-ah”
“baiklah aku mengerti, tapi jika terjadi sesuatu kau harus bilang padaku”
“tentu, kalau begitu aku pergi dulu temanku yang bekerja di restoran Shinhwa hotel hari ini tidak masuk dan aku diminta menggantikannya”
“kau bilang jadwalmu di rumah sakit nanti malam, kalau kau sekarang bekerja lalu kapan kau istirahat?”
“yah So Hyun-ah, tenang saja aku ini perawat, jangan khawatirkan kesehatanku”
“yah sudah sana pergi, hati-hati”
“oke”

Skipp---

Jam 1 siang di restaurant Shinhwa Hotel….

Ji Hoo memasuki restaurant dan menengok kanan kiri mencari seseorang, tak berselang lama terlihat seorang pria maskulin yang rupawan melambaikan tangannya. Ji Hoo tersenyum kemudian berjalan mendekati pria tersebut yang tengah duduk manis di pojok restaurant.
“Jan Di tidak ikut?” tanya Ji Hoo sambil menarik sebuah kursi berhadapan dengan si pria rupawan kemudian duduk dengan elegan.
“yah Ji Hoo-ah apa kau bersedia makan siang bersamaku karena kau pikir aku mengajak Jan Di? dia itu sudah jadi istriku, apa kau masih mengharapkannya? Pantas saja kau masih sendiri sampai sekarang” jawab pria dihadapan Ji Hoo dengan ketus namun terselip senyuman dibibirnya, pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Gu Jun Pyo CEO Shinhwa group.
Ji Hoo hanya tertawa kecil menanggapi gerutuan sabahatnya.
“lalu hanya kita berdua, apa kita sedang kecan?” balas Ji Hoo
“apa tiap saat kita bertemu harus berempat? kau tahu kan kalau kau yang paling punya waktu untukku dibanding Yi Jung dan Woo Bin”
“apa kau sedang ada masalah hingga mengajakku makan siang hanya berdua? Bahkan makanan ini sepertinya terlalu banyak untuk kita berdua” balas Ji Hoo sambil menunjuk hidangan dihadapan mereka.
“aku hanya ingin makan berdua denganmu, kau pikir aku bertemu denganmu kalau aku ada masalah saja, memangnya aku teman macam apa?”
Ji Hoo tertawa kecil.
“jangan tertawa, makanlah, apa kau ingin pesan yang lain?” tanya Jun Pyo
“em aku ingin pesan orange jus jika boleh” ucap Ji Hoo sambil memotong steak dihadapannya
“tentu saja boleh, kau ingin memesan berapa gelas hah?” ucap Jun Pyo dengan senyumannya
Kemudian Jun Pyo mengangkat tangan kanannya memanggil seorang waitress.
Beberapa detik kemudian datanglah seorang waitress mendekati meja Jun Pyo dan Ji Hoo.
“ada yang bisa saya bantu tuan?” ucap si waitress yang langsung membuat Ji Hoo mendongakkan kepalanya untuk melihat si waitress yang suaranya tidak asing bagi Ji Hoo.
“perawat___Han?” ucap Ji Hoo terkejut mendapati perawat dirumah sakitnya sekarang tengah ada dihadapannya sebagai waitress
Si waitress yang adalah Han Nari tak kalah terkejut melihat atasannya berada dihadapannya.
“Yoon sonsengnim?”
“apa yang kau lakukan disini?” tanya Ji Hoo heran
“em saya__menggantikan teman saya yang berkerja disini karena dia hari ini sedang sakit, hanya untuk hari ini saja sonsengnim” ucap Nari dengan menundukkan kepalanya
“begitu”
“em apa ada yang sonsengnim butuhkan?”
“tolong berikan aku satu gelas orange jus”
“ada yang lain tuan?” tanya Nari pada Jun Pyo
“ah tidak, hanya itu” jawab Jun Pyo yang masih tidak mengerti situasi kedua orang dihadapannya.
“baik saya akan segera membawa pesanannya, permisi” Nari pun langsung berlalu dari hadapan 2 orang pria rupawan tersebut.

“kau mengenal gadis itu?” tanya Jun Pyo
“dia perawat dirumah sakitku” jawab Ji Hoo dengan muka datarnya
“perawat? Kenapa dia kerja part time menggantikan temannya? Ah aku jadi teringat Jan Di waktu dulu”
Ji Hoo hanya terdiam menanggapi perkataan Jun Pyo.

5 menit kemudian Nari datang kembali membawakan orange jus pesanan Ji Hoo dan langsung meletakkannya dihadapan Ji Hoo.
“silahkan sonsengnim”
“terima kasih”
“saya permisi” Nari pun berniat berlalu namun suara Ji Hoo menghentikannya
“Han Nari-shi”
“i__iya” jawab Nari terbata karena terkejut Ji Hoo memanggil nama lengkapnya bukan dengan embel-embel perawat.
“sampai jam berapa kau disini?”
Pertanyaan Ji Hoo langsung membuat Jun Pyo dan Nari terkejut. Bagi Jun Pyo baru kali ini Ji Hoo menunjukkan ketertarikan pada seorang gadis sedang bagi Nari dia terkejut karena takut akan kena marah Ji Hoo.
“em saya disini bekerja sampai nanti jam 6 sore, o ya saya hari ini tugas malam, jadi saya pastikan saya tidak terlambat masuk kerja sonsengnim” jawab Nari sedikit takut.
“Jun Pyo-ah, bisakah kau memberi potongan jam kerja untuknya?” ucap Ji Hoo yang kembali membuat Jun Pyo terkejut.
“apa maksudmu?” tanya Jun Pyo
“ijinkan dia bekerja hanya sampai jam 2 siang” ucap Ji Hoo
“a__apa? yah  Ji Hoo-ah!___ah baiklah”
Jun Pyo memanggil manager restaurant yang lansung menghadap Jun Pyo saat itu juga.
“ada apa sajangnim?” tanya si manager
“tolong agar waitress ini bekerja hanya sampai jam 2” ucap Jun Pyo sambil menunjuk ke arah Nari yang masih berdiri terdiam.
“a__apa?, ah iya baiklah sajangnim” ucap si manager yang terheran dengan perintah CEOnya.
“dan kau em siapa tadi namamu?” tanya Jun Pyo
“Han Nari imnida” jawab Nari
“Han Nari-shi, kau bisa kembali bekerja, ingat hanya sampai jam 2”
“baiklah sajangnim, Yoon sonsengnim, permisi” Nari berlalu bersama dengan manager restaurant.
Beberapa saat setelah Nari pergi…
“Ji Hoo-ah apa sekarang sifat ‘seenak sendiri’ milikku telah beralih padamu?” tanya Jun Pyo heran
“aku tidak mau perawat yang bekerja di rumah sakitku mengambil kerja part time yang mungkin akan membuatnya lelah lalu berimbas pada kinerjanya di rumah sakit jadi menurun” jawab Ji Hoo dengan ekspresi datar, membuat Jun Pyo hanya bisa melongo mendengar penjelasan Ji Hoo.

Skipp-----

Jam 2.15 siang Ji Hoo dan  Jun Pyo keluar dari restaurant dan berjalan menuju lobi hotel. Kedua pria tersebut melihat Nari juga keluar dari arah restaurant namun dengan setengah berlari.
“dia mau kemana sepertinya terburu-buru sekali” ucap Jun Pyo
“aku pergi dulu, salam untuk Jan Di dan Leo” ucap Ji Hoo berpamitan pada Jun Pyo

Nari sudah berdiri didepan lobi hotel ingin menyetop taxi namun selalu keduluan oleh orang lain. Ji Hoo meminta petugas valet untuk mengambil mobilnya sambil mengamati Nari, dilihatnya raut wajah Nari yang tampak cemas dan terburu-buru pergi.
Tak berapa lama kemudian mobil Ji Hoo telah bertengger didepan lobi, Ji Hoo yang melihat Nari belum mendapat taxi langsung mendekati Nari.
“Han Nari-shi” tegur Ji Hoo yang membuat Nari terkejut karena Ji Hoo tiba-tiba ada di sampingnya.
“ah Yoon sonsengnim”
“kau mau kemana sepertinya terburu-buru”
“ah itu__em Yoon sonsengnim maaf mungkin ini tidak sopan tapi bisakah kau mengantarku ke rumah sakit?”

Skipp-------

Nari dan Ji Hoo sampai di Rainbow hospital keduanya langsung berlari menuju ruang ICU.
Sesampainya di ICU Nari dan Ji Hoo langsung menemui dokter Kim.
“Kim sonsengnim, apa yang terjadi, kenapa Jung Sook bisa masuk ICU?” tanya Nari cemas
“perawat Min bilang tadi Jung Sook sedang bermain dengan pasien lain lalu tiba-tiba dia jatuh pingsan dan keluar darah dari telinganya, perawat Min juga bilang tadi pagi kencing Jung Sook bercampur darah, kanker Jung Sook sudah benar-benar menyebar dari hanya di kandung kemih, tulang dan sekarang sudah sampai ke kepala, jika seperti ini kemoterapi maupun radioterapi sudah tidak akan berguna, perawat Min sudah menghubungi orang tuanya tapi mereka sedang di Singapore dan baru bisa kembali besok pagi” jelas dokter Kim
Nari langsung berjongkok, tubuhnya dan lututnya terasa lemas dan air matanya juga sudah mengalir begitu saja dari matanya.
“perawat Han kau tidak apa-apa?” tanya dokter Kim
Nari hanya terdiam tak menjawab.
“kalau kau ingin menemui Jung Sook kau bisa masuk kedalam perawat Han” ucap dokter Kim kembali.
“baiklah, aku akan masuk kedalam” ucap Nari sambil menyeka air matanya dan kembali berdiri dibantu dokter Kim yang memegang lengan tangan kanannya.
Belum sempat Nari melangkah Ji Hoo langsung menarik tangan kiri Nari.
“ikut denganku” ucap Ji Hoo yang langsung membawa Nari pergi membuat dokter Kim terheran dengan sikap Ji Hoo.


Ji Hoo membawa Nari ke taman yang berada di belakang rumah sakit, Ji Hoo menyuruh Nari duduk disebuah bangku.
“Yoon sonsengnim….”
“apa kau akan menemui Jung Sook dengan muka seperti itu? Kau ingin dia tahu kalau dia sudah tidak punya harapan?” cecar Ji Hoo yang membuat Nari terdiam.
“tunggu disini sebentar” ucap Ji Hoo yang langsung pergi meninggalkan Nari.
Ji Hoo mengambil dua cup teh hangat di kantin rumah sakit kemudian membawanya kembali ke taman menemui Nari.

“ini minumlah” Ji Hoo menyodorkan satu cup teh pada Nari.
“terima kasih Yoon sonsengnim” Nari menerimanya dan kemudian menyeruput sedikit teh pemberian Ji Hoo.
“saya sangat menyukai Jung Sook….” Nari membuka percakapan
“dihari pertama bekerja disini saya harus berlarian keseluruh rumah sakit untuk menemukannya, hingga saya akhirnya bisa menemukannya di gedung Suwon, ketika melihatnya yang duduk diam disebuah studio yang gelap saya merasa seperti menemukan sebuah mutiara didalam lumpur, saya berusaha sekuat tenaga mengangkat dan mengeluarkannya, tanpa pikir panjang saya membuat sebuah perjanjian dengannya, orang lain mungkin berpikir itu adalah hal konyol tapi setidaknya itu bisa membuat sebuah harapan dan semangat bagi Jung Sook”
“perjanjian apa yang kau buat dengannya?” tanya Ji Hoo
“saya berjanji jika dia mau berusaha untuk sembuh maka saya akan melakukan apapun yang dimintanya”
“apa dia sudah meminta sesuatu padamu?”
“belum” ucap Nari dengan menggelengkan kepalanya
“saya takut jika dia bahkan tidak punya kesempatan untuk meminta sesuatu dariku” lanjut Nari dengan air mata yang kembali meluncur dari kedua sudut matanya.
Ji Hoo menatap Nari lekat, tanpa sadar tangan kanannya terangkat ingin menyentuh pundak Nari namun sebelum itu terjadi Ji Hoo langsung memasukkan kedua tangannya kesaku jas dokternya.
“habiskan tehmu setelah itu baru temui Jung Sook” ucap Ji Hoo yang langsung pergi meninggalkan Nari.

---------------------------


Jam 8 malam di Rainbow hospital…
Nari dengan setia menunggui Jung Sook yang masih terbaring lemah diruang ICU sejak siang, rasa lelah dan lapar tidak dipedulikannya karena begitu khawatir dengan keadaan Jung Sook. Nari menggenggam erat tangan mungil Jung Sook.
“Jung Sook-ah, kau ingat kan kita pernah membuat janji, kau sudah menepati janjimu untuk berusaha sembuh dan menuruti perkataan dokter, kau makan dengan teratur, minum obat dengan teratur, jadi….sekarang kurasa aku juga harus menepati janjiku, kau harus bangun untuk meminta sesuatu dariku Jung Sook-ah, aku ingin menepati janjiku seperti kau menepati janjimu, tolong berikan kesempatan pada noona ini untuk menepati janjinya, bangunlah Jung Sook-ah…” air mata kembali terbendung dimata Nari, namun dia berusaha untuk tidak menjatuhkannya.
Ponsel Nari berdering, dengan terpaksa Nari keluar untuk mengangkat telepon.
“yoboseyo oppa” sapa Nari
“dongsaeng-ah kau dimana, apa dirumah sakit?” tanya pria diseberang yang tidak lain adalah Jun Ri
“iya aku dirumah sakit, ada pasien yang___”
“cepat keluar aku didepan rumah sakit” ucap Jun Ri memotong perkataan Nari.

Beberapa saat kemudian Nari telah berada didepan rumah sakit menemui kakaknya.
“ada apa oppa?” tanya Nari
Bersamaan dengan itu Ji Hoo terlihat baru keluar dari rumah sakit dan melihat Nari yang sedang bercakap dengan seorang pria yang diingat Ji Hoo sebagai pria yang dipanggil ‘oppa’ oleh Nari kemarin.

“apa kau lupa kalau ada jadwal tampil hari ini?” tanya Jun Ri lembut
“ah maaf oppa, sepertinya malam ini aku tidak bisa tampil” jawab Nari
“kenapa?”
“pasien yang dirawat khusus olehku, tadi siang masuk ICU jadi aku akan menjaganya, maaf oppa”
“kau bisa menjaganya setelah pulang dari club, kita harus mendapatkan uang Nari-ah” ucap Jun Ri sambil menarik Nari pergi, tapi Nari berusaha melepaskan genggaman tangan Jun Ri.
“oppa, kumohon…aku tidak bisa meninggalkan anak itu sendirian, orang tuanya sedang diluar negeri dan baru kembali besok, tolong oppa…. hanya malam ini saja”
“Nari-ah, kau tahu kan kita sudah tidak punya apa-apa, rumah sudah kita jual, motor kesayangankupun aku relakan dijual, bahkan demi ikut balapan aku terpaksa menyewa motor temanku seperti kemarin, aku tahu kau benci pekerjaan itu, tapi setidaknya kita bisa mengumpulkan uang dari itu, waktu kita sudah tidak banyak dongsaeng-ah, apa kau mau menjadi ‘budak’ tuan Kim? Ayo pergi sekarang, hanya 2 jam Nari-ah” Jun Ri menyeret Nari pergi, namun Nari berusaha menghentikan langkah Jun Ri.
“oppa…kumohon”
Jun Ri menghentikan langkahnya, “NARI-Ah!!” teriak Jun Ri
“oppa…aku sangat menyayangi pasien itu, aku takut dia sudah tidak punya banyak waktu, kau bilang hanya 2 jam kita pergi, tapi bagaimana jika____ jika terjadi sesuatu padanya dalam 2 jam kedepan, kumohon oppa…., hari ini aku dapat uang dari JH Food dan dari part time di restoran, jadi biarkan aku tidak tampil di club itu, kumohon oppa” Nari memandang Jun Ri dengan tatapan memohon dan menggenggam kedua tangan kakaknya itu.
Jun Ri terdiam sejenak untuk berpikir.
“AAAH TERSERAH KAU SAJA!!” ucap Jun Ri melepaskan tangan Nari dengan kasar, kemudian pergi meninggalkan Nari yang mulai menangis.
Kejadian itu tak luput dari penglihatan Ji Hoo yang dari tadi diam berdiri memandang Nari dan Jun Ri. Ji Hoo ingin mendekati Nari namun logikanya menyuruhnya menghentikan langkahnya, dan Ji Hoo-pun hanya diam memandang Nari yang menangis.
Nari menghapus air matanya yang terus mengalir dan membalikkan tubuhnya berniat masuk kembali ke gedung rumah sakit, namun kedua matanya langsung membulat karena melihat ada Ji Hoo yang berdiri sekitar 5 meter darinya sedang diam menatapnya.
Seketika Nari-pun tidak bisa melangkahkan kakinya kembali, kedua matanya bertemu dengan mata Ji Hoo yang masih memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa dideskripsikan.
Tidak lama kemudian Ji Hoo tersadar dan kemudian berjalan menuju mobilnya. Nari menghembuskan nafas lega kemudian berjalan kembali memasuki gedung rumah sakit.


Jam 12 malam…
“apa maksud sunbaenim?” tanya Nari heran pada perawat Min
“tadi sebelum pulang Yoon sonsengnim berpesan padaku untuk membebaskanmu bertugas malam ini karena sepertinya kau sedang menjaga Jung Sook” jawab perawat Min
“Yoon sonsengnim yang memintanya?”
Perawat Min menganggukkan kepalanya.
“hemmm sepertinya Yoon sonsengnim sang ‘ice prince’ itu tertarik padamu perawat Han” celetuk perawat Jung
“perawat Jung kenapa berkata seperti itu?” timpal Nari
“selama 3 tahun aku bekerja disini belum pernah aku melihat Yoon sonsengnim meminta hal-hal seperti itu, selama ini dia selalu melakukan hal sesuai dengan peraturan, jadi kurasa kau itu pengecualian baginya perawat Han” jelas perawat Jung
“ah mungkin dia hanya sedang berbaik hati padaku, baiklah kalau begitu aku akan kembali ke ICU menjaga Jung Sook, sampai nanti sunbaenim, perawat Jung” ucap Nari pamit dari hadapan kedua perawat seniornya.


--------------------------------


Keesokan harinya jam 11 siang….
Ibu Jung Sook dan ayah tirinya sampai di rumah sakit dan langsung menjenguk anak mereka.
Ibu Jung Sook yang biasa dipanggil dengan sebutan Ny. Kang tak bisa menahan kesedihannya hingga menangis tersedu-sedu dihadapan Jung Sook. Tuan Kang yang tak tahan melihat kesedihan istrinya langsung membawanya keluar dari ICU. Disaat yang sama Nari melihat keduanya keluar dari ruang ICU, Nari yang diberitahu perawat Min bahwa kedua orang tua Jung Sook telah datang langsung mendekati kedua orang tersebut.
“permisi, maaf apa tuan dan nyonya adalah orang tua pasien Kang Jung Sook?” tanya Nari pada tuan dan nyonya Kang yang telah duduk didepan ruang ICU.
“iya benar, ada apa?” tanya tuan Kang
“em perkenalkan nama saya Han Nari, saya adalah perawat yanng mendampingi Kang Jung Sook, sebelumnya saya minta maaf, tapi bisakah saya bicara dengan nyonya Kang sebentar?” ucap Nari yang membuat nyonya Kang mendongakkan kepalanya menatap Nari.
.
.
.
.
Nari dan nyonya Kang berbicara berdua di taman belakang rumah sakit.
“saya mohon maaf karena meminta berbicara dengan nyonya seperti ini” ucap Nari membuka percakapan.
“apa perawat Han baru disini?” tanya ny. Kang
“iya, saya baru bekerja sekitar 2 minggu”
“apa yang ingin perawat Han sampaikan?”
“em, nyonya….kenapa….kenapa nyonya dan tuan Kang terlihat tidak peduli pada Jung Sook? Apa karena Jung Sook membuat keadakan keluarga nyonya menjadi sulit?”
Ny. Kang menatap Nari sedikit kaget dengan pertanyaan Nari.
“kenapa kau bertanya seperti itu?”
“saya minta maaf karena menyinggung masalah pribadi nyonya, tapi jujur saja saya sangat peduli dengan Jung Sook, senior saya bercerita jika Jung Sook sering sekali kabur dari kamar rawatnya, dan itu juga terjadi dihari pertama saya pindah bekerja disini, secara tidak sengaja saya menemukanya di gedung Suwon, dia sedang duduk diam disebuah studio yang gelap hanya sendirian, ketika saya mengajaknya pergi dia bilang bahwa orang tuanya tidak mempedulikannya, nyonya pasti sudah tahu keadaan Jung Sook sekarang dari dokter Kim, bisakah___bisakah nyonya berada disisinya dan merawatnya? Karena saya rasa hanya kasih sayang dari nyonya dan tuan Kang yang bisa dibutuhkan Jung Sook saat ini….”
Nari menyentuh tangan ny. Kang dan menggenggamnya, kemudian Nari berlutut dihadapan ny. Kang
“nyonya___saya tahu saya tidak punya hak mengatakan ini semua, tapi sebagai perawat yang merawat Jung Sook, saya mohon tolong dampingi dia, Jung Sook sangat merindukan kasih sayang dari orang tuanya, saya mohon nyonya…..” ucap Nari dengan air mata yang sudah mengalir dikedua pipinya.
Ny. Kang terdiam menatap Nari.
“perawat Han, bangunlah, jangan seperti ini” ucap ny. Kang sambil menarik Nari untuk kembali duduk disampingnya.
“aku__aku juga sama seperti ibu lainnya, aku sangat menyayangi dan mencintai Jung Sook melebihi apapun karena dia adalah darah dagingku, apa yang kulakukan selama ini karena aku memiliki situasi yang sulit, tahun lalu karena harus pergi ke Amerika untuk menyembuhkan Jung Sook, suamiku kehilangan sebuah tender penting bernilai milyaran won, akibatnya perusahan suamiku mengalami kerugian, dia dengan terpaksa harus mem-PHK sekitar 200 karyawan untuk mempertahankan keuangan perusahaan, sejak saat itu sikap suamiku berbeda pada Jung Sook, aku rasa suamiku menyalahkan Jung Sook atas keadaan yang dialami perusahaannya, karena itulah aku langsung memilih membawa Jung Sook kembali ke Seoul dan merawatnya disini..” ny. Kang menghembuskan nafas sejenak.
“aku selalu ingin menemani Jung Sook disini setiap hari tapi suamiku memintaku untuk membantunya di perusahaan, karena itulah waktuku tersita karena aku harus membantu suamiku membanting tulang untuk mengembalikan keadaan perusahaannya, bahkan kami juga tidak punya banyak waktu bertatap muka dengan putra suamiku Kang Ha Neul yang ada di rumah, aku rasa dia juga sama seperti Jung Sook, mereka sama-sama kesepian, jujur saja aku merasa sangat bersalah pada mereka, tapi aku bekerja juga agar kami bisa membiayai perawatan Jung Sook dan sekolah Ha Neul”
“lalu apa rencana nyonya sekarang?” tanya Nari
“aku belum tahu, aku harus membahas ini terlebih dulu dengan suamiku, bagaimana jika aku membawa Jung Sook dan merawatnya dirumah?”
“em….saya rasa itu bisa saja dilakukan, jika Jung Sook dirumah maka tiap hari dia bisa melihat ayah ibunya juga kakaknya meski hanya sebentar, tapi mungkin dengan begitu dia tidak terlalu merasa kesepian, dan juga mungkin saja Kang Ha Neul bisa menemaninya bermain setelah pulang sekolah, saya dengar kalian adalah keluarga yang harmonis sebelumnya”
“aku rasa pemikiran perawat Han ada benarnya, aku akan membahas ini dengan suamiku, oh ya apakah perawat Han yang menemani Jung Sook semalam?”
“iya, saya menjaganya semalam”
“karena aku sudah disini maka sekarang biar aku yang menjaga Jung Sook, perawat Han bisa kembali bekerja merawat pasien lain, dan mungkin nanti aku akan menginap disini”
“kalau begitu baiklah, terima kasih sudah meluangkan waktu nyonya untuk berbicara dengan saya, sekali lagi saya minta maaf atas ketidak sopanan saya tadi, permisi”
“iya, sampai nanti perawat Han”

Skipp----

Jam 12.15 siang…..
Nari sedang mengantri mengambil makan siang di kantin rumah sakit, tiba-tiba dua orang pria memegang kedua lengan Nari dan menariknya hingga Nari terduduk disebuah bangku. Kejadian itu tak luput dari pandangan Ji Hoo dan dokter Kim yang sedang duduk menikmati makan siang mereka.
“yah! Oppa!! Soo Hyun-ah!! Apa yang kalian kalukan!” gerutu Nari
“ini!” ucap Soo Hyun meletakkan sebuah kotak makanan dan sebotol orange jus pada meja dihadapan Nari
“woaaah…kau membawakan makan siang untukku?” ucap Nari sambil membuka 3 tumpuk kotak dihadapannya.
“semalam kau bilang akan menjaga seorang pasien dan kupastikan sejak semalam kau belum makan. Makanya tadi aku meminta Soo Hyun menyiapkan makanan untukmu, maaf atas sikapku semalam” ucap Jun Ri
“Tidak apa-apa, oppa tepat sekali, aku hanya memakan sepotong roti tadi pagi, terima kasih oppa… terima kasih Soo Hyun”
“cepat makanlah, makanan ini akan memberi energi baru untukmu” ucap Soo Hyun
“lalu kalian tidak makan?”
“kami sudah makan” ucap Jun Ri dan So Hyun hampir bersamaan
“ah baiklah, aku makan” Nari langsung mengambil sumpit dan mulai memakan makanan dihadapannya.

Dimeja lain….
“siapa dua orang pria itu, kelihatannya perawat Han senang sekali, apa salah satu diantara mereka adalah pacarnya?” ucap dokter Kim
“apa profesi sunbae sekarang sudah berubah menjadi reporter?” ucap Ji Hoo
“kau ini kenapa? Apa kau cemburu pada dua pria itu? Aku kan hanya penasaran saja, aku tidak bermaksud mengorek kehidupan pribadi perawat Han”
Ji Hoo berniat menimpali ucapan dokter Kim namun saat bersamaan terdengan suara beberapa perawat.

Ada dua orang perawat yang mendekati Soo Hyun yang duduk dihadapan Nari.
“permisi, maaf apa anda adalah Chief Lee So Hyun?” tanya perawat 1
Soo Hyun langsung menoleh dan membenarkan pertanyaan perawat tersebut
“ah benarkah, anda ternyata lebih tampan dibanding dimajalah, apa boleh kami berfoto bersama anda?” ucap perawat 2
“tentu” jawab Soo Hyun dengan senyum ramahnya.
“sini biar aku yang mengambil fotonya” ucap Jun Ri dan salah satu perawat tersebut langsung memberikan ponselnya pada Jun Ri
.
.
“owh ternyata pria itu seorang chief? Tadi siapa namanya? Lee___Lee Soo Hyun? Apa kau pernah mendengarnya?” tanya dokter Kim pada Ji Hoo
“kalau tidak salah nama Lee Soo Hyun adalah nama salah satu chief eksekutif JH Food” jawab Ji Hoo
“JH Food? Woah berarti dia chief kelas nasional, ah mungkin kelas internasional, bukankah JH Food adalah salah satu perusahan makanan terbesar di Korea?”
Ji Hoo hanya menganggukkan kepalanya.
“lalu chief itu siapanya perawat Han, aku masih penasaran” ucap dokter Kim yang langsung berdiri dan berjalan mendekati meja Nari diiringi pandangan sebal dari Ji Hoo.

Kedua perawat tadi sudah selesai foto dan pamit pergi.
Dokter Kim menyapa Nari.
“perawat Han, apa benar pria tampan ini adalah chief JH Food?” tanya dokter Kim
“ah Kim sonsengnim, iya benar, perkenalkan namanya Lee Soo Hyun dan ini kakakku Han Jun Ri” ucap Nari memperkenalkan kedua pria disisinya.
“oh hallo, saya Kim Hyuk dokter kanker disini” ucap dokter Kim menjabat tangan Jun Ri dan Soo Hyun
“senang bertemu dengan anda Kim sonsengnim, tolong bimbing adik saya yang masih belum berpengalaman ini” ucap Jun Ri ramah
“aku rasa perawat Han sudah cukup berpengalaman Han Jun Ri-shi, em ngomong-ngomong kalau anda adalah kakak perawat Han lalu chief Lee ini___”
“teman saya sonsengnim, kami berteman sejak SMP” ucap Nari yang mengerti arah pertanyaan dokter Kim
“ah kukira dia pacarmu perawat Han” ucap dokter Kim tertawa kecil
“sebenarnya aku ingin jadi pacarnya tapi Nari selalu menolakku” ucap Soo Hyun bercanda
“yah Soo Hyun-ah, dia hanya bercanda Kim sonsengnim”
“aku tahu, baiklah aku pergi dulu, sampai bertemu lagi Han Jun Ri-shi, Lee Soo Hyun-shi”
“iya Kim sonsengnim” jawab Jun Ri dan Soo Hyun bersamaan.
.
.
.
.
.
“terima kasih makanannya Soo Hyun-ah, terima kasih oppa” ucap Nari saat mengantar dua pria kesayangannya sampai di lobi rumah sakit
“sama-sama cingu (teman)” jawab Soo Hyun
“oh ya dongsaeng-ah, mulai nanti malam kau tidak perlu tampil diclub lagi” ucap Jun Ri
“kenapa?”
“oppa sudah dapat pekerjaan sebagai supir pribadi dan gajinya lumayan banyak”
“benarkah? terima kasih oppa” ucap Nari girang memeluk lengan Jun Ri
“Nari-ah apa kau harus bersikap berlebihan seperti itu? Orang-orang akan berpikir kalau kakakmu ini adalah pacarmu” ucap Soo Hyun
“biarkan saja, Jun Ri oppa kan kakakku satu-satunya” jawab Nari sambil menjulurkan lidahnya pada Soo Hyun

--------------------------


4 hari kemudian….
Jam 6 sore di Rainbow hospital

Jung Sook telah keluar dari ICU dan nampak lebih sehat. Anak lelaki tersebut sedang berlarian dengan Nari yang ikut berlari mengejar Jung Sook.

Dilobi Rainbow hospital nampak sepasang suami istri yang berdiri menunggu seseorang.
“Ji Hoo-ah… kau lama sekali” gerutu si suami yang ternyata adalah Gu Jun Pyo
“aku baru menyelesaikan operasi” jawab Ji Hoo
“sunbae pasti sibuk sekali” timpal Geum Jan Di yang tak lain adalah istri Gu Jun Pyo
“tidak juga, kita pergi sekarang?”
Bersamaan dengan perkataan Ji Hoo, Gu Jun Pyo tak sengaja melihat Nari yang sedang berlarian mengejar seorang pasien anak laki-laki.
Beberapa detik kemudian Nari berhasil menangkap tubuh Jung Sook yang berhenti tak jauh dari tempat berdiri Jun Pyo, Jan Di dan Ji Hoo.

Jun Pyo yang ingat wajah Nari langsung berjalan mendekati Nari.
“hey kau! Bukankah kau perawat yang kerja part time di restaurant waktu itu?” ucap Jun Pyo tiba-tiba yang membuat Nari terkejut.
“ah i__iya sajangnim” jawab Nari
Tiba-tiba sebuah seringaian muncul dari bibir Jun Pyo.
“em kau ingat kan waktu itu aku memberimu potongan jam kerja, sekarang aku ingin kau membayarnya” ucap Jun Pyo yang langsung membuat Jan Di dan Ji Hoo mendekat
“yoebo apa yang kau lakukan!” tegur Jan Di
“em apa maksud sajangnim saya harus kerja part time di restaurant sekarang untuk mengganti jam kerja yang waktu itu?” tanya Nari polos
Ji Hoo yang juga tidak mengerti maksud Jun Pyo hanya menatap heran pada Jun Pyo.
“benar, sekarang ikutlah dengan kami ke restaurant” jawab Jun Pyo
“yah! Gu Jun Pyo!” Jan Di memukul lengan suaminya
“apa! Didunia ini tidak ada yang gratis” jawab Jun Pyo yang membuat Jan Di kesal
“agashi (nona) kau tidak usah dengarkan kata-katanya, dia hanya bercanda” ucap Jan Di pada Nari
“tidak apa-apa nyonya, kebetulan jam kerja saya memang sudah habis 2 jam lalu jadi saya bisa ke restaurant sekarang” jawab Nari
“kenapa kau masih memakai seragam?” tanya Ji Hoo
“oh ini em saya masih ingin menjaga Jung Sook sampai ibunya datang”
“aku sudah datang!” tiba-tiba terdengar suara Ny. Kang yang baru saja datang dengan menggandeng seorang anak laki-laki yang tentunya adalah Kang Ha Neul (kakak tiri Jung Sook)
“HYUUNGGG” ucap Jung Sook yang langsung memeluk kakak tirinya.
“Jung Sook-ah bogoshipo” jawab Ha Neul yang membalas pelukan Jung Sook
“perawat Han sekarang kau bisa pulang, aku dan Ha Neul akan menginap malam ini” ucap Ny. Kang
“ah baiklah nyonya, Jung Sook-ah, noona pulang dulu ya”
Jung Sook melepas pelukan kakaknya kemudian menoleh pada Nari, “iya noona, hati-hati”
“Jung Sook-ah, Ha Neul-ah ayo kita ke ruang rawat Jung Sook dan makan kue ini” ny. Kang menunjukkan sekotak kue yang dibawanya pada Jung Sook
“iya oemma!!” jawab Jung Sook dan Ha Neul bersamaan
“perawat Han, Yoon sonsengnim dan semuanya, kami permisi” pamit ny. Kang yang langsung menggiring kedua anaknya berlalu.

“kalau begitu saya akan ganti baju dulu dan akan langsung ke restaurant” ucap Nari
“baik, kami tunggu didepan” jawab Jun Pyo
“ah…..iya baiklah sajangnim” Nari langsung bergegas pergi keruang ganti perawat.

Beberapa menit kemudian Nari telah berganti pakaian dan menemui 3 orang penting yang menunggunya.
“gadis perawat! kau ikut mobil Ji Hoo, yoebo ayo pergi” ucap Jun Pyo yang langsung menarik Jan Di masuk mobil mereka, dan sebelum masuk mobil Jan Di menoleh tersenyum minta maaf pada Nari dan Ji Hoo.
Sedang Ji Hoo hanya menatap Jun Pyo sedikit kesal.
“ayo masuklah” ucap Ji Hoo beberapa detik kemudian sambil membukakan pintu mobil untuk Nari
“iya, terima kasih” Nari masuk ke mobil Ji Hoo dengan sedikit gugup.

“jika kau ada urusan lain kau tidak usah pergi, biar aku bicara dengan Jun Pyo” ucap Ji Hoo setelah mengamati wajah Nari yang terlihat tidak tenang alias gelisah.
“tidak apa-apa sonsengnim, saya bisa  melakukannya” jawab Nari dengan senyum kakunya.
“tapi kau terlihat gelisah”
“owh itu em karena saya duduk satu mobil dengan Yoon sonsengnim jadi saya___”
“apa aku membuatmu tidak nyaman?”
“bu___bukan begitu, saya hanya merasa tidak enak karena Yoon sonsengnim adalah atasan saya”
“diluar rumah sakit kau bisa menganggapku bukan atasanmu jadi jangan merasa tidak enak Han Nari-shi”
“i__iya sonsengnim” 

Skipp------

Jun Pyo, Jan Di, Ji Hoo dan Nari telah sampai di restaurant, Nari langsung berniat melangkah pergi ke dapur namun langsung ditegur Jun Pyo.
“Gadis perawat! Kau mau kemana?”
“saya mau ke dapur untuk bekerja” jawab Nari sambil menunjuk arah dapur dengan telunjuk tangan kanannya
“siapa yang menyuruhmu bekerja didapur”
“maksud sajangnim?”
“kau ikut makan malam dengan kami” ucap Jun Pyo yang langsung melangkah menuju meja yang telah dia pesan diikuti Ji Hoo yang sebenarnya juga terkejut dengan perkataan sabahatnya.
Jan Di bernafas lega karena ternyata Jun Pyo tidak menyuruh Nari bekerja. Sedang Nari masih tidak mengerti situasi sehingga masih berdiri diam.
“agashi, ayo” ucap Jan Di menarik tangan Nari

“tadi kita belum sempat berkenalan, siapa namanu?” ucap Jan Di setelah mereka duduk
“Han Nari imnida”
“nama yang bagus, aku Geum Jan Di” ucap Jan Di ramah
“bukan! Yang benar adalah Gu Jan Di!” sela Jun Pyo
“marga asliku ‘Geum’ itu adalah marga ayahku” timpal Jan Di
“kau ini istriku jadi margamu sudah berubah jadi Gu, nyonya Gu!”sanggah Jun Pyo yang membuat Nari tersenyum senang melihat pertengkaran kecil pasangan suami istri itu.
Jan Di akan menimpali pernyataan Jun Pyo kembali ketika tiba-tiba sebuah suara terdengar..
“APPAAAA…..OEMMAAAA” seorang anak laki-laki tiba-tiba berlari mendatangi mereka
“owh putraku Leo-ah kau sudah datang” ucap Jun Pyo yang langsung menarik Leo ke pangkuannya.
“Leo-ah kau mau makan apa?” tanya Jan Di
“terserah oemma, apa Byul akan datang?” tanya Leo pada kedua orang tuanya
“tentu, sebentar lagi pasti dia datang” jawab Jan Di
“em noona ini siapa? Aku baru melihatnya” ucap Leo menunjuk Nari
Nari yang merasa ditunjuk oleh Leo langsung memperkenalkan diri, “annyeonghaseo, naneun Han Nari imninda, saya perawat di Rainbow hospital, senang bertemu dengan mu tuan muda” ucap Nari ramah sambil melambaikan tangannya yang membuat Leo tersenyum
“jadi noona adalah perawat, apa noona adalah pacar Ji Hoo samchun?” tanya Leo polos
“bukan, kami hanya kebetulan datang bersama” jawab Nari
“apa itu benar appa?” tanya Leo pada Jun Pyo
“menurutmu bagaimana?”
“karena ini pertama kalinya aku melihat Ji Hoo samchun bersama seorang gadis jadi aku pikir mereka bukan sekedar teman” jawab Leo polos membuat Jun Pyo dan Jan Di tertawa kecil
Ji Hoo pun hanya diam tidak bisa menjawab ucapan Leo.
Tidak lama setelah itu terlihat Yi Jung dan Ga Eul yang membawa Byul disusul Woo Bin dibelakang mereka.

“woah siapa ini, apa hanya aku yang tidak membawa pasangan?” ucap Woo Bin setelah melihat ada seorang gadis yang duduk bersebelahan dengan Ji Hoo
“dia gadisnya Ji Hoo” ucap Jun Pyo asal yang langsung mendapat tatapan sebal dari Ji Hoo
“benarkah, akhirnya aku bisa melihat Ji Hoo dengan seorang gadis, perkenalkan aku So Yi Jung, ini istriku Ga Eul dan putriku Byul, dan juga pria ini Song Woo Bin” ucap Yi Jung ramah
Nari langsung berdiri dan memberi salam, “naneun Han Nari imnida, saya perawat di Rainbow hospital dan saya bukan pacara Yoon sonsengnim, saya hanya perawat yang bekerja dengan Yoon sonsengnim” ucap Nari tersenyum ramah
“woah, sepertinya kau baru saja ditolak Ji Hoo-ah” ucap Woo Bin ditanggapi tawa kecil dari Yi Jung dan Jun Pyo
“jangan membuatnya merasa tidak nyaman, duduklah” jawab Ji Hoo datar
Merekapun menikmati makan malam dengan wajah ceria,  Woo Bin dan Yi Jung sesekali bercanda dengan Nari dan membuat gadis itu tersenyum senang dan Ji Hoo beberapa kali mencuri pandang pada Nari untuk melihat senyuman gadis itu.
.
.
.
Setelah selesai makan malam dan saling mengucap salam perpisahan, Ji Hoo mengantar pulang Nari.
“maafkan sikap teman-temanku yang mungkin membuatmu tidak nyaman” ucap Ji Hoo
“kenapa Yoon sonsengnim meminta maaf, saya justru merasa senang bisa bertemu dengan orang-orang seperti mereka, mereka baik dan ramah, saya pikir orang kaya itu kebanyakan angkuh dan sombong tapi setelah bertemu dengan mereka dalam hati saya berkata ‘ah…ternyata ada orang kaya yang ramah dan baik seperti mereka’ ini terasa aneh karena baru pertama kali bertemu dengan mereka tapi saya merasa diperlakukan tidak seperti orang asing bagi mereka” ucap Nari panjang lebar yang membuat Ji Hoo tanpa sadar tersenyum
“maaf sonsengnim saya terlalu banyak bicara” ucap Nari yang merasa tidak enak setelah melihat ekspresi senyuman Ji Hoo
“tidak apa-apa, kau cukup menyenangkan”
“a__apa?” bersamaan dengan ucapannya Nari melihat jalanan yang mereka lewati.
“ah Yoon sonsengnim, tolong berhenti disini saja”
Ji Hoo langsung menepikan mobilnya dan berhenti.
“apa rumahmu disekitar sini?” tanya Ji Hoo heran karena mereka berhenti dikawasan pertokoan dan café yang ramai.
“bukan, em saya ada pekerjaan part time di salah satu coffee shop itu” ucap Nari menunjuk sebuah coffee shop yang terpampang nama ‘Mae Ri Coffe Shop’ tidak jauh dari tempat mereka.
“kerja part time?”
Nari langsung tersadar sesuatu, “ma__maaf sonsengnim tapi saya punya alasan kenapa saya kerja part time, saya janji tidak akan mengganggu pekerjaan saya dirumah sakit”
“berapa jam kau kerja disana?”
“sekitar 4 sampai 5 jam”
Ji Hoo melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul 8 malam kemudian menatap Nari sejenak.
“apa aku boleh ke coffee shop tempatmu bekerja?”
“oh tentu___tentu saja sonsengnim”
.
.
.
Mereka berdua memasuki coffee shop tempat Nari bekerja part time.
“NARI-AH, kau sudah datang?” sapa seorang wanita yang berdiri di counter kasir
“iya unnie”
“ngomong-ngomong siapa pria tampan ini”
“oh perkenalkan ini adalah Yoon Ji Hoo sonsengnim, dia direktur Rainbow hospital”
Ji Hoo tersenyum dan memberi salam
“wah senang sekali bisa bertemu denganmu, saya Oh Mae Ri pemilik coffe shop ini, oh iya Nari-ah aku harus pulang sekarang karena putraku sedang demam, tidak apa-apa kan kau menjaga sendirian sampai Ji Sung datang?” ucap sang pemilik coffee shop sambil melepas apronnya dan mengambil jaket serta tasnya.
“iya unnie tidak apa-apa” Nari langsung masuk ke counter dan mengenakan apron coffe shop dan tagname-nya
“tuan Yoon saya permisi, Nari-ah hati-hati” si pemilik coffee shop itu langsung melesat pergi.

“Yoon sonsengnim, ingin pesan apa?”
“em berikan aku coffee latte saja”
“baik tunggu sebentar”
Nari meracik coffee latte untuk Ji Hoo, beberapa saat kemudian seorang pria tua masuk ke coffe shop.
Nari yang mendengar bel tanda ada orang memasuki coffe shop langsung menoleh menatap arah pintu.
“owh haraboeji” sapa Nari yang membuat Ji Hoo juga menolehkan kepalanya dan seketika kedua matanya membulat mendapati siapa yang datang, begitu juga dengan pria yang dipanggil haraboeji oleh Nari, namun pria itu langsung menetralkan ekspresi wajahnya dan memberi kode pada Ji Hoo untuk diam.
“Nari-ah, kau sudah kembali bekerja disini?”
“iya haraboeji, apa haraboeji merindukanku?” ucap Nari tersenyum bahagia
“untuk apa merindukanmu, kopi buatan Mae Ri dan Ji Sung bahkan lebih enak dari buatanmu” jawab si kakek yang membuat Nari mengerucutkan bibirnya.
“Mae Ri unnie baru saja pulang dan Ji Sung oppa belum datang, apa haraboeji tidak jadi membeli kopi?”
“kau ini sensitif sekali, cepat buatkan aku minuman seperti biasa aku tunggu disana” ucap si kakek yang langsung menuju kesebuah meja dipojok cofee shop diikuti Ji Hoo dan akhirnya memilih duduk di meja sebelah si kakek.
“jangan bilang pada Nari kalau aku adalah kakekmu, kita bicarakan nanti dirumah” ucap si kakek yang ternyata adalah Yoon Seok Young kakek  Ji Hoo dan Ji Hoo hanya menaggapinya dengan anggukan.

Beberapa menit kemudian Nari datang membawa pesanan Ji Hoo dan kakek Yoon.
“silahkan sonsengnim, dan ini untuk haraboeji” ucap Nari menaruh kopi di masing-masing meja.
“terima kasih” jawab Ji Hoo
“Nari-ah sejak kapan kau kembali kesini?” tanya kakek Yoon
“baru kemarin”
“owh, lalu bagaimana dengan pekerjaanmu kudengar kau pindah ke Rainbow hospital”
Nari memandang ke arah Ji Hoo, “iya saya sekarang bekerja di Rainbow hospital sudah hampir 3 minggu, oh iya kebetulan haraboeji, perkenalkan dia adalah Yoon Ji Hoo sonsengnim, direktur Rainbow hospital tempatku bekerja”
Ji Hoo langsung berdiri dan memberi salam pada kakeknya, dan ditanggapi tawa kakek Yoon yang ditutupinya dengan telapak tangannya.
“oh jadi atasanmu sedang disini, senang bertemu denganmu Yoon sonsengnim, bagaimana jika kita duduk satu meja saja”
“tentu” ucap Ji Hoo yang langsung mengambil kopinya dan duduk pada kursi dihadapan kakek Yoon.
Bersamaan dengan itu ada pelanggan masuk.
“kalau begitu saya permisi haraboeji, Yoon sonsengnim”


Skipp------


“Han Nari adalah gadis yang pernah menolongku 6 bulan lalu ketika aku tiba-tiba  jatuh pingsan saat sedang jalan-jalan disekitar gangnam, karena Nari waktu itu bekerja di Seoul Hospital maka dia langsung membawaku kesana, dia juga yang mengurus segala administrasi perawatanku, dia tidak tahu nama asliku aku hanya memberitahunya bahwa margaku adalah ‘Yoon’, aku pikir setelah dari rumah sakit aku tak akan bertemu dengannya lagi tapi satu minggu kemudian aku ada janji dengan temanku di coffe shop yang tadi kita datangi dan disanalah aku kembali bertemu dengan Nari yang ternyata dia kerja part time disana, sejak saat itulah aku jadi sering mampir ke coffe shop itu, tapi hampir 1 bulan yang lalu dia cuti dari coffe shop karena katanya dia mendapat pekerjaan part time dengan bayaran yang lebih tinggi, lalu hari ini dia tiba-tiba sudah kembali lagi ke coffe shop, aku tidak tahu apa yang terjadi tapi sepertinya dia sedang punya masalah makanya dia bekerja part time di sana sini” jelas kakek Yoon panjang lebar pada Ji Hoo ketika mereka sampai di rumah.
“jadi dia sudah bekerja part time bahkan sebelum bertemu dengan haraboeji?” tanya Ji Hoo
“kurasa begitu, tadinya kupikir alasannya kerja part time karena gajinya di Seoul hospital terlalu kecil hingga tidak mencukupi kebutuhannya tapi suatu hari aku tidak sengaja mendengar pembicaraan Mae Ri dan Ji Sung tentang Nari, dari pembicaraan mereka dapat kusimpulkan jika Nari bekerja part time karena membutuhkan banyak uang”
Mendengar penjelasan kakeknya, Ji Hoo teringat kejadian kemarin malam ketika dia melihat Nari yang akan ditarik pergi oleh pria yang dipanggilnya oppa.
“Ji Hoo-ah, apa kau tahu sesuatu?”
“tidak, aku tidak tahu apa-apa tentangnya” sanggah Ji Hoo dengan muka datarnya
“kau tidak marah padanya kerena dia kerja part time kan?”
“aku tidak marah, hanya saja hal seperti itu membuatku sedikit tidak nyaman karena dia bekerja di rumah sakit kita”
“lalu bagaimana kau bisa ada coffe shop itu?”
“em itu….tadi Jun Pyo dan Jan Di menjemputku ke rumah sakit untuk makan malam bersama dan tiba-tiba saat Jun Pyo melihat Nari dia langsung menyuruh Nari untuk ikut, jadi setelah makan malam aku___”
“kau berniat mengantarnya pulang, tapi dia minta berhenti didekat coffe shop?”
“….” Ji Hoo menganggukkan kepalanya.
“tapi kenapa Jun Pyo bisa mengajak Nari ikut makan malam, apa mereka saling kenal?”
“iya tempo hari aku dan Jun Pyo sedang makan siang bersama dan tak sengaja bertemu dengan Nari”
“sepertinya kalian mempunya takdir yang bagus” ucap kakek Yoon
“aku dan Jun Pyo?” tanya Ji Hoo
“maksudku kau dan Nari” jawab kakek Yoon tersenyum lalu berlalu pergi menuju kamarnya untuk istirahat.
.
.
.
Jam telah menunjukkan jam 12.30 malam, tapi Ji Hoo belum bisa memejamkan kedua matanya, entah kenapa dia teringat pada Nari.
Ji Hoo memutuskan bangun dari tempat tidurnya lalu mengambil ponsel, jaket dan kunci mobilnya.
.
.
.
Jam 1 dini hari Nari keluar dari coffe shop, disebrang jalan terlihat sebuah sedan putih dengan pengemudinya yang sedang mengamati Nari, dia tidak lain adalah Ji Hoo.
“kau yakin akan pulang sendiri? Tidak ingin kupanggilkan taxi?” tanya Ji Sung
“tidak perlu oppa, aku mau jalan kaki saja, jangan khawatir” jawab Nari
“bagaimana aku tidak khawatir jika kau harus jalan kaki hingga satu jam ke rumahmu dimalam larut seperti ini, apa kau bawa senjatamu?
“tentu, ini” Nari menunjukkan sebotol gas air mata yang ada ditasnya.
“kalau begitu kabari aku jika kau sampai rumah atau jika ada apa-apa dijalan langsung telepon aku saja”
“baiklah, aku pergi dulu oppa, sampai besok” ucap Nari melambaikan tangannya
“hati-hati” jawab Ji Sung membalas lambaian tangan Nari.
.
.
.
.
Nari berjalan sendirian menyusuri pinggiran jalan daerah gangnam, beberapa meter dibelakangnya mobil Ji Hoo berjalan pelan mengikuti Nari.
Dalam hati Ji Hoo berkata “kenapa aku melakukan hal seperti ini”
15 menit Nari berjalan dia dikagetkan oleh 4 orang yang menghentikan langkahnya, dia mengamati keempat pria dihadapannya dan Nari mengenali dua orang diantaranya.
Kejadian itupun tak luput dari pandangan Ji Hoo, namun dia belum memutuskan untuk keluar dari mobilnya.
“kenapa kalian disini, apa kalian mengikutiku?” tanya Nari pada keempat pria dihadapannya
“Han Nari, ikutlah dengan kami ke club” ucap pria 1
“untuk apa?”
“tentu saja untuk menari!” jawab pria 2
“aku sudah keluar dan aku tidak akan kembali lagi kesana!”
“apa kau tahu kalau bos kami mengalami kerugian setelah kau berhenti?” tanya si pria 1
“memangnya berapa banyak kerugian bos kalian hanya karena keluarnya satu orang penari?”
“berapapun itu bos kami tetap rugi, jadi sekarang kau harus membayar kerugian itu” pria 2  memberi kode pada 2 orang temannya, dan dua orang itupun langsung memegang kedua tangan Nari.
“LEPASKAN AKU!!” Nari mencoba melepaskan kedua tangannya dari cengkraman dua orang pria bertubuh besar.
“bawa dia!” perintah pria 1 pada dua orang pria yang memegangi Nari.
Saat itulah Ji Hoo memutuskan keluar dari mobilnya.
“HAN NARI-SHI” panggil Ji Hoo dengan suara keras, sontak keempat pria beserta Nari menoleh ke belakang.
“Yoon sonsengnim” ucap Nari terkejut
“kenapa kau ada disini? Bukankah sudah kubilang untuk cepat kerumah sakit” ucap Ji Hoo
“sonsengnim saya___”
“siapa kau!” tanya pria 1
“aku atasan ditempatnya bekerja, kalian sendiri siapa?” jawab Ji Hoo
“kami ada urusan dengan gadis ini, jika kau tidak ingin terluka sebaiknya kau pergi sekarang”
“tidak bisa” jawab Ji Hoo tegas
“jadi kau ingin berkelahi dengan kami!” ucap pria 2
“dia harus segera kembali kerumah sakit karena aku butuh bantuannya, jadi tidak mungkin aku membiarkan kalian membawanya pergi”
“kau benar-benar cari masalah tuan” ucap pria 1 dan si pria 2 langsung melesat memukul Ji Hoo, namun Ji Hoo dengan sigap bisa menghindar, pria itu menyerang Ji Hoo kembali dan Ji Hoo bisa menangkisnya kembali.
Melihat gerakan Ji Hoo yang cukup pandai bertarung, maka si pria 1 menyuruh 2 orang pria yang memegang tangan Nari untuk ikut menyerang Ji Hoo.
Beberapa detik kemudian Ji Hoo sudah berhadapan dengan 3 orang pria, perkelahian 3 lawan 1 tak terhindarkan, salah satu pria berhasil memukul wajah Ji Hoo hingga berdarah.
“SONSENGNIM!!!” teriak Nari berusaha melepaskan tangannya dari si pria 1.
Ji Hoo melap darah dibibirnya kemudian kembali bertarung dengan 3 orang pria dihadapannya, namun salah satu pria kembali berhasil memukul perut Ji Hoo.
Tidak lama kemudian terdengar sirine mobil polisi yang sedang berpatroli.
Keempat pria tersebut akhinya memutuskan untuk pergi, namun sebelum pergi si pria satu mendekati Nari dan berbisik “urusan kita belum selesai” kemudian pria 1 itupun langsung berlari menyusul ketiga rekannya.

Skipp-----

Nari mengobati luka di sudut bibir Ji Hoo sambil tersenyum, mereka saat ini sudah berada di rumah Nari.
“kenapa kau tersenyum?” tanya Ji Hoo
“cara sonsengnim saat menolong saya tadi lucu”
“lucu?”
“iya”
“apanya yang lucu?”
“sonsengnim, bisakah kau membuka sedikit bajumu, luka diperutmu juga harus diolesi krim ini” ucap Nari menunjukkan krim untuk luka memar.
“apa kau sedang mencari kesempatan untuk melihat perutku?” ucap Ji Hoo merebut krim ditangan Nari dan mengoleskannya sendiri keperutnya.
“saya hanya khawatir dengan luka sonsengnim” jawab Nari
“apa kau tiap hari pulang sendirian dilarut malam seperti tadi?”
“tidak juga, biasanya jika aku pulang lebih dari jam 10 malam oppa saya akan menjemput”
“oppa?”
“iya oppa, kakak kandung saya” ucap Nari sambil menunjuk sebuah foto keluarga yang tertempel didinding”
“saya tinggal berdua dengan kakak saya sejak orang tua kami meninggal 5 tahun lalu, tapi dia sedang di Daegu dan baru kembali 2 hari lagi” lanjut Nari
“apa ini rumah kalian?”
“bukan, rumah ini adalah sewa, sebelumnya keluarga kami tinggal di daerah itaewon, tapi tidak lama setelah kedua orang tua kami meninggal karena kecelakaan, kami terpaksa menjual rumah kami dan pindah kesini”
“orang tua kalian meninggal karena kecelakaan” tanya Ji Hoo yang sedikit terkejut karena dia teringat bahwa kedua orang tuanya juga meninggal karena kecelakaan.
“iya kecelakaan mobil, em kudengar orang tua Yoon sonsengnim juga sudah meninggal?” tanya Nari hati-hati
“benar, mereka meninggal saat aku masih berumur 5 tahun” jawab Ji Hoo sambil mengenang sedikit masa lalunya
“itu pasti sangat menyakitkan karena waktu itu sonsengnim masih sangat kecil”
“rasa sakit itu sudah hilang dengan berjalannya waktu”
“begitu ya”
Ji Hoo beranjak dari duduknya kemudian memakai jaketnya.
“sonsengnim, mau kemana?” tanya Nari
“pulang, apa kau mau memintaku menginap disini?”
“tidak, tentu saja tidak” jawab Nari salah tingkah, dan Ji Hoo diam-diam tersenyum melihat ekspresi Nari yang menggemaskan.
“tidurlah, jangan sampai besok kau terlambat” ucap Ji Hoo yang sambil melangkahkan kakinya menuju pintu
“saya tidak akan terlambat sonsengmin, hati-hati dijalan” ucap Nari yang mengikuti Ji Hoo sampai di pintu.


---------------------------------

Jam 12 siang di Rainbow hospital
Nari sedang menyuapi Jung Sook makan siang.
“noona…”
“iya”
“noona ingat perjanjian kita digedung Suwon?” tanya Jung Sook
“tentu aku ingat, kenapa? Apa kau ingin aku melakukan sesuatu?”
“apa aku sudah boleh meminta sesuatu pada noona?”
“tentu, kau sudah menepati janjimu untuk mematuhi perintah dokter dan minum obat, jadi kau boleh menagih janjiku padamu, katakan apa yang harus kulakukan?”
“em apa noona pernah ke kebun binatang?”
“tentu, ketika aku kecil, lalu ketika aku masih di SMP, aku beberapa kali ke kebun binatang, kenapa?”
“ayo kita kesana noona”
“kau ingin kekebun binatang? Baiklah, bagaimana jika hari sabtu kita kesana, kebetulan sabtu besok aku libur”
“em tapi aku ingin bukan hanya kita berdua yang pergi”
“maksudmu? Ah kau ingin kita mengajak orang tua dan kakakmu?”
“bukan”
“lalu siapa?”
“Yoon Ji Hoo sonsengnim” jawab Jung Sook yang langsung membuat kedua mata Nari membuat karena terkejut.

Skipp---

Jam 4 sore waktunya Nari pulang dari rumah sakit, namun dia memutuskan untuk pergi keruang Ji Hoo sebentar.
.
.
.
Dokter Kim mengetuk lalu masuk ke ruang Ji Hoo untuk memberikan sebuah berkas, namun dia terkejut melihat wajah Ji Hoo yang sudut bibirnya terluka.
“woah dokter ice prince kita ternyata bisa berkelahi” ucap dokter Kim menunjuk luka disudut bibir Ji Hoo
“tidak seperti yang sunbae pikirkan” jawab Ji Hoo datar
“benarkah? Selama aku mengenalmu baru kali ini aku melihat luka dibibirmu sepert itu, bukankah itu bekas pukulan?”
“jangan hiraukan ini sunbae”
Tok…tok…tok…
Suara ketukan pintu terdengar menengahi pembicaraan kedua dokter itu.
“siapa?” tanya Ji Hoo
“saya Han Nari” jawab suara diluar
“wah apa dia mau mengobati lukamu?” goda dokter Kim
“masuklah” ucap Ji Hoo tak menghiraukan perkataan dokter Kim
Nari masuk ke ruangan Ji Hoo dan memberi salam pada dua dokter dihadapannya.
“sepertinya aku harus pergi sekarang, sampai nanti Yoon sonseng” ucap dokter Kim yang langsung melangkah keluar dan tersenyum pada Nari.
.
.
“ada sesuatu yang ingin kau katakan?” tanya Ji Hoo setelah mempersilahkan Nari duduk
“iya sonsengnim, ini mengenai Jung Sook”
“Jung Sook? Ada apa dengannya?”
“em, itu__”
“katakan saja”
“sonsengnim, beberapa waktu lalu saya pernah cerita kalau saya melakukan sebuah perjanjian dengan Jung Sook, dan tadi siang Jung Sook menagih janjinya pada saya”
“apa yang dia minta?”
“pergi ke kebun binatang”
“kalau begitu pergilah, aku memberikan ijin”
“tapi…”
“apa ada masalah”
“iya, masalahnya adalah___em__”
“apa?”
Nari menghembuskan nafasnya berusaha menenangkan dirinya.
“maukah Yoon sonsengnim pergi dengan kami ke kebun binatang?” ucap Nari akhirnya
Ji Hoo terkejut dengan pertanyan Nari, “apa Jung sook yang memintanya?”
“….” Nari menganggukkan kepalanya
“kapan kalian akan pergi?”
“rencananya kami akan pergi hari sabtu, karena saya libur hari itu” jawab Nari menundukkan kepalanya
“kalau begitu tunggu aku di Seoul Zoo hari sabtu jam 10 pagi” ucap Ji Hoo dan Nari hanya bisa menganggukkan kepalanya.

-----------------------------------------


3 hari kemudian……
Tepat hari sabtu jam 10 pagi sesuai dengan waktu yang dijanjikan Ji Hoo, Nari dan Jung Sook telah sampai di Seoul Zoo menunggu kedatangan Ji Hoo. Sambil menunggu Nari memutuskan membeli tiket terlebih dahulu.
15 menit menunggu Ji Hoo belum datang juga, Nari mencoba menghubungi ponsel Ji Hoo tapi tidak diangkat.

Di Rainbow hospital Ji Hoo dan dua dokter lain sedang melalukan sebuah operasi pengangkatan tumor perut.

Sudah 1 jam menunggu tapi Ji Hoo belum datang juga, Nari terus mencoba menghubungi ponsel Ji Hoo namun tidak ada jawaban juga.
“apa Yoon sonseningnim belum bisa dihubungi?”
“iya” jawab Nari lemas
“maafkan aku Jung Sook-ah, sepertinya Yoon sonsengnim sibuk” lanjut Nari
“tidak apa-apa noona, mungkin lain waktu kita bisa pergi dengannya”
“benarkah, kalau begitu ayo kita masuk saja, bagaimana kalau nanti kita juga naik kereta gantung?”
“kereta gantung, tentu, ayo noona” Jung Sook menarik tangan Nari untuk masuk ke dalam Seoul Zoo.

Jam 11.30 siang operasi yang dilakukan Ji Hoo baru saja selesai, dia pergi keruang ganti dan mengecek ponselnya. Ji Hoo terkejut karena ada 18 panggilan tak terjawab dan 5 pesan masuk dan semuanya dari Nari. Ji Hoo baru teringat jika dia berjanji pergi ke kebun binatang bersama Nari dan Jung Sook, dia lalu bergegas mengganti bajunya dan mengambil kunci mobilnya.


Di Seoul Zoo Nari dan Jung Sook mengelilingi kebun binatang dengan senang, walau sesekali Nari melihat jam ditangannya berharap Ji Hoo datang atau sekedar meneleponnya.

Ji Hoo terjebak macet dijalan menuju Seoul Zoo karena ada kecelakaan mobil, dan Ji Hoo terus melihat jam tanganya yang sudah menunjukkan jam 12 siang.

Jam 12 siang Nari dan Jung Sook baru turun dari kereta gantung.
“Jung Sook-ah kau lelah?” tanya Nari khawatir
“tidak, kita kan baru berkeliling 1 jam, aku masih ingin berkeliling lagi noona” jawab Jung Sook semangat
“kalau begitu kita istirahat dulu, kita makan siang dulu dan kau juga harus makan obatmu, ayo”
Nari dan Jung Sook mencari tempat istirahat,  Nari melepas tas gendongnya yang berisi bekal makan siang.
“woah, apa noona yang memasak ini semua?” ucap Jung Sook senang melihat makanan yang disuguhkan Nari
“tentu, ayo makan”
.
.
.
Jam 12.30 Nari dan Jung Sook selesai makan siang dan kembali berjalan mengelilingi Seoul Zoo.
“noona…apa kita kembali saja ke rumah sakit?” tanya Jung Sook tiba-tiba
“kenapa, apa kau merasa sakit?” tanya Nari khawatir
“bukan, sebenarnya tadi aku belum ingin pulang karena berharap Yoon sonsengnim datang meskipun terlambat, tapi ini sudah lebih dari 2 jam dan kupikir mungkin Yoon sonsengnim memang tidak akan datang” ucap Jung Sook kecewa
Nari ikut sedih karena ucapan Jung Sook.
“ya sudah, kita kembali kerumah sakit sekarang, o ya tadi pagi ibumu bilang akan mengajakmu makan malam bersama dengan ayah dan kakakmu di restarurant kesukaanmu, jadi jika kita kembali kerumah sakit sekarang kau bisa beristirahat lebih dulu sambil menunggu orang tua dan kakakmu datang dan noona akan menemanimu” ucap Nari berusaha menyingkirkan rasa kecewa Jung Sook.
“noona benar juga, ayo kita pulang” ucap Jung Sook tersenyum
.
.
.
.
Ji Hoo berhasil sampai di Seoul Zoo, setelah memarkir mobilnya dia langsung berlari mencari keberadaan 2 orang yang mungkin masih menunggunya.
Ji Hoo yang berlari tiba-tiba berhenti saat melihat Nari dan Jung Sook yang baru saja keluar dari Seoul Zoo. Nari dan Jung Sook juga melihat Ji Hoo yang berdiri beberapa meter di hadapan mereka.
“Yoon sonsengnim” panggil Jung Sook
Ji Hoo langsung mendekati Jung Sook dan Nari.
“Jung Sook-ah, maafkan aku karena sangat terlambat” ucap Ji Hoo memegang bahu Jung Sook dan berjongkok dihadapan pasiennya tersebut
“tidak apa-apa, Yoon sonsengnim pasti sangat sibuk”
“em tadi ada operasi yang harus kutangani, maafkan aku”
“sebenarnya aku sangat kecewa karena Yoon sonsengnim tidak datang, tapi untungnya masih ada Nari noona yang menemaniku, dia juga membuatkan makan siang yang sangat enak, kami memutuskan pulang karena nanti aku akan makan malam bersama keluargaku dan Nari noona menyuruhku untuk istirahat terlebih dahulu”
Ji Hoo menatap Nari yang memalingkan wajahnya menghindari tatapan Ji Hoo.
“Han Nari-shi, aku___”
“Jung Sook-ah ayo kita pulang sekarang, Yoon sonsengnim permisi” ucap Nari memotong perkataan Ji Hoo
“aku akan mengantar kalian” ucap Ji Hoo
“tidak usah sonsengnim, kami sudah memanggil taxi” jawab Nari yang menunjuk sebuah taxi yang berhenti tak jauh dari tempat mereka berdiri. Nari memegang tangan kanan Jung Sook dan berjalan pergi dari hadapan Ji Hoo
“Yoon sonsengnim, sampai nanti” ucap Jung Soon melambaikan tangannya yang ditanggapi Ji Hoo dengan lambaikan tangannya pula.
.
.
.
.
.
.
Jam 6 sore Nari tengah kerja part time di coffee shop. Nari melap meja kasir di coffe shop dengan sedikit murung.
“Nari-ah kau ada masalah?” tanya Mae Ri pemilik coffee shop.
“tidak apa-apa unnie”
“kau bisa istirahat saja hari ini, lagi pula Ji Sung juga sudah disini”
“benar, kalau kau lelah kau pulang saja Nari-ah mumpung ini masih sore” ucap Ji Sung
“kalau aku pulang aku pasti akan merasa lebih buruk, biarkan aku disini sebentar lagi unnie, oppa” jawab Nari
“kalau ada masalah ceritakan saja padi kami” ucap Mae Ri yang ditanggapi anggukan oleh Ji Sung
“sebenarnya kalau dipikir-pikir aku tidak perlu merasa kecewa seperti ini”
“hey, ceritakan lebih jelas” ucap Ji Sung
Nari akhirnya menceritakan apa yang terjadi tadi siang.
.
.
“seharusnya dokter itu menghubungimu dan bilang akan terlambat atau tidak bisa datang, apa sekedar mengirim pesan saja tidak sempat” komentar Mae Ri setelah mendengar cerita Nari.
“apa dia meminta maaf?” tanya Ji Sung
“iya, dia minta maaf pada Jung Sook” jawab Nari
“lalu padamu?”
“…” Nari menggelengkan kepalanya
Tepat saat itu Ji Hoo masuk ke dalam coffee shop, Mae Ri dan Ji Sung langsung menatap Nari.
“sonsengnim” ucap Nari
“berikan aku segelas coffe latte” ucap Ji Hoo sambil memberikan 2 lembar uang
.
.
.
.
Ji Hoo dan Nari tengah duduk di salah satu tempat duduk dipojok coffe shop. Suasana coffe shop sedang ramai karena akhir pekan, namun itu tak membuat Mae Ri dan Ji Sung mengalihkan perhatian mereka dari Ji Hoo dan Nari.
“noona, mereka seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar” ucap Ji Sung
“waktu untuk Nari berkencan sepertinya sudah tiba” timpal Mae Ri
.
.
“kau marah padaku?” tanya Ji Hoo membuka pembicaraan
“tidak, saya tidak punya hak untuk marah pada sonsengnim” jawab Nari
“maksudmu?”
“maksud saya, yang berhak marah adalah Jung Sook karena sonsengnim berjanji untuk menemaninya pergi”
“lalu kau”
“hah?” Nari menatap Ji Hoo
“bukankah aku yang memintamu bertemu disana?”
“……” Nari diam
“aku minta maaf”
“sonsengnim”
“aku seharusnya menelpon dan membalas pesanmu, aku lupa hari ini ada janji dengan kalian jadi aku menerima permintaan dokter Kang untuk menggantikannya melakukan operasi”
“jadi sonsengnim memang lupa” ucap Nari dengan wajah cemberut
“kau marah kan?”
“lupakan saja, sebaiknya sonsengnim menebusnya pada Jung Sook, temani dia jalan-jalan atau belikan sesuatu untuknya”
“sudah kulakukan”
“hah?”
“aku menemui Jung Sook tadi sebelum dia pergi dengan keluarganya”
“begitu”
Ji Hoo menelisik wajah Nari sejenak, “sekang giliranmu” ucap Ji Hoo yang langsung berdiri dan menarik tangan Nari untuk mengikutinya.
Di counter kasir Mae Ri dan Ji Sung sudah menyiapkan tas dan jaket Nari, melihat hal itu Nari hanya menatap bingung pada 2 rekannya itu.
“unnie, oppa…”
“pergilah” ucap Mae Ri dan Ji Sung bersamaan
Ji Hoo memberi salam pada keduanya lalu menarik Nari keluar dari coffe shop.


To be continued-----

Part 2-nya udah dibuat langsung aja menuju ke part 2……




No comments:

Post a Comment